Gunung Anak Krakatau Erupsi

Akibat Erupsi Gunung Anak Krakatau Terlihat Kolom Abu Setinggi 500 Meter di Puncaknya

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi kurang lebih 38 menit 4 detik.

TWITTER/VOLCANOYTZ
Gunung Anak Krakatau saat meletus Jumat malam dilihat dari pantai, pos pemantauan. 

Hendra menyebut tipikal erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini dengan kondisi gas yang relatif sedikit dan lebih bersifat aliran.

Erupsi Gunung Anak Krakatau lebih didominasi oleh semburan lava.

Oleh karena itu, menurut Hendra, agak tidak mungkin kalau suara dentuman yang terdengar oleh sebagian warga Jabodetabek itu berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau.

Sementara petugas di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di dekat Pantai Carita justru tak mendengar ada suara dentuman.

"Secara instrumental tekanannya tidak terlalu besar, sehingga wajar jika tidak terjadi dentuman di pos pengamatan di Pantai Carita. Jadi aneh juga kalau terdengar sampai Depok dan Bogor karena yang dekat saja enggak kedengaran," katanya.

Dentuman di Langit

Soal dentuman Gunung Anak Krakatau yang didengar warga sampai Bogor, hal ini juga pernah terjadi pada tahun 2018.

Saat itu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merespons misteri suara dentuman yang terdengar di sejumah daerah di Jawa Barat.

Seperti diberitakan media, banyak netizen yang melaporkan suara dentuman misterius itu terdengar di wilayah Bandung, Cianjur, Karawang, Purwakarta.

Namun sampai saat ini Kompas.com sendiri belum menemukan rekaman suara dentuman tersebut seperti apa.

Menanggapi informasi tersebut, Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, berdasarkan informasi masyarakat di Bandung, suara gemuruh itu terdengar pada 25 Desember 2018 malam, sekitar pukul 23.28 WIB, 23.37 WIB, dan 23.52 WIB.

"Dari analisa alat lightning detector (alat untuk memantau aktivitas petir) milik BMKG yang dioperasikan di Lembang dan dapat memantau seluruh wilayah Jawa Barat, bahwa pada jam tersebut telah terjadi petir di barat dan tenggara wilayah Bandung," katanya, Rabu (26/12/2018).

"Karena saat ini musim hujan dan di wilayah Jawa Barat terdapat kumpulan awan-awan konvektif yang berpotensi memicu gemuruh dan petir serta hujan dengan intensitas ringan hingga sedang," imbuh Tony.

Tony menegaskan, tanggapan tersebut berdasarkan informasi yang didapatkannya dari masyarakat yang mendengar suara gemuruh dari arah barat pada tanggal 25 Desember 2018 itu.

Begitu pun waktu yang dicatat oleh masyarakat itu sendiri.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved