Di Depan Jenazah Tati Sumirah, Sesmenpora Minta Maaf Karena Pemerintah Kurang Memperhatikan Atlet
Saat melayat, di depan jenazah Tati Sumirat, Sesmenpora Gatot S Dewa Broto minta maaf karena pemerintah kurang memperhatikan Tati selama hidupnya.
Saat melayat ke rumah duka, Sesmenpora Gatot S Dewa Broto minta maaf kepada keluarga karena pemerintah kurang memperhatikan Tati Sumirah selama hidupnya.
"Kita semua tahu jasa pengorbanan beliau untuk mengharumkan nama Indonesia, bagaimana kegigihan beliau," kata Gatot S Dewa Broto di depan jenazah Tati yang akan diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Haji Djubris, ke TPU Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (14/2/2020).
Gatot juga meminta maaf karena selama hidupnya, pahlawan bulu tangkis Indonesia di Piala Uber 1980 itu sebagai atlet kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
• Prestasi Tati Sumirah di Dunia Bulu Tangkis Hingga Hidup dari Kasir Apotek, Jauh dari Komunitasnya
Ia menyadari bahwa kondisi sekarang jauh berbeda dengan dulu, khususnya perihal perhatian kepada atlet berprestasi.
"Kami menyadari masih banyak pejuang (atlet berprestasi terdahulu) yang tidak mendapatkan perhatian seperti apa yang terjadi saat sekarang. Kami pun belajar dari kondisi itu, dan kami pun terlecut untuk memberikan yang terbaik untuk para atlet, agar kondisi serupa yang menimpa atlet terdahulu tidak terulang lagi," tambahnya.
Ia berharap dengan perhatian yang dilakukan pemerintah untuk para atlet dapat membantu atlet di hari tuanya nanti.
"Sekali lagi saya meminta maaf untuk apa yang terjadi dengan kondisi almarhum selama hidup," tutupnya.

Tati Sumirah merupakan pahlawan Piala Uber 1975.
Ia satu-satunya pemain tunggal putri yang menyumbang poin saat Indonesia mengalahkan Jepang 5-2 di final yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, 6 Juni 1975.
Setelah gantung raket pada 1982, Tati Sumirah hidup dari melatih bulu tangkis lalu bekerja di sebuah apotek di Jakarta Selatan.