Teknologi
Awas, Hindari Paparan Langsung Lampu Sinar UV-C untuk Disinfektan Virus, Ini Hasil Diskusi Signify
Guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, ada salah satu teknologi bernama sinar ultraviolet-c atau UV-C yang dinilai efektif membunuh virus ini.
Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Fred Mahatma TIS
"Konsumen harus hati-hati dan waspada jangan sampai niatnya baik untuk membunuh virus tapi karena salah menggunakan bisa menyakiti diri sendiri dan membahayakan konsumen..."
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Penyebaran virus corona tengah menjadi ancaman serius dunia. Angka kasus Covid-19 pun masih bertambah dari hari ke hari.
Guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, ada salah satu teknologi bernama sinar ultraviolet-c atau UV-C yang dinilai efektif membunuh virus Covid-19 yang menempel di permukaan.
• Signify Perkenalkan 12 Produk Pencahayaaan UV-C yang Mampu Lumpuhkan Virus Corona
• Signify Donasi 220 Unit Troli UV-C Double-tube Stainless Steel untuk Disinfeksi Fasilitas Perawatan
Lalu, seberapa efektif dan aman penggunaan sinar UV-C untuk melakukan disinfeksi virus Covid-19 dipermukaan yang bersentuhan langsung dengan manusia?
Kepala Laboratorium Rekayasa Fotonika, Departemen Teknik Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Aulia Nasution menyebutkan, sinar UV-C yang berada dalam spektrum cahaya tak kasat mata, memiliki potensi untuk mengatasi penyebaran Covid-19.
Namun, ia memperingatkan bahayanya apabila sinar UV-C mengenai tubuh manusia secara langsung.
“Jika terpapar langsung, sinar UV-C dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan, menyebabkan iritasi kulit seperti ruam, sensasi terbakar, tumor, hingga memicu kanker, sementara pada mata bisa menyebabkan katarak,” ujar Aulia Nasution saat diskusi virtual Pemanfaatan Teknologi UV-C yang diadakan Signify Indonesia, Selasa (25/8/2020).
• Tablet Multitasking buat Kerja dan Main Game, Ini Ragam Fitur Unggulan Samsung Galaxy Tab S7 Series
• Kolaborasi BFI Finance dan Bank BRI, Beri Layanan Kredit Kendaraan Bermotor hingga Rp 1 Triliun

Cara kerja UV-C
Aulia menjelaskan, bahwa spectrum cahaya pada sinar UV-C berinteraksi dengan materi biologis.
Pada saat cahaya masuk dan terhalang materi, cahaya tersebut akan menembus ke dalam materi tersebut, dan semakin ke dalam akan terjadi hamburan (scattering).
“Dalam perjalanannya menembus jaringan, bisa juga terjadi penyerapan cahaya. Di sini terjadi transfer energi dari cahaya ke dalam materi yang dilaluinya,” ungkapnya.
• Menuju Kota Ramah Disabilitas, DPRD Kota Bogor Akan Terbitkan Perda Perlindungan Disabilitas
• Ikut Program JKN-KIS Yayan dan Keluarga Merasa Aman, Ini Kisahnya saat Alami Kecelakaan
Menurut Aulia, cara kerja UV-C untuk membunuh virus Corona terbilang sederhana.
UV-C bisa memutus rantai DNA dan RNA yang dimiliki sel, sehingga sel tidak akan lagi bisa mereplikasi dirinya dan akhirnya virus akan mati.
Karena virus dan bakteri memiliki lapisan protein, organisme ini bisa menerima paparan UV-C dengan panjang gelombang puncak 265 nm.
Ia menyebut bahwa teknologi UV-C yang banyak dipasarkan sebagai produk germicidal atau pembunuh kuman berada pada gelombang 254nm.
“Jadi UV-C dengan panjang gelombang 254 nm yang banyak digunakan cukup efektif untuk mematikan organisme.” ujar Aulia.