BUMN

Pengamat: Tarif Listrik Bisa Ditekan Rendah Asalkan PLN Pakai Bahan Baku Non Komersial

Biaya PLN bisa ditekan dengan cara memakai bahan baku non komersial, dengan begitu tarif listrik lebih rendah

WARTA KOTA/GOPIS SIMATUPANG
Sambut Hari Listrik Nasional ke-74, PLN targetkan elektrifikasi 100 persen tahun depan. 

Biaya PLN bisa ditekan dengan cara memakai bahan baku non komersial.

Pengamat Ekonomi Enny Sri Hartati dari Institute For Development of Economics and Finance (Indef) mengatakan, PLN dan pemerintah perlu mencari bahan baku non komersial sebagai bahan pokok pembangkit listrik.

Menurut Enny, kebijakan tersebut perlu didorong penuh oleh pemerintah hingga tarif listrik dapat ditekan lebih rendah.

"Mestinya bahan baku yang digunakan PLN tidak menggunakan lagi nilai komersial. Apakah itu gas batubara termauk alternatif-alternatif yang efisien," kata Enny dalam seminar Outlook 2020 Econolictricity Optimalization, di Kawasan Pondok Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (18/12/2019).

Setelah Iuran BPJS, Pemerintah Juga Akan Naikan Tarif Listrik Hingga Tol di 2020

seminar Outlook 2020 Econolictricity Optimalization, di Kawasan Pondok Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (18/12/2019).
seminar Outlook 2020 Econolictricity Optimalization, di Kawasan Pondok Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (18/12/2019). (Wartakotalive/Rizki Amana)

Ia menjelaskan, kebijakan tersebut berupa harga bahan bakar khusus untuk energi primer pembangkit listrik.

Enny menilai, langkah itu turut menjadi perangsang investor kembali masuk ke Indonesia khususnya pada golongan pelanggan industri.

"Listrik merupakan sektor yang punya dampak signifikan terhadap investasi," katanya.

Adapun investasi baru sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Selain Subsidinya Dicabut, Tarif Listrik 900 VA Naik Karena Sudah Masuk Golongan Rumah Tangga Mampu

Ia memperkirakan, jika tidak ada investasi pada 2020 maka pertumbuhan ekonomi akan berada di bawah 5 persen.

"Kalau tidak ada akselarsi perceptan investasi yang masuk dampak 2020 kita pesimis mencapai pertumbuhan diatas 5 persen lagi, besar kemungkinan di 4,8-4,9 persen. Tidak ada investasi artinya tidak ada lapangan kerja, tidak ada kemampuan daya beli," pungkasnya. (m23)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved