Warga Heboh, Tungku Tanah Liat yang Diduga Berlapis Emas Ditemukan di Sarolangun
Warga Heboh, Tungku Tanah Liat yang Diduga Berlapis Emas Ditemukan di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.
Warga Desa Lubuk Jering, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi dihebohkan dengan penemuan barang kuno berbentuk tungku.
Tungku diduga dari tanah liat yang juga diduga berlapis emas.
Barang kuno itu berukuran panjang kurang lebih 50cm dengan lebar 25cm dan tinggi di perkirakan 20cm.
"Bentuknya persis menyerupai tungku memasak pada bagian sisi depan melengkung lancip seperti kepala perahu, serta berlapis biji emas," kata Sobri warga sekitar, Selasa (15/10/2019).
Katanya, penemuan barang kuno ini ditemukan warga Desa Lubuk Jering bernama Aan yang masih duduk di bangku kelas VII SMP/Madrasah.
Sobri mengungkapkan sambil didampingi keluarga penemu benda antik tersebut menyatakan, barang kuno berupa tungku yang berlapis emas tersebut ditemukan pada hari Sabtu, pada pukul 10 pagi.

Mimpi Ambil Keris
Sobri, warga sekitar bahwa penemuan barang kuno ini ditemukan warga Desa Lubuk Jering bernama Aan yang masih duduk di bangku kelas VII SMP/Madrasah.
Menurut orangtua Aan, yaitu Bapak Ahmad Basir, penemuan benda kuno ini berawal dari mimpi aneh sang anak hingga dua kali.
"Pertama Aan mimpi bahwa didatangi orang, disuruh mengambil sebilah keris yang tertanam di bawah kandang kambing," katanya
Dikarenakan Aan masih anak-anak, Aan takut mengambil keris itu pada
malam itu.
Namun pada malam ke dua, Aan bermimpi lagi diberi seseorang berupa biduk atau sampan (perahu).
Lanjutnya, bahwa kebetulan keesokan harinya, Aan pergi ke anak sungai Air hitam untuk mencari ikan.
"Tak sengaja Aan menemukan barang ini (benda kuno)," ujarnya
Barang tersebut sekarang masih berada di rumah milik pak Ahmad Basir di Desa Lubuk Jering
Warga Lubuk Jering Heboh
Kepala Desa Lubuk Jering, Seno, dalam rekaman yang diterima Tribunjambi.com, mengatakan penemuan barang antik tersebut menjadi momen bersejarah bagi mereka.
Kades mengharapkan ada imbal balik bagi kampungnya, dan bagi keluarga yang menemukan.
Kades juga mengharapkan perhatian dari Pemkab Sarolangun karena dengan penemuan tersebut menjadi indikasi desanya dulu lokasi tempat raja-raja.
"Barang antik ini ditemukan di Sungai Muaro Benge, itu anak Sungai Air Hitam. Desa Lubuk Jering, Kecamatan Air Hitam.," kata Kades Seno.
"Harapan saya terutama kepeda keluarga yang mendapatkan ini, barang antik ini adalah barang bersejarah, terutama bagi masayarakat Desa Lubuk Jering."
"Berarti dengan adanya barang ini, dahulu Desa Lubuk Jering ini adalah tempat daripada para raja," ungkapnya.
"Mempunyai barang antik ini, ini adalah anugarah bagi keluarga yang mendapatkan, bisa menjadikan sejahtera bagi keluarga yang mendapatkan."
Ia mengharapkan ada bantuan dari Pemkab Sarolangun atas ditemukannya barang berupa tungku yang diduga kuat berlapis emas tersebut.
Harapan saya bagi pemerintah juga, ketika ini nanti menjadi ikon bagi desa ini, pemerintah Kabupaten Sarolangun ada perhatian khusus, dari pemerintah Kabupaten Sarolangun kepada warga saya yang mendapatkan barang yang sangat bersejarah bagi kami." katanya lagi.
Hingga saat ini Tribunjambi masih mencari informasi terkait penemuan barang kuno tersebut.
ARCA BUKIT COLAU
Sebelumnya, dari pelosok Kabupaten Sarolangun dikabarkan bahwa di sebuah Desa di Kecamatan Limun terdapat situs sejarah berupa arca.
Melalui Kepala Lembaga Adat Kecamatan Limun, Bustomi membenarkan adanya situs arca tersebut.
Kata Bustomi, situs arca tersebut ada di kawasan Bukit Bulan Kecamatan Limun, tepatnya di Dusun Tinggi, Desa Meribung.
Katanya, penemuan arca ini memang sudah beberapa tahun terakhir ditemukan.
Situs arca ini memang seperti berbentuk candi.
"Itu bukan candi, sejenis batu tulis dan ada bahasa jaman dulu seperti tulisan sansekerta," kata bustomi.
Arca itu ada pada lokasi di suatu tempat, dimana tepat di atas bukit kawasan Bukit Bulan.
"Hanya ada satu tempat itu dan bukit itu ada tulisannya. Memang kalau orang Bukit Bulan bilang Bukit Colau (batu keras yang besar)," ujarnya
Lebih diakuinya lagi, jika keberadaan arca itu memang ada hingga sekarang, bahkan situs itu sudah dalam penjagaan.
"Sekarang ada yang jaga dan artinya sudah ada yang ngurus," katanya
Sementara, pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sarolangun ketika dikonfirmasi tentang keberadaan situs ini juga belum mengetehui secara menyeluruh.
Kata Helmi Kepala dinas (Disdikbud) Sarolangun masih menggali keberadaan situs itu.
"Saya juga belum dapat info yang jelas, rencana Senin mau dilacak," katanya. Minggu (25/8/2019).
Harta karun Soekerno di Sungai Batanghari
Selama bertahun-tahun, keberadaan harta emas yang dikabarkan milik Soekarno di beberapa tempat tak terungkap.
HEBOH EMAS DI SUNGAI BATANGHARI
Sementara itu, di Jambi, kabar harta karun emas Soekarno di Sungai Batanghari pernah membuat heboh.
Ratusan orang terjun ke air mencari emas tersebut.
Peristiwa itu terjadi pada Agustus 2016, di bantaran Sungai Batanghari, Desa Jambu, Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo, Jambi.
Mendadak, tempat itu didatangi ratusan orang.
Kedatangan mereka bukan untuk berwisata.
Orang-orang itu datang mencari harta karun yang terpendam di sungai terpanjang di Sumatera tersebut.
Alasan kuat terjun ke sungai
Bukan tanpa alasan mereka terjun ke Sungai Batanghari.
Sebelumnya, ada warga yang mendapat beberapa perhiasan emas yang diduga peninggalan masa lalu.
Pertama kali, emas itu ditemukan seorang warga, Sabli, saat mancing di malam hari.
Ketika itu, senternya mengarah ke satu benda yang mengkilap.
Karena penasaran, Sabli mengambil benda tersebut.
Setelah melihat dengan seksama, ternyata benda itu emas.
Kabar penemuan logam berharga itu menyebar ke masyarakat malam itu juga.
Keesokannya, masyarakat sekitar berbondong-bondong menggali lokasi tersebut.
"Memang banyak juga yang dapat, ada yang dalam bentuk perhiasan, ada juga dalam bentuk batangan. Sekarang sudah pada dijual semua," kata seorang warga, Sibawaihi.
Emas murni yang ditemukan berupa berbagai macam bentuk, ada berbentuk liontin, cincin, koin dan batangan.
Harga emas yang dijual ke pasaran cukup bervariasi.
Menurut Bawaihi pihak toko emas ada yang membeli hingga Rp 12 juta untuk satu perhiasan yang didapat di lokasi tersebut.
Hingga Minggu (31/7/2016) sore, warga masih berbondong ke lokasi meski jumlahnya tidak sebanyak hari-hari sebelumnya.
Masyarakat setempat mempercayai 'harta karun' itu peninggalan masyarakat masa lampau, karena lokasi yang ada sekarang berabad silam termasuk daerah niaga.
Dipercaya, emas-emas temuan tersebut adalah harta karun zaman Presiden Soekarno.
Pasir bercampur emas di sungai
Beberapa tahun lalu hasil pengerukan pasir di Sungai Batanghari pernah dicek.
Ternyata pasir itu memiliki kandungan emas.
Kandungan emas di Sungai Batanghari setidaknya bukan hanya isapan jempol, karena dibenarkan oleh Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jambi kala itu, Irmansyah Rachman.
Hanya saja berapa kandungan emas di sepanjang sungai belum bisa diperkirakan.
Emas yang tercampur dengan pasir tersebut berasal dari sumber-sumber emas primer yang kemudian larut karena arus sungai.
Namun, keberadaan emas di hulu-hilir Sungai Batanghari dipastikan ada.
"Bisa saja terdapat kandungan emas tercampur di sana, namun untuk berapa kandungannya saya tidak bisa menyatakan besarnya," kata Irmansyah Rachman.
Kandungan emas yang bercampur sedimentasi pasir sungai tersebut belum dapat diprediksi tinggi rendahnya.
Kala itu, Irmansyah menyebut bahwa jenis emas yang berada di endapan tersebut adalah sekunder.
Jenis ini bukan seperti tambang-tambang emas seperti kebanyakan diketahui orang, melainkan larut terbawa dalam air.
"Jenisnya sekunder aluvial akibat terbawa arus air kemudian mengendap," jelas Irmansyah.
Dari mana asal emas terlarut?
Sungai Batanghari panjangnya sekira 800 Km.
Mata airnya berasal dari Gunung Rasan (2585 mdpl) dan yang menjadi hulu dari Batanghari adalah danau yang sekarang masuk kepada wilayah Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
Air Sungai Batanghari itu mengalir ke selatan sampai ke daerah Sungai Pagu, sebelum berbelok ke arah timur.
Alirannya ke beberapa daerah. Seperti di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, seperti Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Batanghari, Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebelum lepas ke perairan timur Sumatera dekat Muara Sabak.
Wikipedia menuliskan pada Sungai Batanghari ini ada banyak sungai lain yang bermuara padanya di antaranya Batang Sangir, Batang Merangin, Batang Tebo, Batang Tembesi, dan lain sebagainya.
Sistem aliran sungai ini membawa banyak deposit emas, sehingga muncul nama legendaris Swarnadwipa ("pulau emas") yang diberikan dalam bahasa Sanskerta bagi Pulau Sumatera.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia, mencakup luas areal tangkapan (catchment area) sekira 4,9 juta Ha. Sekitar 76 persen DAS berada pada provinsi Jambi, sisanya berada pada Provinsi Sumatera Barat.
Namun, kondisi DAS mulai rusak karena adanya aktivitas pertambangan dan kegiatan pengusahaan (eksploitasi) hutan yang dilakukan secara mekanis sepanjang aliran sungai.
Kerusakan terjadi di alur sungai, erosi di tepian sungai, pendangkalan atau sedimentasi yang tinggi di sepanjang aliran DAS Batanghari terutama sebelah hilir.
Perubahan alur dan arah arus Batanghari ini mengakibatkan air sungai dengan cepat naik pada saat musim hujan datang, sebaliknya cepat surut saat musim kemarau.
Hal ini juga diperburuk dengan meningkatnya populasi penduduk terutama pada daerah transmigrasi sedikit banyaknya akan membebani wilah DAS Batanghari.
Perlu diketahui, sebagian areal DAS Batanghari berada di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yaitu mencakup 234.000 Ha, dan di zona tengah terdapat Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) seluas 60.500 Ha.
Batanghari, merupakan aliran sungai yang mulai dari hulu sampai ke muaranya banyak menyimpan catatan sejarah, terutama yang berkaitan dengan peradaban Melayu.
Catatan sejarah juga mencatat bahwa pada Batanghari inilah, pernah muncul suatu Kerajaan Melayu yang cukup disegani, yang kekuasaannya meliputi pulau Sumatera sampai ke Semenanjung Malaya.
Sejak abad ke-7 sehiliran Batanghari ini sudah menjadi titik perdagangan penting bagi beberapa kerajaan yang pernah muncul di Pulau Sumatera seperti Sriwijaya dan Dharmasraya.
Itulah awal mula munculnya kabar harta karun emas Soekarno dan asal emas yang larut di Sungai Batanghari.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul BREAKING NEWS Warga Heboh, Tungku Berlapis Emas Ditemukan.