Narkoba
Kapolri Sebut Polisi yang Kena Narkoba Seharusnya Dihukum Mati
Kapolri Jenderal Idham Azis menjelaskan kasus narkoba sudah sangat memprihatinkan karena dapat melibatkan siapa saja, termasuk personel polisi.
Penulis: Budi Sam Law Malau |
Lulusan Akpol tahun 2007 itu pun mengungkapkan suka duka berkerja sebagai polisi wanita.
Menjadi ibu rumah tangga dan pimpinan kepolisian harus dijalaninya berbarengan.
"Saat ungkap kasus sabu satu ton, saya harus tinggalkan rumah dua bulan satu minggu," ujar Ocha ditemui di ruangannya Rabu siang.
Ketika itu, Ocha sudah memiliki putri bernama Putri Adelia Feodora.
Ocha hanya diizinkan pulang sepekan sekali untuk mengganti baju dan menengok sebentar anak dan suaminya di Jakarta.
"Saya boleh pulang sepekan sekali saat itu. Tapi itu juga hanya subuh dan kembali lagi ke Anyer di pagi hari," jelas Ocha.
Namun menurut Ocha, keluarganya sudah maklum dengan profesinya. Wanita kelahiran 1986 itu juga mengaku tetap berusaha bersikap profesional meskipun menyandang status sebagai ibu dan seorang istri.
"Suami saya selama ini mendukung profesi saya. Pun dengan orang tua saya juga mendukung hal itu," paparnya.
Ocha menjelaskan, terpenting bagi suami dan orang tuanya ialah pekerjaannya bisa membawa manfaat bagi orang banyak dan prestasi yang membuat bangga keluarga.
Namun demikian, Ocha mengakui bahwa putri semata wayangnya tetaplah yang menjadi prioritas dalam kehidupannya.
Wanita yang memulai karir di Polda Sulawesi Tenggara itu tetap utamakan putrinya dalam kehidupannya.
"Tapi anak tetap prioritas. Kalau anak lagi butuh apa saya tetap izin. Kalau memang di lapangan enggak bisa baru saya koordinasi dengan bapaknya," ujar wanita yang menikah di tahun 2012 itu.
Saat ini Ocha mengaku dapat membagi waktu lebih banyak dengan keluarganya.
Posisinya yang sudah menjabat sebagai wakik pimpinan Satnarkoba di Kepolisian membuatnya jarang turun ke lapangan untuk mengungkapkan kasus.
Meskipun sesekali Ocha mengaku masih rindu turun ke lapangan dan menyamar untuk mengungkap kasus peredaran narkoba.
"Iya sesekali aku rindu turun ke lapangan. Dulu selama tiga tahun itu memang harus turun ke lapangan setiap pengungkapan kasus. Sekarang sudah ada anggota jadi mulai jarang," terang Ocha.
Namun menurut Ocha, semua memang ada masanya. Kini ia tengah merancang karirnya di kepolisian setelah berhasil menduduki jabatan Wakasat Narkoba.
Rencananya dua atau tiga tahun lagi, Ocha merencanakan untuk masuk Sekolah Sumber Pimpinan (Sespim) Polri.
Wanita yang lahir 19 oktober 1986 itu bermimpi menjadi pimpinan di bidang narkoba Kepolisian RI.
"Pemberantasan penyalahgunaan narkoba memang sudah menjadi passion saya," tandas Ocha. (bum/m24)