Kerusuhan di AS

Berkaca dari Kasus Floyd, Fahri Hamzah : Peringatan Kepada Aparat Jangan Bertindak Berlebihan

Berkaca dari Kasus Floyd, Fahri Hamzah : Peringatan Kepada Aparat Jangan Bertindak Berlebihan

Editor: Dwi Rizki
Facebook Fahri Hamzah
Anggota DPR RI sekaligus mantan politisi PKS Fahri Hamzah menanggapi kasus kerusuhan di Amerika Serikat yang dipicu tewasnya George Floyd oleh polisi AS. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Aksi kekerasan yang dilakukan Kepolisian Minneapolis terhadap George Floyd hingga memicu kerusuhan di Amerika Serikat ditanggapi Fahri Hamzah.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora itu menunjukkan Amerika Serikat yang merupakan masyarakat plural dapat bertindak anarkis apabila aparat tidak menghargai warganya.

Hal tersebut diungkapkan Fahri Hamzah lewat akun twiternya @fahrihamzah; pada Sabtu (30/5/2020). 

Dalam postingannya, dirinya mengungkapkan Minnesota sebenarnya menjunjung tinggi pluralisme.

Hal tersebut dibuktikan Fahri Hamzah lewat sejumlah anggota kongres yang berasal dari Minnesota.

"Kerusuhan di Amerika di mulai di Minnesota yang sebetulnya punya tradisi plural. Beberapa anggota kongres datang dari daerah itu tidak saja afro-american tapi muslim seperti ilhan omar dan keith elison," tulis Fahri Hamzah.

"Ledakan akibat kematian #GeorgeFloyd cepat sekali. Semoga cepat berlalu," tambahnya.

Kerusuhan Minnesota yang kini menyebar luas ke seluruh wilayah Amerika Serikat diungkapkan Fahri Hamzah harus menjadi pelajaran bagi seluruh pihak.

Terlebih bagi aparat yang ditegaskannya tidak boleh berlebihan dalam mengambil sikap.

Sebab, warga Amerika Serikat yang diketahui patuh terhadap hukum dapat berubah menjadi irasional ketika ditekan.

Khususnya pada masa sulit imbas pandemi virus corona atau covid-19 saat ini.  

"Kejadian kematian #GeorgeFloyd yang berakibat merusuhan sosial adalah peringatan kepada aparat jangan bertindak berlebihan dalam krisis kayak gini," ungkap Fahri Hamzah.

"Orang amerika saja jadi gak rasional. Aparat jangan berlebihan. Pertumbangkan kasulitan orang. Lagi sensitif akibat covid," jelasnya.

Serupa dengan Amerika Serikat maupun seluruh negara-negara lain di dunia, Indonesia katanya harus menjaga ruang publik yang ramah terhadap warganya.

Pemerintah katanya harus hadir menjadi penghubung antara negara dengan rakyat.

Pemerintah juga diharapkan dapat memberikan keramahan di tengah tantangan, bukan justru menyulitkan dan menambah konflik di masyarakat. 

"Sekedar mengingatkan agar ruang publik kita tetap menjadi medium bagi keramahan negara kepada warganya. Kita memang pakai masker tapi kita harus tetap tau cara tersenyum. Keramahan negara adalah jalan bagi kita untuk bersatu menghadapi tantangan. Negara jangan tegang," ungkap Fahri Hamzah.

"Pemerintah harus menjadi medium bagi keramahan negara. Jadilah yang rendah hati, lemah lembut dan bersahabat. Dalam kesulitan ada kemudahan dan ada hikmah, mari kita bersatu dan menyatukan. Jangan menjadi medium pertengkaran. Negara dan pemerintah harus cerdas dan dewasa," tambahnya.

Kesewenang-wenangan Aparat

Tidak hanya Fahri Hamzah, kekerasan terhadap Floyd juga dilontarkan oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon.

Dirinya menilai kebrutalan Kepolisian yang rasialis memicu kemarahan warga Amerika Serikat.

Kasus Floyd pun diungkapkan Fadli Zon menjadi bukti kesewenangan kekuasaan dapat mudah terjadi.

Bahkan bagi negara sangat maju seperti Amerika Serikat sekalipun.

"Kebrutalan oknum polisi rasialis n diskriminatif spt ini tentu saja membuat rakyat AS marah. Bahkan di negara maju pun mereka yg pegang senjata tp tak disiplin mudah sekali sewenang2 abuse of power," ungkap Fadli Zon.

"Aparat yg rasialis diskriminatif adalah #penjahatberseragam," tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, tewasnya George Floyd, seorang pria Afrika-Amerika pada 25 Mei 2020 lalu, kini menjadi sorotan dunia setelah videonya viral di media sosial.

Floyd dituduh melakukan transaksi dengan uang palsu, dan ia langsung diamankan kepolisian Minneapolis, Amerika Serikat.

Namun, penangkapan Floyd dinilai sangat kejam.

Seorang anggota Kepolisian menekan lehernya dengan lutut, sedangkan seorang lainnya menekannya pada bagian punggung.

Padahal, dalam video yang terekam dan tersebar luas lewat media sosial, Floyd terlihat tengkurap di aspal dengan posisi tangan diborgol di belakang pinggang.

Detik-detik tewasnya George Floyd
Detik-detik tewasnya George Floyd (CBS Evening News)

Ketika itu Floyd merintih dan meminta para polisi untuk memberikannya ruang untuk bernafas.

Namun, permintaannya justru diabaikan.

Floyd yang memelas dengan suara terdengar semakin parau akhirnya pingsan.

Walau begitu, para polisi terlihat tetap menekan leher Floyd selama beberapa menit sebelum akhirnya satu unit ambulans datang.

Floyd yang terlihat tidak sadarkan diri itu dinaikan ke atas meja dorong dan dimasukkan ke dalam ambulans.

Dirinya pun dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans bersamaan dengan banyaknya warga Minneapolis yang mengumpat kepada petugas atas kekejaman mereka.

Berselang beberapa jam, muncul kabar Floyd meninggal dunia.

Kabar tersebut terkonfirmasi dan memicu aksi demonstrasi ratusan ribu warga Minneapolis.

Mereka menyuarakan keadilan untuk orang-orang kulit hitam.

Namun, aksi demonstrasi tersebut berujung kericuhan.

Tidak hanya di Menneapolis, tetapi juga meluas ke seluruh negara bagian Amerika Serikat.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved