Kesehatan
Ini Pentingnya Protein Hewani untuk Kecerdasan Anak, Salah Satunya untuk Mencegah Stunting
Orangtua perlu memperhatikan jika Berat Badan anak tidak naik bahkan turun. Bila 'kebablasan' anak bisa kurus, pendek atau stunting.
Penulis: | Editor: Fred Mahatma TIS
Bila asupan gizinya kurang, maka otak pula yang dikorbankan terlebih dahulu. Dampaknya, fungsi kognitif akan terganggu. Begitupun sisten pembakaran lemak.
"Makronutrien yang dibutuhkan anak (protein,lemak, karbohidrat), jika tidak terpenuhi sambungan serabut saraf pendek dan IQ rendah," kata Prof Damayanti saat menjadi pembicara di acara Dukung Ragam Minat Generasi Alpha Dari Frisian Flag Junio di Taman Mini Indonesia Indah, Kamis (24/10/2019).

Pentingnya protein hewani
Ia menekankan pentingnya protein hewani di periode emas ini.
Di dalam protein hewani terkandung asam amino esensial terlengkap yang berperan dalam membantu pertumbuhan dan kecerdasan otak anak.
Sumber protein hewani dapat ditemukan pada susu, daging, telur, unggas, dah ikan.
Sebelum terjadinya stunting, seharusnya orangtua sudah perhatian dan harus segera diintervensi untuk menghindari dampak stunting.
Dari penelitian, Berat Badan (BB) turun, Intelligence Quotient (IQ) juga turun. Jika dibiarkan akan menyebabkan ketidakseimbangan hormonal dan menjadi stunting.
"Jika sudah stunting, artinya sudah terlambat. Otaknya sudah tergerus," kata Prof Damayanti.
Karena kurangnya edukasi, saat anak mengalami gizi jelek, biasanya orangtua akan memberi makan berlebih.
Tapi karena keseimbangan hormon jelek, jika diberi makan berlebihan maka akan menjadi obesitas di usia 7 tahun.
Ketika anak obesitas dan berlanjut hingga dewasa, risiko terkena penyakit degeneratif akan lebih tinggi.
"Anak tidak pinter, penyakit akan datang. Jika sekarang ada 37 persen anak Indonesia stunting, maka di tahun 2033 mereka ini menjadi beban. Inilah beban stunting yang sebenarnya," ujar dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Menurutnya, kesempatan hanya 2 tahun pertama dan inipun tidak hanya bisa diatasi dengan intervensi nutrisi tetapi stimulai. Kalaupun sudah dilakukan intervensi, IQ tidak akan mengejar IQ yg seharusnya.
"Dengan intervensi, tinggi badan bisa ngejar tetapi otaknya tidak bisa diperbaiki," kata Prof Damayanti.
Penelitian mengikuti anak stunting selama 40 tahun, setelah 40 tahun IQ tidak lebih dari 90.