Banjir Tangerang
Kecamatan Periuk Tangerang Banjir Lagi Sampai 140 Cm, Warga Diteriaki Pakai Toa Agar Mengungsi
BANJIR kembali merendam kawasan Periuk, Kota Tangerang, Selasa (25/2/2020).
BANJIR kembali merendam kawasan Periuk, Kota Tangerang, Selasa (25/2/2020).
Sejumlah warga pun diminta dievakuasi.
Camat Periuk Maryono menjelaskan, air sudah meninggi sejak dini hari tadi.
• Kembali Gaungkan Usulan Motor Masuk Tol, Bamsoet: Karena Kita Sama-sama Bayar Pajak
Pihaknya pun segera memberikan peringatan dini kepada warga yang terdampak.
"Kami langsung teriak-teriak menggunakan toa atau alat suara agar warga dievakuasi," ujar Maryono kepada Wartakotaive, Selasa (26/2/2020).
Sebab, banjir sudah mengepung permukiman penduduk dengan ketinggian satu meter lebih.
• HASIL Survei PRC dan PPI: Hanya Banjir yang Bisa Kalahkan Anies Baswedan Jadi Capres 2024
Sejumlah akses jalan pun lumpuh terendam air.
"Ketinggian air sudah 140 cm."
"Kami siapkan perahu karet dan posko pengungsian," ucapnya.
• Satpam Meninggal Saat Banjir di Bekasi, Camat Duga karena Tersetrum, Kata Saksi Mungkin Jantungan
Maryono menyebut banjir disebabkan curah hujan yang cukup tinggi.
Sehingga, aliran air di Kali Ledug dan Situ Bulakan melimpas.
"Tanggul di Kali Ledug airnya melimpas ke jalan sejak malam."
"Antisipasinya kami langsung melakukan penjagaan," kata Maryono.
Tak Separah Awal Tahun
Hujan lebat terus mengguyur wilayah Tangerang dan sekitarnya.
Sehingga, mengakibatkan sejumlah wilayah tergenang.
Termasuk, di lokasi rawan banjir, yakni Ciledug, Kota Tangerang.
• Survei Indo Barometer: Soeharto Presiden Indonesia Paling Disukai, Megawati Urutan Buncit
Camat Ciledug Syarifudin menjelaskan mengenai peristiwa banjir yang terjadi pada Selasa (25/2/2020).
"Untuk hari ini kondisi banjirnya tidak separah dibandingkan pada awal tahun kemarin," ujar Syarifudin kepada Wartakotalive.
Menurutnya, ketinggian air yang mengepung wilayah Ciledug belum mencapai 1 meter.
• Berpakaian Ala Bikers Pertama Kali Seumur Hidup, Maruf Amin: Demi Pancasila
Kendati demikian, pihaknya masih terus bersiaga.
"Untuk saat ini ketinggian air mencapai 40 cm," ucapnya.
Syarifudin menyebut sejumlah titik yang terdampak.
• Survei Indo Barometer: PDIP Parpol Paling Banyak Dipilih Masyarakat, Peluang Cetak Hattrick di 2024
Untuk saat ini, daerah Ciledug Indah 2 belum terendam.
"Tapi Ciledug Indah 1 dan Puri Kartika kebanjiran."
"Karena ada luapan air dari Kali di Juramangu," beber Syarifudin.
• WARGA Jepang Dikabarkan Terinfeksi COVID-19 Setelah Liburan di Bali, Ini Fakta Sebenarnya
Sbelumnya, kawasan Periuk, Kota Tangerang kembali terendam banjir pada Minggu (23/2/2020).
Gunarto, warga sekitar, menjelaskan awal tahun ini merupakan banjir terparah.
Karena, air kerap kali menggenangi wilayah tersebut.
• Gedung DPR Kebakaran, Gedung Nusantara III Penuh Asap
Bahkan, ketinggiannya mencapai satu meter lebih.
"Awal tahun ini saja sudah empat kali banjir."
"Ini banjir terparah dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Gunarto, Minggu (23/2/2020).
• WNI Kru Kapal Pesiar World Dream Bakal Diobservasi di Pulau Sebaru di Kepulauan Seribu
Ratusan rumah warga di Perumahan Garden City, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang pun tenggelam.
Banjir terjadi karena curah hujan yang tinggi dan intens.
"Diperparah juga dengan adanya pembangunan tanggul Kali Ledug yang pengerjaannya belum rampung," ucapnya.
• Bukan Kebakaran, Sekjen DPR Bilang Asap di Gedung Wakil Rakyat karena Sistem Aerosol Terganggu
Sehingga, air meluber ke permukiman penduduk.
Gunarto berharap Pemerintah Kota Tangerang serius menanggulangi banjir di lokasi ini.
"Sebagian warga ada yang mengungsi ke posko."
• Gedung Nusantara III DPR Berasap, Ketua MPR Tetap Rapat di Lantai 9
"Ada juga yang pindah ke tempat saudaranya."
"Tapi masih ada juga warga yang bertahan di rumah lantai 2," kata Gunarto.
Anton, warga lainnya mengungkapkan, hujan deras mengguyur Periuk sedari Minggu (23/2/2020) dini hari.
• Ada 11 Juta Pengangguran di Indonesia, Tahun Lalu 285 Ribu Buruh Di-PHK
Pada pagi hari, wilayah tersebut sudah terendam banjir.
"Pompa banjir yang disediakan Pemkot tidak bisa beroperasi karena kehabisan bahan bakar."
"Dan warga terpaksa patungan uang untuk membeli bahan bakar solar," jelas Anton. (*)