Kabar Arttis

Lewat Band Wolftank, Ariyo Wahab dan Tyo Nugros Kampanye Pelestarian Lingkungan

Lewat Band Wolftank, lAriyo Wahab dan Tyo Nugros Kampanye Pelestarian Lingkungan di Ajang I Like Monday

KOMPAS.com/ANDIKA ADITIA
Personel Band Wolftank Kin The Fly, Noey Java Jive, Tyo Nugros, dan Ariyo Wahab The Dance Company di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (11/10/2019). 

Band Woftank yang  terdiri atas Tyo Nugros, Ariyo Wahab, Kin Aulia, dan Noey digandeng Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), afiliasi dari The Nature Conservancy, serta Hard Rock Cafe untuk berkolaborasi dalam ajang I Like Monday.

Kolaborasi itu untuk membantu menanggulangi berbagai kerusakan lingkungan akibat kebiasaan buruk buang sampah sembarangan.

Mereka bertujuan mengajak masyarakat Indonesia selalu menjaga lingkungan agar tetap lestari.

Ariyo Wahab mengatakan, band yang ia bentuk tersebut untuk mengampanyekan kelestarian lingkungan.

"Aku rasa melestarikan alam adalah kehidupan sangat dibutuhkan. Aku ngerasa banget di situ ada tumbuhan, makhluk hidup benar segar ada binatang, ada burung, padahal di Jakarta sudah enggak ada," ucap Ariyo saat ditemui dalam jumpa pers di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (11/10/2019).

Lewat band, Ariyo merasa bisa jadi lebih mudah menyampaikan pesan-pesan tersebut.

"Aku rasa pengin deh sebarin kehidupan seperti itu ke mana-mana. Itu yang aku tangkap. Dengan cara yang mudah itu tidak buang sampah sembarangan dan kurangi penggunaan plastik," ujarnya.

Vokalis band The Dance Company ini beranggapan, kesadaran masyarakat akan lingkungan harus digencarkan agar semakin banyak yang mengikuti.

"Kami melihat di era sekarang sudah banyak orang yang mulai bisa melihat pentingnya kehidupan ini dan bisa berdiri atas nama kebaikan dunia," ungkapnya.

Sementara, Tyo Nugros juga punya cara tersendiri untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan.

Salah satu caranya, ialah dengan menghindari membeli makanan dengan kemasan plastik sekali pakai.

Meski terlihat sepele, Tyo merasa hal itu punya dampak yang luas.

"Ketika saya misalnya take away makanan atau minuman dikasih plastik saya bilang ada enggak yang enggak plastik untuk gelasnya.

Kalau ada syukur, kalau enggak ada ya saya bilangin tolong dong mulai sekarang, mulai kurangi plastik," ucap Tyo Nugros di lokasi yang sama.

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Keempat

Berdasarkan keterangan tertulis dari YKAN, kolaborasi mereka terjalin sebagai respons terhadap buruknya kualitas udara Jakarta, yang diinisiasi oleh Associate Director of Philantrophy YKAN Dee Adnan dan didukung oleh salah satu Dewan Penasihat YKAN, Tony Wenas.

Berdasarkan data dari Airvisual.com pada Senin (7/10/2019), Jakarta kembali bertengger di peringkat keempat sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Melansir riset dari The Nature Conservancy yang dilakukan pada 2016, salah satu solusi untuk menciptakan kota yang sehat adalah dengan memanfaatkan infrastruktur alami.

Dalam hal ini, hutan mangrove menjadi salah satu infrastruktur alami dengan kemampuannya menyerap karbon hingga 1.000 ton per hektar.

“Saat ini kita tengah menghadapi tantangan krisis iklim terbesar dalam sejarah peradaban manusia. Laju pemanasan global kian cepat akibat pelepasan emisi gas rumah kaca yang terus berlangsung.

Wilayah perkotaan pun menghadapi isu yang hampir seragam seperti kualitas udara yang buruk, pulau panas perkotaan (urban heat island), serta kelangkaan air bersih dan sumber pangan,” ujar Head of Nature & People Partnership YKAN, Sally Kailola.

Sayangnya, meski punya kemampuan menyerap karbon 3-5 kali lebih besar dari hutan tropis, hutan mangrove di Indonesia terus tergerus.

Perubahan areal lahan mangrove untuk kebutuhan budidaya perikanan dan permukiman menjadi penyebab utama luas hutan mangrove terus berkurang.

Hutan Angke Kapuk kini menjadi salah satu ekosistem mangrove yang masih tersisa di ibu kota dengan luas sekitar 195 hektare.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jakarta, berupaya untuk melestarikan dan memanfaatkan potensi mangrove dengan mengajak keterlibatan berbagai pihak.

Salah satunya adalah Yayasan Konservasi Alam Nusantara yang menginisasi dan memprakarsai aliansi kemitraan lewat program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA).

Aliansi kemitraan ini bertujuan mengembangkan, memperkenalkan, dan mengimplementasikan pengelolaan kawasan pesisir yang terpadu dan berkelanjutan.

Sedangkan ajang “I Like Monday, I Like Nature: Music for Conservation” pun menjadi upaya untuk menyadarkan masyarakat luas akan pentingnya ekosistem mangrove bagi kawasan pesisir maupun perkotaan. Sejatinya, setiap individu dapat melakukan perubahan.

“Alam seringkali menjadi inspirasi dalam berkarya. Kami pun percaya, musik dan kegiatan konservasi dapat berkolaborasi untuk menginspirasi dan mengajak semakin banyak lagi orang terlibat, berkontribusi langsung melestarikan bumi,” ungkap Ariyo Wahab, vokalis WOLFTANK.

Seluruh hasil pengumpulan dana dari kegiatan ini akan diperuntukkan bagi konservasi dan restorasi ekosistem mangrove di Jakarta.

Setiap pembelian satu buah tiket “I Like Monday, I Like Nature: Music for Conservation” menandai satu buah bibit mangrove yang akan ditanam bersama-sama YKAN, Tony Wenas, WOLFTANK, Hard Rock Café Jakarta, dan media yang akan diselenggarakan pada November 2019.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ariyo Wahab dan Tyo Nugros Bikin Band untuk Kampanye Lingkungan"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved