Virus Corona

Warga Panik Virus Corona, Pasien Kanker Keluhkan Kosong dan Mahalnya Harga Masker

Pasien Kanker Keluhkan Kosong dan Mahalnya Harga Masker di Pasaran. Padahal Mereka yang Paling Membutuhkan

Editor: Dwi Rizki
Kolase Warta Kota (Twitter @xin_tan/ @alva_roe_lee_)
Pasien Leukimia mengeluhkan tentang kosongnya stok dan mahalnya harga masker di pasaran 

Temuan virus corona yang menginfeksi warga Depok, Jawa Barat pada beberapa waktu lalu berujung pada fenomena panic buying di masyarakat.

Banyak masyarakat yang memborong sejumlah barang, mulai dari masker hingga handsanitizer agar mereka dapat terhindar dari virus corona.

Bahkan ditemukan juga sejumlah oknum masyaralat yang sengaja menimbun kedua barang utnuk dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.

Fenomena panic buying yang terjadi tersebut tidak hanya diresahkan masyarakat kebanyakan, tetapi juga bagi patra penyintas kanker darah atau leukimia.

Jangan Ketinggalan Jadwal Penjualan Masker Murah Ramayana, Kondisi Kosong dan Dipasok Ulang Saat Ini

Mereka membutuhkan masker layaknya kebutuhan pokok lantaran daya tahan tubuh mereka yang rendah dibandingkan orang sehat.

Keluhan adanya fenomena panic buying ramai disampaikan masyarakat.

Salah satunya Xintan lewat akun @xin_tan; pada Kamis (5/3/2020).

Dalam kicauannya, Xintan meminta kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI untuk menyalurkan masker kepada para penyintas kanker.

"Pak de @jokowi @KemenkesRI tolong dibantu pasien anak leukemia butuh masker. Posisi pasien di Dharmais. Mohon dibantu Pak," tulis Xintan.

Hal serupa pun disampaikan oleh Komedia Aming.

Aming mengaku sedih mengetahui jahatnya sebagian orang yang menimbun masker kemudian dijual kembali dengan harga fantastis.

Aming memperingatkan, ada ancaman lima tahun penjara dan denda Rp 50 miliar bagi mereka yang menimbun masker.

Kecaman Aming terhadap para penimbun, termasuk penimbun masker. Jadi trending twitter
Kecaman Aming terhadap para penimbun, termasuk penimbun masker. Jadi trending twitter (Twitter)

"Orang sedang butuh masker, malah ditimbun. Hati-hati untuk penimbun barang seperti masker. Ada pidananya," kata Aming di TransTV, Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, Rabu (4/3/2020).

Aming mengingatkan, oknum penimbun masker untuk berhenti melakukan aksinya.

Misteri Anjing Penjaga, Terekam Kamera di Puncak Gunung Agung Bali. Apakah Titisan Jono dan Joni?

"Pada akhirnya bukan corona yang membunuh kita. Tapi saudara-saudara sendiri yang punya duitlah!, Berbondong-bondong, ngeborong sampai stok kosong!," tulis Aming.

"Sobat miskin cuma bengong dimatiin saudara sendiri dalam keadaan kelaparan. Siapa lebih jahat, corona apa manusia?," tanyanya.

Penyintas Kanker Minta Tolong

Susanto Tan (46) dan Celine (6), ayah dan anak penyintas kanker ini butuh masker dengan harga normal.
Susanto Tan (46) dan Celine (6), ayah dan anak penyintas kanker ini butuh masker dengan harga normal. (istimewa)

Fenomena panic buying atas pembelian masker dirasakan oleh Susanto Tan (46) dan Celine (6), ayah dan anak penyintas kanker.

Masker dan cairan pembersih tangan (hand sanitizer) diungkapkannya sangat langka di pasaran, harganya diketahui melambung berkali lipat kalau pun tersedia. 

Kepada Kompas.com, Susanto menyebutkan, dia didianogsa mengidap kanker nasofaring.

Sementara anaknya menderita leukimia atau kanker darah.

"Saya rutin menggunakan masker sejak tahun 2018. Sementara anak saya sejak tahun 2016," kata Susanto, Rabu (4/3/2020).

Selama bertahun-tahun itu, dia mengaku, paling tidak menggunakan 1 buah masker setiap hari.

Untuk anaknya lebih banyak, bisa mencapai 3 masker per hari.

Terutama bila bepergian. Menurut dia, kebutuhan masker bagi penyintas kanker sangat penting.

Sebab, mereka akan rentan terhadap kondisi udara yang tidak baik, seperti misalnya asap rokok, debu, dan polusi.

Terlebih, saat ini, mereka masih dalam tahap kontrol kesehatan rutin di rumah sakit.

Susanto setiap tiga bulan sekali harus ke Jakarta untuk sekadar check up perkembangan penyakitnya yang sudah masuk dalam tahap stadium 2.

Sementara anaknya setiap bulan mesti cek darah di Klinik Prodia Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

"Karena masih dalam tahap kontrol, kebutuhan masker tentu sangat penting, sebab kondisi tubuh rentan terhadap asap, debu dan polusi udara," ujar Susanto.

Susanto mengeluh dengan kelangkaan masker seperti sekarang ini.

Jika pun ada, harganya melonjak drastis.

Terakhir, dia ditawari masker seharga Rp 220.000 per kotak.

Padahal, sebelum isu corona, harga masker di tempat perbelanjaan hanya sekitar Rp 23.000 - Rp 40.000 per kotak.

"Semenjak merebaknya virus corona, apalagi ketika dikabarkan masuk ke Indonesia, harga masker melonjak tinggi," ungkap Susanto.

Bahkan, Selasa (3/3/2020) kemarin, dia tidak menemukan satu toko pun yang menjual masker dan pembersih tangan di sepanjang antara Kecamatan Siantan dan Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

Padahal jarak antar dua kecamatan itu mencapai 50 kilometer.

"Kemarin saya ke Mempawah, pas pulang ke rumah, saya sengaja singgah di setiap toko, tapi masker dan pembersih tangan kosong," cerita Susanto.

Berharap Harga Normal

Susanto berharap, pemerintah segera turun tangan dan membuat ketersedian masker kembali seperti semula, begitu juga dengan harganya.

Dia juga meminta pemerintah dan aparat keamanan menangkap pelaku-pelaku penimbun masker.

"Harapan saya, harga masker normal. Boleh naik tapi sewajarnya, Rp 50.000 misalnya. kalau sampai Rp 200,000, bonyoklah saya," kata Susanto.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved