Berita Internasional
Kim Jong Un: Senjata Nuklir Korut Menjamin Tak akan Ada Perang Korea Lagi
Negeri itu tidak akan melucuti senjata nuklirnya meskipun mendapat tekanan dari Amerika Serikat
Penulis: |
Wartakotalive, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyatakan bahwa senjata nuklir milik negaranya menjadi jaminan yang efektif dan terpercaya untuk menangkal terjadinya perang yang kedua di Semanjung Korea.
Pernyataan Kim tersebut disampaikan pada perayaan ulang tahun ke-67 berakhirnya perang Korea 1950-1953, yang dihadiri oleh para veteran perang tersebut, Senin kemarin.
Perayaan tersebut disiarkan kantor berita resmi Korut KCNA, Selasa, 28 Juli 2020, yang dikutip aljazeera.com.
"Sekarang kita mampu melindungi diri kita sendiri dari ancaman dan tekanan militer dari imperialis dan musuh-musuh kita," kata Kim.
"Berkat senjata nuklir bela diri kita yang terpercaya dan efektif, tak akan ada lagi perang di tanah ini, dan keselamatan serta masa depan negeri kita terjamin untuk selamanya".
Pernyataan Kim tersebut sekali lagi menunjukkan bahwa negeri itu tidak akan melucuti senjata nuklirnya meskipun mendapat tekanan dari Amerika Serikat.

Perang Korea selama 1950-1953 merupakan perang "proxy" antara Amerika Serikat dan sekutunya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melawan China dan Uni Soviet (sekarang Rusia).
AS mendukung kelompok nasionalis yang berada di belahan selatan, sedangkan China dan Uni Soviet mendukung kelompok komunis di belahan utara.
Perang tersebut diperkirakan menewaskan sekitar dua juta orang, sebagian besar orang Korea, yang menghancurkan banyak kota dan desa di kedua pihak.
Baku bunuh selama tiga tahun itu berakhir dengan perjanjian gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian, sehingga secara teknis Korea Utara dan Selatan masih dalam status perang.
Itulah sebab, sejak gencatan senjata 1953 hingga kini hubungan satu bangsa dua negara itu tak pernah akur.
Korea Utara yang menutup diri sejak satu dekade terakhir ini berupaya untuk mengembangkan senjata nuklirnya sendiri, yang diduga kuat mendapat dukungan dari China.

Akibat upaya tersebut, AS dan negara-negara Barat lainnya berupaya mencegah Korut mendapatkan kemampuan nuklir.
Upaya diplomasi untuk itu dilakukan baik secara langsung ke pihak Korut oleh AS maupun PBB, namun Korut bersikeras dengan sikapnya, sehingga negeri itu dikenai sanksi ekonomi.
Upaya terbaru yang dilakukan Presiden AS Donald Trump, yang sampai bertemu tiga kali dengan Kim Jong Un pada 2018, juga tak membuahkan hasil.
Kim Jong Un tetap pada sikapnya untuk mempunyai senjata nuklir, meskipun mendapat sanksi ekonomi.
Ia juga mengaku tak terikat dengan perjanjian nuklir internasional, maupun pembatasan kepemilikan peluru kendali jarak jauh.