Pelayanan Publik

Sebanyak Empat Proyek Pengolahan Air Laut Menjadi Tawar Dibangun di Kepulauan Seribu

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membangun empat Instalasi Pengolahan Air (IPA) berteknologi Sea Water Reserve Osmosis (SWRO) di empat pulau.

Penulis: Fitriyandi Al Fajri |
Warta Kota/Fitriyandi Al Fajri
Kekhawatiran warga Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu soal pasokan air bersih, kini terjawab sudah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membangun empat Instalasi Pengolahan Air (IPA) berteknologi Sea Water Reserve Osmosis (SWRO) di empat pulau. Keempat pulau itu di antaranya Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Payung dan Pulau Kelapa Dua. “Kami sangat bersyukur dengan pembangunan SWRO di lingkungan ini, karena warga pulau sangat membutuhkan air tawar untuk keperluan sehari-hari,” kata Jamaludin (48) tokoh masyarakat Pulau Payung, Kelurahan Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan pada Rabu (20/11/2019). Jamaludin mengatakan, keberadaan SWRO yang diresmikan Pemprov DKI Jakarta pada Rabu (20/11/2019) sangat dinanti masyarakat. Sebab kondisi air tanah di daratan pulau telah berubah rasa menjadi asin. “Bukan payau lagi, bahkan sekarang sudah asin, karena sejak enam bulan lebih jarang terjadi hujan, sehingga kapasitas air tanahnya menyusut,” ujarnya. Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Juaini mengatakan, peresmian SWRO ini dilakukan secara serentak di empat pulau. Untuk Pulau Panggang memiliki kapasitas 3 liter per detik, Pulau Pramuka berdaya 1,5 liter per detik, Pulau Payung 0,25 liter per detik dan Pulau Kelapa Dua berdaya 0,25 liter per detik. “Ke depan ada beberapa pulau lagi yang akan bangun pada 2020 nanti, sehingga totalnya akan ada 11 SWRO,” kata Juaini. Menurut dia, seluruh pembangunan IPA berteknologi SWRO ini dibangun memakai dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta pada 2018 lalu. Adapun yang menjadi operator dari SWRO ini adalah Perusahaan Daerah (PD) Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya. “Pembangunan SWRO ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga pulau dengan asumsi 60 liter per orang setiap hari. Hal ini mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,” jelasnya. Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Budaya dan Pariwisata Dadang Solihin saat meresmikan Instalasi Pengolahan Air (IPA) berteknologi Sea Water Reserve Osmosis (SWRO) di Pulau Payung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu pada Rabu (20/11/2019). 

Kekhawatiran yang menghinggapi benak warga Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu soal pasokan air bersih, kini, terjawab sudah.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membangun empat Instalasi Pengolahan Air (IPA) berteknologi Sea Water Reserve Osmosis (SWRO) di empat pulau.

Keempat pulau itu di antaranya Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Payung dan Pulau Kelapa Dua.

“Kami sangat bersyukur dengan pembangunan SWRO di lingkungan ini karena warga pulau sangat membutuhkan air tawar untuk keperluan sehari-hari,” kata Jamaludin (48) tokoh masyarakat Pulau Payung, Kelurahan Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan pada Rabu (20/11/2019).

DKI Bangun 10 Waduk Sebagai Upaya Antisipasi Ancaman Banjir

Jamaludin mengatakan, keberadaan SWRO yang diresmikan Pemprov DKI Jakarta pada Rabu (20/11/2019) sangat dinanti masyarakat.

Sebab, kondisi air tanah di daratan pulau telah berubah rasa menjadi asin.

“Bukan payau lagi, bahkan sekarang sudah asin, karena sejak enam bulan lebih jarang terjadi hujan, sehingga kapasitas air tanahnya menyusut,” ujarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Juaini mengatakan, peresmian SWRO ini dilakukan secara serentak di empat pulau.

Untuk Pulau Panggang memiliki kapasitas 3 liter per detik, Pulau Pramuka berdaya 1,5 liter per detik, Pulau Payung 0,25 liter per detik dan Pulau Kelapa Dua berdaya 0,25 liter per detik.

“Ke depan ada beberapa pulau lagi yang akan bangun pada 2020 nanti, sehingga totalnya akan ada 11 SWRO,” kata Juaini.

Menurut dia, seluruh pembangunan IPA berteknologi SWRO ini dibangun memakai dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta pada 2018 lalu.

Adapun yang menjadi operator dari SWRO ini adalah Perusahaan Daerah (PD) Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya.

“Pembangunan SWRO ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga pulau dengan asumsi 60 liter per orang setiap hari."

"Hal ini mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,” jelasnya.

Warga Kepulauan Seribu Kesulitan Air Baku Harus Beli Rp 25 Ribu Per Kubik Saat Air Tanah Dirasa Asin

Diberitakan sebelumnya, sebuah wilayah pulau yang diapit lautan, warga Kabupaten Kepulauan Seribu kerap kesulitan air bersih.

Air yang selama ini berada di daratannya sekarang, kian payau, bahkan air rasanya asin, sehingga warga membeli air isi ulang dari daratan Pelabuhan Kali Adem, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Seperti yang diungkapkan oleh Jamaludin (48), tokoh masyarakat di Pulau Payung, Kelurahan Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu.

Bila air tanah terasa asin, mereka akan beralih memakai air baku, yang dibeli seharga Rp 25.000 per meter kubik.

“Sekarang kondisi air tanahnya sudah asin, karena masih masuk musim kemarau,” kata Jamaludin, saat ditemui di Pulau Payung pada Rabu (20/11/2019).

 Update Puslabfor Mabes Polri Menyelidiki Penyebab Kebakaran Gedung Sekolah SMK Yadika 6 Pondok Gede

Menurut dia, air merupakan sumber kehidupan karena segala aktivitas masyarakat sangat bergantung pada air. Selain untuk diminum, air juga digunakan untuk keperluan masak, mencuci, mandi dan sebagainya.

“Kondisi ini sudah dirasakan oleh 193 warga dari 58 Kepala Keluarga (KK) di Pulau Payung. Apalagi musim kemarau ini sudah berjalan enam bulan lebih,” ujarnya.

Kata dia, kondisi ini membuat warga lebih selektif untuk memakai air baku yang dibeli dari daratan. Air tawar itu justru hanya dipakai untuk minum dan masak saja.

“Ada juga yang ngambil dari sumur (tanah) untuk masak dan minum, yah untuk menjaga di akhir nanti bila ada kekurangan air di sumur alam itu,” ungkapnya.

Bupati Administrasi Kepulauan Seribu Husein Murad mengakui, warganya memang kerap dilanda kesulitan air bersih, walau diapit oleh lautan. Namun demikian, kata dia,

 DERETAN Negara Paling Berbahaya Tahun 2020 untuk Didatangi Terungkap Indonesia Tidak Masuk Daftar

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membangun empat Instalasi Pengolahan Air (IPA) dari air laut menjadi air tawar.

Adapun instalasi ini memakai teknologi Sea Water Reserve Osmosis (SWRO).

“Sudah ada empat instalasi SWRO yang dibangun di Kepulauan Seribu, di antaranya di Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Payung dan Pulau Kelapa Dua,” ujar Husein.

 Seorang Whistle Blower Berhasil Kabur Mengungkap Kekejaman Kamp Konsentrasi China yang Melebihi Nazi

Sebelumnya, Suku Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kepulauan Seribu mengandalkan paus dan gajah untuk mengevakuasi sampah di Kabupaten Kepulauan Seribu.

Namun jangan salah, ternyata paus dan gajah yang dimaksud merupakan alat pengangkut sampah.

Berdasarkan video yang diunggah akun Instagram @sudin_lh_p1000 pada Rabu (27/3) lalu, terlihat aktivitas bongkar muat sampah di Kepulauan Seribu.

Pada keterangan video, tertulis dua nama hewan sebagai julukan alat pengangkut sampah.

Truk sampah yang dipakai dijuluki gajah, sedangkan kapal pengangkut sampah dijuluki paus.

“Kegiatan bongkar muat sampah dari paus ke gajah, itu julukan truk kita ya,” tulis admin aku Instagram @sudin_lh_p1000.

Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu, Yusen Hardiman mengakui, ada julukan dengan menggunakan dua nama hewan berukuran besar itu.

Julukan paus dan gajah diberikan berdasarkan lokasi beroperasinya kedua jenis alat pengangkut sampah tersebut.

“Itu julukan saja. Kalau kapal seperti ikan paus, dan truk sampah karena besar seperti gajah,” ucap Yusen, Kamis (28/3/2019).

Yusen menambahkan, julukan tersebut sudah populer di kalangan petugas sejak lebih dari satu tahun terakhir. Julukan yang hanya beredar di kalangan internal itu untuk lebih memudahkan penyebutan alat pengangkut sampah pada saat operasional.

“Kalau truk paling populer (disebut Gajah) ya. Karena di darat kan truknya banyak. Sudah lebih dari setahun (julukannya),” sambung Yusen.

Adapun truk sampah yang dimiliki Suku Dinas LH Kepulauan Seribu berjumlah delapan unit. Sementara kapal pengangkut sampah yang masih aktif ada sebanyak 15 unit.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved