Perseteruan AS China
China Ganti Menggertak AS, Luncurkan Rudal "Pembunuh Kapal Induk" Armada Ke-7 AS
pihak China memastikan bahwa dua rudal tersebut dirancang untuk membawa hulu ledak konvensional maupun nuklir
Wartakotalive, Jakarta - Setelah mata-mata Amerika Serikat U-2 melakukan pengintaian terhadap latihan perang militer China, giliran China meluncurkan peluru kendali jarak jauh yang mendapat julukan "si pembunuh kapal induk".
Berdasarkan laporan eksklusif media Hong Kong scmp.com, Kamis, 27 Agustus 2020, peluncuran rudal tersebut bertujuan untuk memberi peringatan kepada AS supaya jangan main-main dengan China.
Rudal pertama yang diluncurkan dari Provinsi Qinghai adalah DF-26B, dan satu lagi DF-21D yang diluncurkan dari Provinsi Zhejiang pada Rabu kemarin.
Dua rudal tersebut ditujukan di Laut China Selatan di antara Provinsi Hainan dan Kepulauan Paracel.
Gugus pulau-pulau kecil di Laut China selatan tersebut menjadi rebutan antara China dengan beberapa negara antara lain Vietnam dan Filipina.
Peluncuran dua rudal dilakukan setelah China melayangkan surat protes keras terhadap AS, karena pesawat mata-mata U-2 melintas di atas wilayah yang sedang digunakan China untuk melakukan latihan perang pada Selasa lalu.
Latihan perang laut dengan menggunakan peluru beneran itu dilakukan militer China di perairan Laut Bohai di bagian utara China.
China menuding gerakan pesawat U-2 tersebut merupakan provokasi yang membahayakan.
"Tindakan (AS) tersebut jelas merupakan provokasi. China dengan tegas menentang tindakan provokatif semacam itu, dan telah menyampaikan protes keras kepada pihak AS," jurubicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian.

Pesawat pengintai legendaris tersebut mengudara dari pangkalan militer AS di Korea Selatan.
Oleh karena itu, kata Wu Qian, China tak mau mengikuti irama tetabuhan AS, maupun membiarkan AS bertindak semaunya sendiri.
Peluncuran dua rudal tersebut nampaknya sejalan dengan pernyataan Wu Qian bahwa China tak akan membiarkan AS berbuat seenaknya sendiri.
Dua rudal yang diluncurkan China tersebut bukan senjata sembarangan.
Militer AS menduga bahwa rudal DF-26B punya jarak jangkau antara 1.000 km - 3.000 km.
Pihak China tidak pernah mengungkapkan kemampuan jelajah rudal tersebut, juga rudal DF-21D.
Rudal DF-21D punya jangkauan jelajah lebih jauh, antara 2.000 km - 5.500 km.
Namun, pihak China memastikan bahwa dua rudal tersebut dirancang untuk membawa hulu ledak konvensional maupun nuklir.
Rudal DF-21D di mata AS merupakan ancaman besar, mengingat roket rudal ini mampu menjangkau pangkalan militer AS di Samudera Pasifik, yakni Guam, dan juga di Darwin, Australia.
Menurut pihak China, dua rudal jelajah tersebut dirancang untuk menyerang sasaran bergerak di laut maupun di darat.
Kalangan pengamat militer menyebut rudal DF-21D sebagai "pembunuh kapal induk" karena mampu menyasar target bergerak di laut, serta hulu ledak konvensionalnya ekstra besar.
Secara lebih spesifik, rudal ini mengancam Armada ke-7 AS yang beroperasi di kawasan Asia.