Histori

Perjuangan Sam Ratulangi dari Lahirnya Pancasila Hingga Memperkenalkan Nama Indonesia

Sam Ratulangi ikut andil dalam lahirnya Pancasila, meskipun dia bukan panitia perumus. yuk kenal lebih lanjut

Biografi Sam Ratulangi
Sam Ratulangi dan Soekarno 

Sam Ratulangi di tahan selama empat bulan di penjara Sukamiskin, Bandung. Perkaranya karena ongkos jalan (declaratie) yang tidak sesuai dengan ketentuan.

Namun dibalik itu, hal tersebut hanya upaya dari pemerintah kolonial dalam menjauhkan rakyat dari pengaruh Sam Ratulangi.

Karya Sam Ratulangi berupa hasil pemikirannya ia tuangkan dalam tulisan-tulisannya yang dimuat di majalah Peninjauan. 

Dia juga menulis buku karangan berjudul ‘Indonesia in den Pasifiek’.

Ketika krisis ekonomi yang dikenal dengan istilah ‘Malaise’ terjadi pada tahun 1930-an ia semakin banyak mendirikan organisasi sosial kemanusiaan. Serta memimpin banyak organisasi sosial buruh dari tahun 1938 – 1942.

Disaat Jepang mendarat di Indonesia, banyak tentara Belanda yang ditangkap sehingga membuat banyak keluarga mereka terlantar.

Sam Ratulangi melalui Badan Penolong Korban Perang Sulawesi kemudian membantu para keluarga tentara Belanda yang terlantar.

Badan tersebut kemudian berubah menjadi KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi) yang kemudian gigih dalam usahanya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Sam Ratulangi tetap berbelas kasih. Sehingga sangat wajar rakyat sulawesi ketika itu memberinya gelar ‘Tonaas’ atas keberanian, kepemimpinan serta perjuangannya dalam melindungi hak-hak rakyat Sulawesi.

Walaupun sikapnya yang dingin terhadap Jepang ketika itu, namun di tahun 1944 beliau menerima tawaran penasehat angkatan laut jepang yang kala itu menguasai wilayah bagian timur Indonesia dan berkedudukan di Makassar.

Namun dibalik jabatannya tersebut, Sam Ratulangi diam-diam berusaha mempersatukan semangat dari rakyat untuk segera mencapai kemerdekaan.

Pemerintahan militer Jepang ketika itu bahkan tidak mengetahui tujuan dari organisasi ‘Sumber Darah Rakyat’ yang dibentuk oleh Sam Ratulangi.

Dari organisasi tersebut, Sam Ratulangi giat memberikan informasi kepada rakyat bahwa kependudukan jepang saat itu sudah semakin terdesak karena kekalahan perang dan tidak lama lagi kemerdekaan dari bangsa Indonesia akan tiba.

Di Jakarta sendiri, dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sam Ratulangi bersama Andi Sultan Daeng Raja serta Andi Pangeran Daeng Parani hadir sebagai wakil dari Sulawesi.

Menjadi Gubernur Sulawesi

Ketika Jepang menyerah kepada sekutu dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, Sam Ratulangi kemudian diangkat sebagai gubernur Sulawesi yang berkedudukan di Ujung Pandang.

Namun pada bulan september pasukan Belanda bersama NICA mendarat di Makassar untuk mengambil alih pemerintahan disana.

Tidak terima dengan keputusan tersebut, kemudian mendirikan ‘Pusat Keselamatan Rakyat’ sebagai bentuk perlawanan bersama rakyat.

Perebutan kekuasaan antara pihak Belanda dan rakyat semakin meluas dan bentrokan terjadi dimana-mana. Kemudian pada 5 April 1946, Sam Ratulangi beserta para stafnya ditangkap dan di sempat dipenjara sebulan di Ujung Pandang kemudian dibuang ke Serui, Irian Jaya.

Di tempat pengasingannnya tersebut, beliau membentuk organisasi Ibunda Irian dan Partai Kemerdekaan Irian yang bertujuan memupuk semangat kemerdekaaan wilayah tersebut dari tangan belanda.

Setelah persetujuan Renville di tahun 1948 terjadi, Sam Ratulangi akhirnya dibebaskan. beliau pergi ke Yogyakarta dan ditunjuk oleh Soekarno sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung dan juga delegasi Indonesia dalam perundingannya dengan Belanda.

Di tanggal 10 November 1948 keluar pernyataan ‘Manifes Ratulangi’ yang disiarkan oleh RRI. Isinya adalah pernyataan keras dari Sam Ratulangi yang menentang Indonesia bagian Timur dari Republik Indonesia.

Wafatnya Sam Ratulangi

Di bulan 1948, saat akan berangkat ke Filipina dalam membawa misi persahabatan, Sam Ratulangi ditangkap oleh Belanda yang saat itu melakukan agresi militer kedua.

Di bulan januari 1949, Sam Ratulangi dibawa ke Jakarta untuk kemudian diasingkan ke pulau Bangka oleh Belanda. Namun hal itu urung dilakukan karena kondisi kesehatan Sam Ratulangi yang semakin memburuk.

Pada tanggal 30 Januari 1949 pagi hari, Dr Sam Ratulangi akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dalam penahanan Belanda. Walaupun pada malam hari sebelum wafatnya, beliau sempat bertemu dengan Wolter Monginsidi.

Sam Ratulangi dimakamkan di pekuburan tanah abang dan kemudian makam Sam Ratulangi  dipindahkan ke tanah kelahirannya di Tondano.

Atas jasa-jasanya, di tanggal 5 November 1961 Pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sam Ratulangi melalui SK Presiden RI No.590.

Selain itu pemerintah juga menganugerahkan penghargaan Bintang Gerilya, Bintang Mahaputra dan Satyalencana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan kepadanya. Nama Sam Ratulangi juga diabadikan sebagai nama Universitas di Manado, Sulawesi Utara. Namanya juga banyak digunakan sebagai nama jalan di Indonesia.

Sumber: Biografiku.com.

Sumber: Warta Kota
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved