Virus Corona
Work From Home Selama Pandemi Covid-19 Ternyata Bikin Perceraian dan KDRT Meningkat
Presiden Jokowi memberlakukan kebijakan Work From Home (WFH) alias bekerja dari rumah selama masa pandemi Covid-19.
Penulis: |
WARTAKOTALIVE, JAKARTA – Presiden Jokowi memberlakukan kebijakan Work From Home (WFH) alias bekerja dari rumah selama masa pandemi Covid-19.
Pemberlakuan WFH itu berpotensi menimbulkan masalah, di antaranya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan meningkatnya angkat perceraian.
Hal ini diungkapkan dua dosen dari Universitas Indonesia.
• Kena PHK Massal, Buruh di Tangerang Iris Urat Nadi di Pergelangan Tangan Hingga Meninggal
Mereka adalah Imam B Prasodjo, Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI); dan Dave Lumenta, Dosen Antropologi FISIP UI.
Imam B Prasodjo menjelaskan, kebijakan WFH membuat ayah dan ibu yang pada umumnya banyak menghabiskan waktu di rumah, tiba-tiba berinteraksi bersama-sama anak di rumah.
Menurut dia, kebijakan WFH itu menimbulkan banyak perubahan di keluarga.
• Kadin Sebut Pandemi Covid-19 Bikin 40 Juta Orang Menganggur, Napas UMKM Tinggal Dua Bulan
“Yang negatif, angka perceraian meningkat."
"Yang positif, semakin paham apa yang terjadi dalam keluarga sendiri,” katanya, pada sesi Forum Diskusi Salemba bertema 'The New Normal: Menjalani Kehidupan Normal di Tengah Pandemi Covid-19', Jumat (1/5/2020).
Selama ini, kata dia, karena ayah menghabiskan waktu bekerja di luar rumah, maka kerap tidak memperhatikan kondisi keluarga.
• UPDATE Kasus Covid-19 di Indonesia: Positif 10.551 Orang, 1.591 Pasien Sembuh, 800 Meninggal
Dia mengharapkan agar terjadi dampak positif di keluarga selama penerapan WFH tersebut.
“Mudah-mudahan positif. Harapan kualitas keluarga menjadi bagian penting dari hikmah Covid,” ujarnya.
Sementara, Dave Lumenta mengungkapkan terjadi peningkatan kasus KDRT selama penerapan lockdown atau karantina wilayah.
• Naik Motor Bonceng Tiga Sambil Tenteng Celurit, Tiga Remaja di Bekasi Dihajar Warga
“Selama lockdown (artikel) yang saya baca di Eropa meningkat KDRT,” kata Dave.
Dia menjelaskan, angka kekerasan itu meningkat karena dampak dari tingkat stres seseorang.
“Orang banyak belum terbiasa di rumah 24 jam sehari."
• Dari 79.152 Warga Jakarta yang Ikut Rapid Test, 3.022 Orang Dinyatakan Positif Covid-19
"Belum lagi ketakutan stres, ketidakpastian income (pendapatan)."
"Orang stres persoalan psikosomatik. Mengganggu relasi dengan anggota di rumah,” tambahnya.
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 30 April 2020, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 4.175 (41.3%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 1.012 (10.0%)
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 958 (9.5%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 724 (7.2%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 491 (4.9%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 404 (4.0%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 230 (2.3%)
BALI
Jumlah Kasus: 222 (2.2%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 205 (2.0%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 170 (1.7%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 150 (1.5%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 148 (1.5%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 145 (1.4%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 134 (1.3%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 117 (1.2%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 100 (1.0%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 95 (0.9%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 89 (0.9%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 62 (0.6%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 58 (0.6%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 47 (0.5%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 46 (0.5%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 45 (0.4%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 42 (0.4%)
RIAU
Jumlah Kasus: 41 (0.4%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 40 (0.4%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 37 (0.4%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 32 (0.3%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 23 (0.2%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 15 (0.1%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 12 (0.1%)
ACEH
Jumlah Kasus: 10 (0.1%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 10 (0.1%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 3 (0.0%). (*)