Liga 1
Persib Bandung Protes Penerapan Rapid Test Karena Merugikan Timnya
Kewajiban rapid test seiring dilanjutkannya kompetisi Liga 1 2020, ternyata tak bisa diterima semua tim.
Penulis: Valentino Verry | Editor: Valentino Verry
WARTAKOTALIVE.COM, BANDUNG - Kewajiban rapid test seiring dilanjutkannya kompetisi Liga 1 2020, ternyata tak bisa diterima semua tim.
Salah satu tim yang protes adalah Persib Bandung, karena mereka merasa dirugikan atas kebijakan tersebut.
Dokter tim Persib Bandung, Rafi Ghani, menilai kewajiban rapid test akan merugikan timnya karena Wander Luiz sudah pernah positif virus corona.

PSSI memang mewajibkan para pemain dan ofisial tim untuk melakukan rapid test secara berkala guna mencegah virus corona masuk ke lingkungan sepak bola.
PSSI menambahkan bila seluruh biaya untuk melakukan rapid test akan ditanggung oleh federasi.
Menurut Rafi, rapid test dilakukan untuk mengetahui adanya antibodi Covid-19 dalam tubuh seseorang.
Dengan begitu, bila tes tersebut diterapkan pada Wander Luiz yang pernah positif virus corona, hasilnya akan selalu reaktif.

Pasalnya, Luiz telah memiliki antibodi yang bisa menangkal virus corona yang akan menyerangnya lagi.
"Kalau rapid test, yang kami ketahui hanya untuk mengetahui antibodi di dalam badan seseorang. Artinya, kalau diberlakukan sudah bisa dipastikan itu (Luiz) akan reaktif atau positif pada saat pemeriksaan rapid test," kata Rafi dikutip dari Bolasport.
"Jadi, mungkin poin ini sangat merugikan bagi kami, dan terkait masalah ini, sudah saya koordinasikan dengan dokter PSSI yang membuat protokol kesehatan ini," imbuhnya lagi.
Ketimbang rapid test, Rafi menyarankan PSSI menggelar tes swab PCR yang dinilai lebih efektif dan akurat.

Berbeda dengan rapid test, tes swab PCR tidak sekadar mengecek antibodi melainkan langsung mendeteksi keberadaan virus corona dalam tubuh manusia.
Tim pun bisa langsung mengetahui apakah ada anggotanya yang sudah terpapar Covid-19 atau belum.
"Kalau untuk rapid test hanya untuk mengetahui antibodi pada seseorang, artinya pembentukan antibodi perlu waktu," ujarnya.

"Artinya dari terpapar awal dia butuh tujuh sampai 10 hari untuk pembentukan antibodi atau si antibodi ini memang reaktif, tetapi padahal atletnya atau orang tersebut sudah sehat," lanjutnya.
"Artinya, virusnya sudah tidak ada. Jadi, usulan saya swab PCR memang yang lebih baik, ke sananya kami ikuti protokol kesehatan yang baik," pungkasnya.