WEBINAR

KAGAMA Bikin Acara Kiat Menulis Storytelling yang Greget dan Menarik

Acara yg bertajuk The Power of Storytelling: Kiat Menulis Storytelling yang Greget dan Menarik, diikuti oleh 380 peserta.

istimewa
KAGAMA menggelar acara bertajuk The Power of Storytelling lewat aplikasi Zoom, diikuti 380 peserta. 

 WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP KAGAMA) menggelar acara daring KAGAMA Menulis V, Sabtu (6/6/2020).

Acara ini bersamaan dengan launching buku The Story of Gondes karya Nursodik Gunarjo.

Acara yg bertajuk The Power of Storytelling: Kiat Menulis Storytelling yang Greget dan Menarik, diikuti oleh 380 peserta.

Hadir dalam acara tersebut Ketua II PP KAGAMA, Bambang Esti Marsono; Ketua VII, Sandya Yudda; Wakil Sekjen PP KAGAMA, Hasanudin M Kholil dan Kordep Peningkatan Kompetensi Alumni, Aji Erlangga.

Selain itu hadir para narasumber. Budi Setyarso (Pemred Koran Tempo), Andreas Maryoto (Wartawan Kompas), dan Nursodik Gunarjo (penulis buku The Story of Gondes).

Bertindak sebagai moderator Heri Prast dan Rokhmadi Antok, Anggota Pengurus Bidang Fasilitasi Alumni, PP KAGAMA.

Bambang E. Marsono, dalam sambutannya menyampaikan, acara ini digelar dalam rangka meningkatkan kompetensi alumni dalam hal menulis sehingga menjadi lebih profesional.

Karena itu, Direktur Utama PT Brantas Abipraya tersebut berharap acara KAGAMA Menulis V dapat bermanfaat bagi peserta

Andreas Maryoto sebagai nara sumber di acaraThe Power of Storytelling: Kiat Menulis Storytelling yang Greget dan Menarik.
Andreas Maryoto sebagai nara sumber di acaraThe Power of Storytelling: Kiat Menulis Storytelling yang Greget dan Menarik. (istimewa)

Sementara itu Andreas Maryoto menyampaikan cara tentang bagaimana menjadi story teller.

Andreas mengatakan kemampuan ber-storytelling dibutuhkan tidak hanya buat para penuls. Namun, katanya, juga untuk mereka yang ingin menjadi wartawan, hingga pembuat skrip dalam film.

Bahkan, ibu yang mengasuh anaknya, seorang salesman, dan seorang yang hendak merebut hati kekasihnya pun butuh kemampuan yang satu ini.
               
“Storytelling adalah kemampuan yang perlu kita asah di mana pun bidang kerja kita,” tutur Andreas 
               
Alumnus Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian UGM angkatan 1989 ini mengatakan, storyteling bukan hal yang baru.

Sebab, generasi terdahulu telah menggunakan metode ini untuk membuka perbincangan saat bekerja pada siang hari. Serta pada malam hari menjelang istirahat.

Bagi Andreas, teknik storrytelling dapat menjembatani seseorang dalam menyampaikan maksud tertentu secara mengena. Termasuk dalam membuat suatu tulisan yang disajikan untuk pembaca.
               
“Inti dari storytelling adalah kita adalah manusia yang bisa merasakan segala emosi,” ujar Andreas.
               
“Karena itu, kita harus berpangkal di situ. Teknik penulisan story telling itu sebenarnya mengingatkan bahwa kita ini adalah manusia.”
               
“Kesadaran bahwa kita manusia dalam menulis dibutuhkan agar tulisan kita bisa menghipnotis,” jelasnya.
               
Pria yang bekerja di Kompas sejak 1997 itu menyarankan, memberikan kesan humanis dalam tulisan bisa dilakukan dengan menghindari kalimat-kalimat klise.

Itu seperti seperti rajin pangkal pandai atau hemat pangkal kaya.

Menurut Andreas, jika sudah sadar seseorang adalah manusia, maka dia akan memperlihatkan sisi uniknya.
               
“Saat menjadi storyteller, kemukakanlah kita siapa. Sehingga pembaca bisa mengetahui keunikan kita, meskipun tanpa membaca nama kita,” ucap Andreas
               
“Tinggalkan yang namanya kalimat klise. Sebagai penulis, kita harus merujuk fakta seperti apa yang ada di lapangan,” jelasnya.
               
Andreas lalu merujuk pada karya dari Pramoedya Ananta Toer, yakni Nyanyi Sunyi Seorang Bisu.

Menurutnya, istilah nyanyi sunyi sudah dipakai jauh sebelum Pram. Namun, ketika orang mendengarnya, sebagian besar pasti akan menyebut bahwa itu berasal dari Pram.

Nah, bagi Andreas keunikan Pram telah menancap di hati para pembaca. Lebih lanjut, Andreas mengatakan, untuk mendapatkan tulisan yang berkarakter, storytelling harus mengalir.

Hal itu dimulai dengan menulis lead (kalimat pembuka) yang kuat. Serta tidak terganggu fakta-fakta lain yang tidak ada kaitannya. Jika itu tidak dipenuhi, bisa jadi pembaca akan lari dari tulisan.
               
Tips bagi pemula yang diberikan Andreas adalah mengawali dengan menulis dengan menceritakan diri sendiri.

Kemudian, tulis dengan kalimat-kalimat sederhana dan ringkas. Jika sudah, baca terlebih dahulu untuk mengambil jeda.

Bagi Andreas, jeda penting karena saat itu otak akan kembali tercerahkan dengan ide-ide yang lebih segar.

Namun demikian, Andreas menilai, pada level yang lebih lanjut, penulis akan menemui jebakan klise kembali.
               
“Itu muncul saat kita ingin cenderung ingin dianggap pintar dan intelek. Kita ingin mempengaruhi seseorang pada tingkatan luas,” ucap Andreas.
               
“Saran saya simpel, kembali kepada kita itu siapa,” jelas pria berkacamata ini
               
Untuk para peneliti, Andreas bersaran, tidak semua fakta dalam penelitian harus dikeluarkan. Sehingga, harus dipilih mana yang paling dibutuhkan oleh publik.
               
“Peneliti juga harus banyak membaca tulisan di luar dunia mereka agar bisa dipahami,” pungkasnya.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved