Virus Corona

Kisah Para Dokter Merawat Pasien Covid-19, Tak Pernah Libur Sampai Mual Pakai APD Berjam-jam

Ini beberapa kisah dokter yang merawat pasien Covid-19, mulai dari yang tidak pernah libur sampai tak bisa peluk anak sendiri

Ilustrasi Wartakotalive/Galih
Tenaga medis Covid-19 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Keberadaan petugas medis khusus penanganan pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit di Jakarta dikabarkan masih minim.

Hal tersebut disampaikan oleh Dokter A, petugas medis yang bertugas di salah satu rumah sakit pemerintah di Jakarta.

Dokter A menuturkan, meski rumah sakit tempatnya bekerja bukanlah rumah sakit rujukan Covid-19, jumlah pasien pengidap Covid-19 tetap terus berdatangan.

Jadi, selain melayani para pasien non-Covid-19, para tenaga medis juga harus menangani pasien pengidap Covid-19.

Kisah Pilu Petugas Medis Positif Covid-19 Meninggal Sendirian Tak Berhasil Penuhi Janji Putrinya

Rizal Bocah Penjual Jalangkote Kaget Bangun Tidur Dikasih THR Rp 10 Juta dari Akbar Konyol

"Pasien awalnya datang tidak dengan gejala ke arah Covid-19 tapi setelah didiagnosa informasi lebih lanjut mengarah ke sana (Covid-19) ya kita tangani," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (20/5/2020).

Dia menjelaskan, para pasien Covid-19 tersebut tidak dapat dipindah ke rumah sakit rujukan karena kapasitas rumah sakit telah penuh.

"Kebanyakan rumah sakit rujukan sudah penuh. Rumah sakit tempat saya bekerja sudah menyediakan fasilitas sarana dan prasarana dalam menangani Covid-19. Tapi dalam hal sumber daya manusia, ini sudah sangat minim sekali," imbuhnya.

Kerja tanpa libur

Dokter A menjelaskan, beberapa rumah sakit non-rujukan telah membangun sistem cluster khusus penanganan pasien Covid-19. Ini dilakukan agar pasien-pasien lain tidak ikut tertular Covid-19.

Namun karena minimnya petugas medis yang bertugas, kata Dokter A, sejumlah rumah sakit di Jakarta telah menetapkan sistem rolling.

Setiap beberapa minggu sekali para petugas medis akan di-rolling untuk menangani para penderita Covid-19.

"Satu orang dokter bisa menangani 10-11 pasien dalam satu hari. Kurang optimal apalagi dilihat dari jumlah pasien minggu ini yang cenderung terus terutama bertambah," tuturnya.

Setelah masa penugasan tersebut berakhir, para dokter, suster, serta para petugas medis akan diisolasi selama dua minggu.

Minimnya jumlah sumber daya manusia pun memaksa para petugas medis yang sedang menjalani masa isolasi untuk tetap bekerja.

"Kita kerja tidak ada libur. Dalam masa isolasi dua minggu, kami tetap bekerja," ungkapnya.

Selama masa isolasi, Dokter A mengatakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah membantu para petugas medis mendapatkan penginapan khusus yang berlokasi di wilayah dekat rumah sakit.

"Ada penginapan difasilitasi oleh Kemenparekraf, kami biasa dapat penginapan yang tidak jauh dari situ (rumah sakit) biasa dua minggu waktu isolasi," kata Dokter A.

Kendati demikian, Dokter A menyebut bahwa tidak semua rumah sakit di Jakarta telah menerapkan sistem yang serupa.

Beberapa petugas medis di beberapa rumah sakit bahkan dikatakan tidak dapat menangani pasien pengidap Covid-19.

"Tapi tidak semua rumah sakit sama seperti rumah sakit tempat saya bekerja. Terlebih dari segi fasilitas yang tersedia," kata dia.

Curhat Pilu Dokter Emilia Nissa: Tahukah Kalian Ada Petugas Menangis Tahan Rindu Ketemu Keluarganya?

 Wabah virus corona sudah merenggut banyak korban jiwa. Tidak terkecuali para dokter dan petugas medis.

Baru-baru seorang perawat di RS Royal Surabaya Ari Puspitasari yang sedang hamil 4 bulan meninggal akibat Covid-19

Melihat hal ini tentu membuat sebagian orang menjadi sedih. Namun ada juga yang tak peduli. Lihat saja bagaimana pasar dan sebagian mal yang nekat buka menjelang Lebaran.

Bahkan trending juga #TerserahIndonesia yang digaungkan para dokter.

Bukan karena mereka menyerah merawat pasien Covid-19, namun mereka sudah tak peduli dengan masyarakat yang tidak mau mengikuti aturan PSBB.

 Dua Perawat RSPAD Gugur, Jenderal TNI Andika Perkasa : Pengabdian Paling Berharga Adalah Nyawanya

 Siap Patungan Rp6 Miliar Asal Siti Fadilah Dapat Asimilasi Corona, Deddy Corbuzier: Dia Pahlawan

Seorang dokter bernama Emilia Nissa Khairani mencurhatkan isi hati soal kondisi ini. 

Curhatan dokter yang juga anggota IDI Padang, Sumatera Utara menjadi viral lantaran dibagikan ke banyak media sosial.  Berikut curhatannya dikutip Wartakotalive.com dari akun facebook dan instagram.

Sudah hampir 2 bulan saya dan suami tidak sekamar dengan anak2, dan memakai masker sepanjang hari saat interaksi dengan anggota seisi rumah.

Selama itu pula saya tidak mencium mereka. Sementara mereka setiap saat membuka pintu kamar saya dan berharap dipeluk dan dicium Umi dan Abi.

 Perawat Ari Puspitasari Meninggal Kondisi Hamil, Statusnya PDP Covid-19, Gubernur Khofifah Berduka

Awalnya kami pikir ini tak akan lama. Namun begitu ada berita bahwa PSBB dilonggarkan dan himbauan untuk penyelenggaraan lagi shalat berjamaah di Masjid, kami nyaris putus asa.

Belum terlihat dimana ujungnya situasi ini.

Tentunya ini belum seberapa... dibanding teman2 saya yg mengirim anak2nya ke tempat lain dan tinggal sendirian krn takut ia menjadi pembawa (carrier) tanpa gejala dan menginfeksi orang2 yg ia cintai.

Kami harus stock lebih banyak APD.

Kami harus stock lebih banyak vitamin.

Kami harus semakin menguatkan hati ini bekerja melayani orang2 yg (sebagian, bahkan sebagian besar) abai tersebut dengan ikhlas.

Dan kami harus siap menerima lebih banyak teman2 kami, bahkan mungkin kami sendiri nanti terinfeksi virus ini.

Tahukah kalian.. ada petugas yg mual dan sakit kepala hebat setelah beberapa jam memakai APD tersebut?

Tapi ia tetap harus lanjut bekerja.

Ada petugas yg harus dan sering mandi air dingin tengah malam saat keluar dari zona merah covid karena tidak mau membawa virus itu keluar.

Ada petugas yg baru bisa berbuka puasa jam 9 bahkan jam 10 malam krn ia harus menyelesaikan tugasnya dulu sebelum bisa melepas Hazmat yg dipakainya.

Ada petugas yang tiba-tiba menangis saat sedang dinas krn menahan rindu yg sangat dengan keluarganya, dan bahkan untuk menyeka air mata saja ia tidak bisa karena takut terkontaminasi.

Ah sudahlah.. kalian pasti sudah sering mendengar cerita2 pilu ini.

Mungkin jauh lebih memilukan lagi dari ini.

Tapi mungkin berjalan2 sore sambil membeli pabukoan tanpa masker lebih penting bagi kalian.

Beramai2 membeli baju lebaran di mall lebih prioritas bagi kalian.

Kami hanya perlu tetap bekerja dengan beban yg semakin berat, pasien yg semakin banyak, dan personel yg semakin sedikit.

Semoga pandemi ini segera berakhir

#dr. Emilia Nissa Khaira

 Gubernur Sulawesi Selatan Beri Beasiswa dan Motor untuk Bocah Penjual Jalangkote

Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat jumlah penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 hingga Selasa (19/5/2020) pukul 12.00 WIB bertambah 486 orang.

Sehingga totalnya menjadi 18.496 Sedangkan pasien sembuh menjadi 4.467 setelah ada penambahan 143 orang dan kasus meninggal menjadi 1.221 dengan penambahan 30 orang.

“Pasien Konfirmasi Covid-19 ada kenaikan sebanyak 486 orang sehingga menjadi 18.496 orang. Sembuh meningkat 143 orang sehingga menjadi 4.467 orang. Kasus meninggal naik 30 orang sehingga menjadi 1.221 orang," ungkap Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto dalam siaran tertulis pada Selasa (19/5/2020).

Dokter Vika: Itu Sikap Ngenes Kami Lihat Warga yang Mulai Abai

Para dokter ngenes dengan sikap masyarakat Indonesia yang terlihat semakin abai dengan pandemi Covid-19.

Padahal selama berbulan-bulan para petugas medis  tetap berjuang di tengah bencana virus corona tersebut, menyelamatkan ribuan warga.

Satu di antara dokter yang kecewa dengan sikap mayoritas masyarakat Indonesia belakangan ini ialah Vika Hapsari Pratiwi.

 Perawat RS Royal Surabaya Meninggal Dunia, Dokter Tirta Usul Bendera Setengah Tiang Kelak

 Begini Cara Meningkatkan Imun Anak di Tengah Pandemi Virus Corona

Seorang dokter gigi di Kota Bogor itu memaklumi tagar Indonesia Terserah yang akhirnya viral dan didukung oleh para tenaga medis Indonesia.

Hal itu lantaran perjuangan mereka yang sudah mati-matian dalam menghadapi Covid-19.

"Kami setiap hari was-was saat berangkat kerja. Namun nyatanya masyarakat malah terlihat mengabaikan pencegahan Covid-19. Jadi bisa dibilang kami ngenes lah dengan kondisi sekarang," kata Vika dihubungi Senin (18/5/2020).

Padahal kata Vika, sejak Pandemi Covid-19 masuk Indonesia, ia harus berpanas-panasan ketika mengobati pasiennya.

 Lima Tips Belanja Aman Menurut WHO Selama Pandemi, Baik di Pasar Tradisional maupun Pasar Modern

Hal itu lantaran Alat Pelindung Diri (APD) yang selalu melekat di tubuhnya saat praktik.

Selama tiga jam penuh, Vika mengaku tidak dapat melepaskan baju hazmat dan seluruh APD yang menempel di badannya.

Hal itu lantaran risiko penularan Covid-19 yang tinggi jika bersentuhan dengan area mulut pasien.

 Rumahkan 800 Karyawan, Dirut Garuda Indonesia: Untuk Memastikan Keberlangsungan Perusahaan

"Karena dokter gigi itu sebenarnya yang paling risiko tinggi terkena penularan Covid-19. Tapi walau seperti itu kami tetap berkerja untuk masyarakat," jelas Vika.

Selain itu kondisi psikis para tenaga medis juga banyak yang mulai terganggu karena hubungan kerja yang semakin mencekam.

Setiap tenaga medis kerap curiga dengan tenaga medis lainnya.

 Masa Pandemi Corona, Pisa Kafe Menyediakan Makanan Gratis Bagi Tenaga Medis di Lima Rumah Sakit

Meski begitu, mereka tetap harus profesional dan membantu masyarakat dalam memberikan pelayanan medis.

Namun nyatanya semua perjuangan mereka selama ini semakin dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) semakin diabaikan dan berisiko membuat penularan Covid-19 terus melonjak.

"Banyak yang kami korbankan. Misalnya saja sudah dua bulan ini kami harus jaga jarak dengan keluarga. Saya saja sudah dua bulan ini tidak sentuh anak-anak saya karena risih menularkan penyakit," paparnya.

 Pesan Mendalam Kartika Putri Kepada Calon Pemudik di Masa Pandemi Covid-19

Oleh karenanya dia berharap masyarakat dapat sedikit bersimpati dengan perjuangan tenaga medis.

Khususnya para tenaga medis yang bersentuhan langsung dengan pasien Covid-19.

Hal itu lantaran sudah banyak yang mereka korbankan agar risiko kematian warga dapat ditekan.

"Jadi seharusnya kita saling bantu dan empati saja. Karena pandemi ini tidak akan berakhir jika semua saling ego dan mementingkan diri sendiri," pesan wanita yang sudah 17 tahun menjadi dokter itu.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cerita Dokter tentang Minimnya Tenaga Medis di Jakarta, Kerja Tanpa Libur demi Pasien

Penulis : Kevin Rizky Pratama

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved