Pegiat Lingkungan Selesaikan Lari 200 Km Jakarta-Bandung Untuk Kampanye #RunForNoPlasticPollution

Pegiat Lingkungan Ini Lari 200 Km Jakarta-Bandung Untuk Kampanye #RunForNoPlasticPollution. Simak selengkapnya dalam berita ini,

istimewa
Pegiat lingkungan lari 200 km Jakarta-Bandung untuk kampanyekan #RunForNoPlastic. 

ADI Santosa (51) menyelesaikan lari ultra marathon 200 kilometer Jakarta-Bandung via Puncak dalam acara BNI ITB Ultra Marathon 100 Years ITB kategori individu, Minggu (13/10/2019).

Makanya Start awalnya dilakukan di Jakarta BNI City pada Jumat (11/10/2019), sedangkan Finishnya ada di kampus Institut Teknologi Bandung, pagi ini.

Tapi Adi bukan hanya berlari. Ia membawa pesan #RunForNoPlasticPollution.

Pengamat: Partai Demokrat yang Paling Ngebet Dapat Jatah Kursi Menteri

Kampanye #RunForNoPlasticPollution merupakan challenge dari Sam Bencheghib, Co Founder of Make A Change World. 

#RunForNoPlasticPollution mendukung kolaborasi aksi teladan Ecoranger untuk destinasi wisata agar terbebas dari polusi sampah plastik.

Adi sehari-hari adalah profesional di BUMD DKI Jakarta sebagai Project Manager di Jakpro Strategic Business Unit ITF (Intermediate Treatment Facility).

ITF adalah pengelola sampah antara skala kota yang sedang dan siap dibangun untuk mengatasi problem darurat sampah.

Pilihannya berlari dengan misi kampanye mengurangi polusi sampah plastik adalah guna mendukung inisiatif-inisiatif berkelanjutan dari akar rumput yang dilakukan oleh para relawan yang turun tangan mengatasi polusi sampah.

Sepanjang perjalanan berlari, Adi mendapati sampah-sampah tercecer dengan skala berbeda.

Edukasi terhadap masyarakat pengguna fasilitas publik masih perlu ditajamkan dengan ekosistem penanganan sampah yang sungguh-sungguh.

Istri Kolonel Kav Hendi Suhendi, Irma Nasution dan Abu Rara Ternyata Asal Medan, Ini Sosok Irma

Sebagai praktisi yang bergelut dengan dunia penanganan sampah, Adi menyadari bahwa membangun ekosistem bukan hal yang mudah.

Namun, segala upaya harus dikerahkan dengan modal kekompakan dan jangan lelah.

Pesan ini terkandung pada makna Adi berlari 200km: kerahkan tenaga secara sistematis, kompak antara hati, pikiran, fisik dan doa, serta jangan menyerah.

Untuk meningkatkan kepedulian membebaskan negeri indah kita dari polusi sampah plastik, Adi mengajak siapapun mengambil peran.

Di antaranya dengan berdonasi Rp1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk setiap kilometer Adi berlari.

Donatur diapresiasi dengan t-shirt dari sponsor Jakpro.

Donasi bisa disalurkan melalui rekening Bank Mandiri Nomor 131 001 427 5293 a.n. Yayasan TAV Indonesia.

Beban Berat Deva Mahenra Memainkan Peran Gus Kiblat di Film 99 Nama Cinta

Konfirmasi lebih detil melalui nomor kontak 0812 2030 0809 (Public Relations) atau 0811 222 1969. 

Sekretaris Perusahaan PT Jakpro, Hani Sumarno, mengatakan, Adi disiapkan untuk berlari duet dengan Sam Bencheghib, Co Founder of Make A Change World, tahun depan.

Sam merupakan penggagas #RunForNoPlastic. "Tahun depan Adi akan berlari menyusur sungai Citarum dari Jatim sampai Jabar," kata Hani ketika dihubungi Warta Kota, pagi ini.

Mengubah Pola Pikir

Adi sendiri merupakan pegiat lingkungan yang sudah mempraktekkan pola hidup ramah lingkungan.

Kendaraan pribadi seperti mobil atau motor tidak ia gunakan untuk kegiatan sehari-harinya. 

Setiap hari Adi memilih bersepeda atau berlari ke kantornya. Dari kawasan Bintaro, sampai kawasan MH Thamrin di Jakarta Pusat. 

Jika berlari, Ia start dari rumahnya pukul 04.00. Berlari menyusuri jalan-jalan kecil, dan tiba di kantornya pukul 07.00. 

Timnas Spanyol Tertunda, Italia Lolos dari Babak Penyisihan Euro 2020, Ini Hasil Lengkapnya

Pola pikir Adi tentang kendaraan pribadi maupun lingkungan berubah sejak tahun 2005 lalu.

Saat itu ia masih bekerja di kantor lamanya. Suatu saat dilakukan pengecekan kesehatan komprehensif untuk karyawan eksekutifnya.

Adi Bersama sekitar 50 orang karyawan tercatat kurang fit berdasarkan hasil medical check up.

Tubuhnya over weight parah. Kadar kolesterol dan asam uratnya berada pada angka sangat buruk, kinerja jantungnya payah, baru sekitar dua menit treadmill sudah distop dokter karena detak jantungnya sudah jauh melampaui target maksimum. Jangankan untuk naik turun tangga, memasang tali sepatupun dia kerepotan. 

"Ada banyak pemicu orang menerapkan pola hidup sehat, dan mengubah pola pikir mereka terkait  kebutuhan akan sarana transportasi kendaraan bermotor. Saya termasuk yang berubah karena faktor kesehatan," ujar Adi kepada Warta Kota, beberapa waktu lalu sebelum ia berlari 200 kilometer Jakarta-Bandung.

Usai divonis tidak fit tahun 2005, Adi mengubah pola hidupnya. Ia mulai menerapkan berjalan kaki ke kantor. Sopirnya ia minta naik mobil dari rumah. Saat ia tak kuat lagi, sopir ditelepon untuk menjemputnya.

Jimin BTS Ulang Tahun, 17 Hastag Kuasai Trending Topic Twitter

Dari berjalan kaki ia mulai mencoba berlari, sampai masalah baru muncul. Bobot tubuhnya membuat kakinya bermasalah. Dokter menyarankan ia berganti olahraga bersepeda.

Sejak itu ia lebih sering bersepeda sampai bobot tubuhnya perlahan menyusut mendekati bobot normal.

Adi merasakan tubuhnya semakin bugar dengan bersepeda. Ia mulai kecanduan berolahraga, sampai akhirnya memilih sepeda sebagai alat transportasi utama ke kantor. Mobil menjadi tidak penting lagi baginya.

Setidaknya sejak tahun 2012 Adi mulai rutin bersepeda untuk kegiatan sehari-hari.

Ia juga aktif mengikuti berbagai komunitas sepeda, bersepeda jarak jauh “Gowes Mudik” dan mengikuti berbagai kegiatan bike camping.

Menurut Adi, masalah kemacetan dan polusi udara di Jakarta tak bisa selesai hanya dengan kebijakan pemerintah serta fasilitas yang dibangun.

Sebab penyebabnya utamanya adalah pola berpikir keliru yang terjadi bertahun-tahun membuat orang sulit mengubah gaya hidupnya.

Sungguh BEJAT! Pria Ini Perkosa Putri Kandung Selama 20 Tahun hingga Lahirkan 6 Anak

Banyak orang terlanjur tenggelam bertahun-tahun dalam pola pikir yang salah tentang kegunaan kendaraan bermotor pribadi.

Hal itu juga efek dari kebijakan pemerintah 5 dekade terakhir. Sama sekali tidak berpihak pada pengembangan sarana angkutan publik, pejalan kaki, dan pesepeda.

Menurut Adi, masyarakat harus mengubah pola pikirnya. Mereka harus belajar membatasi penggunaan mobil maupun motor pribadi. 

Makanya, kata Adi, Ia memilih bersepeda atau berlari ke kantor setiap hari sebagai sarana penularan. 

Dia berharap apa yang dilakukannya setiap hari dilihat oleh mereka yang masih terlalu nyaman dengan mobil atau motor pribadinya. 

Adi berharap perlahan orang-orang tersebut akan tertular dengan gaya hidupnya bersepeda atau berlari ke  kantor setiap harinya. (cc)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved