Virus Corona Jabodetabek
Dampak Corona, Perusahaan Konveksi Berusia 50 Tahun Ikutan Goyah Beralih Bikin Masker
Dampak dari wabah virus corona, perusahaan konveksi KS Tubu harus merumahkan karyawannya, hal itu juga disebabkan seluruh departemen store tutup
Penulis: Desy Selviany | Editor: Dian Anditya Mutiara
Dampak dari wabah virus corona, perusahaan konveksi KS Tubu harus merumahkan karyawannya, hal itu juga disebabkan seluruh departemen store tutup
WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH - Berdiri selama hampir 50 tahun, sebuah usaha konveksi di KS Tubun, Slipi, Jakarta Barat goyang karena wabah virus corona.
Selama satu bulan usaha mikro kecil menengah (UMKM) itu putar otak agar dapat mempertahankan 150 karyawannya.
Operasional UMKM Konveksi di KS Tubun, Octaviana Setio (48) mengaku bahwa sejak pertengahan bulan Maret 2020 perusahannya mulai goyang karena wabah virus corona.
Memasuki awal April 2020, seluruh produksi pakaian terpaksa dihentikan karena hampir seluruh departemen store tutup.
"Biasanya perminggu kami produksi sampai 1.200 pakaian wanita. Semua pakaian wanita itu biasanya dikirimkan ke beberapa departement store di Jakarta," kata wanita yang karib disapa Viana itu ditemui di tempat konveksi Jumat (17/4/2020).
• Mengintip Dapur Umum Kecamatan Bekasi Barat, Ibu-ibu Siapkan Nasi Bungkus untuk Warga Terdampak
• Mumpung Bisa Work From Home, Ahok Manfaatkan Waktunya Ngemong Yosafat Disela Kesibukan
Perusahaan yang masih berbentuk Commanditaire Vennootschap (CV) itu kini sama sekali sudah tidak memproduksi pakaian wanita.
Viana mengaku sudah berupaya menggenjot penjualan online.
Namun karena kondisi ekonomi Indonesia yang tengah tidak baik, penjualan pakaian lewat online juga merosot tajam.
"Mungkin orang juga pasti akan mengutamakan untuk kebutuhan sembako sehingga kebutuhan pakaian distop," jelas Viana.
Akhir Maret 2020, konveksi itu sudah merumahkan 100 sales wanitanya karena wabah virus corona.
Kini mereka masih mempertahankan 50 karyawan lagi yang berada di bagian produksi.
Viana mengaku perusahaannya masih memutar otak agar dapat mempertahankan 50 karyawan di bidang produksi.
"Karena disini kami sistemnya sudah kekeluargaan. Jadi berat sekali memberhentikan mereka begitu saja," jelas Viana.
Umumnya karyawan di perusahaan itu sudah berkerja belasan hingga puluhan tahun. Sehingga berat bagi perusahaan untuk menyetop karyawan.
"Apalagi kami juga sudah mengenal keluarga karyawan kami. Jadi kami tahu betul mereka menanggung hidup siapa saja," kata Viana.
Beralih bikin masker
Sejak awal April 2020 mereka sudah mencoba beralih ke produksi masker. Meski demikian mulai pertengahan April permintaan masker mulai menurun.
Menurutnya hal itu karena pasar yang sudah mulai jenuh dengan penjualan masker kain.
Di awal Viana mengakui bahwa permintaan masker dari usaha konveksi itu mencapai 2.000 masker kain perhari.
"Namun semakin kesini semakin turun. Hari ini saja sudah tidak ada pesanan," ungkap Viana.
Ia khawatir karena produksi masker yang semakin menurun mereka tidak dapat lagi mempertahankan 50 karyawan di bagian produksi.
• Pasien di Korea Selatan yang Sembuh dari Covid-19 Ternyata Kambuh Lagi, Begini Penjelasannya
Viana dan 50 karyawan lainnya hanya dapat berharap wabah virus corona segera berakhir.
Ia juga berharap pemerintah bisa meringankan beban warga khususnya karyawan UMKM yang terdampak karena pandemi ini.
"Kalau perusahaan kecil seperti kami ini kan tidak bisa berbuat banyak untuk karyawan kami. Kami hanya berharap pemerintah dapat berbuat banyak untuk mereka," tutur Viana.
Misalnya saja dengan menghentikan sementara pembayaran iuran BPJS, iuran listrik dan iuran kebutuhan pokok lainnya.
"Kalau kami pengusaha sudah bersyukur dengan kebijakan pembebasan PPH sampai 6 bulan ke depan. Namun kami juga masih memikirkan nasib karyawan kami," ungkapnya. (m24)