Berita Internasional
Perang Drone Terbesar di Dunia Sudah Benar-benar Terjadi: Drone China vs Turki
Meski drone Turki ini kalah dari Wing Loong buatan China pada sisi jarak tempur, tapi terbukti efektif dalam memukul mundur pasukan Haftar
Penulis: |
Wartakotalive, Jakarta - Perang besar-besaran menggunakan pesawat nirawak (unmanned aerial vehicle/UAV) alias drone terjadi di Libya, bahkan disebut sebagai "perang drone terbesar pertama di dunia".
Drone yang paling menonjol digunakan untuk saling bunuh antara dua pihak yang bermusuhan adalah Bayraktar TB2 buatan Turki melawan Wing Loong buatan Republik Rakyat China (RRC).
Kontur wilayah Libya yang terbuka dan relatif datar, karena sebagian besar berupa gurun pasir, menjadi "arena uji" keunggulan teknologi dua drone tersebut.
Semenjak Muammar Muhammad Abu Minyar Khadafi, yang berkuasa sejak 1969, dijatuhkan oleh pemberontakan rakyat pada Oktober 2011, Libya morat-marit.
Tidak ada lagi persatuan bangsa negeri itu. Kelompok-kelompok berdasarkan suku bermunculan, saling berebut kuasa wilayah.
Pada akhirnya pengelompokan politik boleh dibilang terbelah pada dua kubu.
Kubu pertama yakni Pemerintah Berdasarkan Kesepakatan Nasional (GNA), yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pemerintahan ini berpusat di Ibu Kota Libya, Tripoli. Dipimpin Perdana Menteri Fayez al-Serraj.
Kubu kedua adalah Tentara Nasional Libya (LNA), yang menguasai wilayah timur.
Kelompok ini dipimpin oleh Khalifa Haftar (73), purnawirawan jenderal yang turut menggulingkan Khadafi.
Ia berbasis di kota terbesar kedua Libya, Benghazhi, di wilayah timur.
Masing-masing kubu didukung oleh negara luar, tentu antara lain karena mengincar minyak.
Libya diketahui punya cadangan minyak terbesar kedua di dunia di bawah Arab Saudi.
Selain secara politik didukung oleh PBB, GNA didukung secara militer oleh Turki.
Sedangkan LNA didukung oleh Uni Emirat Arab, dan beberapa negara Arab lainnya, juga Rusia yang mendukung secara tidak resmi.
