Didi Kempot Meninggal
Penyebab Didi Kempot Meninggal, dr. Antonia Anna: Sudden Death, Belum Tentu Serangan Jantung
Kematian mendadak tersebut, memang yang paling banyak diakibatkan jantung. Oleh karena itu, ada dugaan, akan tetapi tidak lantas pasti
Penulis: Ign Agung Nugroho | Editor: Feryanto Hadi
Oleh sebab itu, kata Antonia Anna, untuk menyikapi hal seperti itu caranya, mempertajam seseorang ada kemungkinan serangan jantung atau tidak.
"Artinya harus waspada diri. Waspada itu harus introspeksi diri. Misalnya, saya ini merokok atau tidak, saya ini punya darah tinggi tidak, saya punya kencing manis tidak, kolesterol saya bagaimana? Saya olahraga atau tidak, saya stres atau tidak," katanya.
"Dan satu lagi faktor yang penting, saya ada faktor keturunan tidak. Jadi harus instropeksi, kebanyakan orang mengabaikan. Mereka merasa, ah saya masih muda, nggak mungkin, saya tidak ada keluhan jadi nggak mungkin," ucapnya.
• Maia Estianty kepada Didi Kempot: Semoga Perjalanmu ke Rumah Allah Menyenangkan
• Reza Rahadian Tak Bakal Lupa Kalimat Motivasi Didi Kempot tentang Bangkit dari Sakit Hati
• Kisah Hidup Didi Kempot, Ngamen di Jalanan Jakarta hingga Jadi The Godfather of Broken Heart
Padahal, lanjut Antonia Anna, di dunia kedokteran ada istilah yang namanya silent killer.
Dia mencontohkan, orang hipertensi atau darah tinggi sebagian besar tidak ada keluhan.
Begitu juga, orang yang kencing manis (diabetes) sebagian besar tidak ada keluhan.
"Keluhan itu baru mulai timbul apabila, tensi dan gulanya sudah tinggi sekali," katanya.
Oleh sebab itu, banyak faktor resiko yang sifatnya silent. Jadi orang hanya instrospkesi diri berdasarkan gejala, itu salah dan sudah terlambat.
"Kalau kita menunggu gejala timbul, sudah terlambat. Apalagi usia almarhum sudah 53 tahun. Padahal laki-laki biasanya 40 tahun dianjurkan untuk check up kesehatan," kata Kepala Departemen Kardiovaskular di Universitas Pelita Harapan dan Pusat Jantung Rumah Sakit (RS) Siloam Lippo Village itu.