Histori
Larangan Soekarno Bagi Penyuka The Beatles dari Model Rambut Sampai Razia Celana
Bung Karno dan Imelda Marcos memang dikenal anti The Beatles, walau dengan alasan yang berbeda.
Presiden Soekarno dan Imelda Marcos punya kesamaan, yaitu membenci The Beatles.
Padahal The Beatles pada tahun 1960 yang sangat digandrungi remaja.
Sampai Bung Karno larang remaja potong rambut ala Beatles hingga pakai celana jengki.
Kisah cinta segitiga sudah biasa akan tetapi kalau benci segitiga? Pasti jarang ditemukan.
Uniknya kejadian ini pernah turut mewarnai hiruk-pikuk perpolitikan Indonesia pada masa Soekarno.
Fakta lebih unik lagi benci segitiga ini terjadi di antara 3 orang yang tidak saling mengenal juga tidak pernah bertemu muka mereka adalah Bung Karno, The Beatles dan Imelda Marcos ibu negara yang cantik jelita.
Dicukil dari buku Sukarno Undercover yang ditulis Walentina Waluyanti De Jonge, kejadian ini terjadi pada era 1960 an ketika Bung Karno mengunjungi Filipina tahun 1964.
• FOTO Terakhir Soekarno Tersebar di Dunia Internasional Bikin Gusar, 2 Anak Bung Karno Diinterogasi
Suami Imelda, Ferdinand Marcos belum menjadi presiden, lalu setahun sesudahnya 1965 suami Imelda diangkat menjadi presiden sedangkan bung Karno memasuki ambang keruntuhan.
Soekarno memang belum pernah bertatap muka dengan Imelda Marcos mantan ibu negara Filipina.
Walau kedua tokoh Flamboyan Soekarno dan Imelda tak pernah bertemu keduanya mempunyai objek yang sama untuk dimusuhi yaitu The Beatles grup band asal Liverpool.
Bung Karno dan Imelda Marcos memang dikenal anti The Beatles, walau dengan alasan yang berbeda.
• Megawati Soekarnoputri Buang Muka dan Menolak Bersalaman dengan Surya Paloh dan AHY Diduga Disengaja
Menariknya meski alasan anti The Beatles itu didasari latar belakang berbeda tapi kisahnya tercecer dibalik itu sama konyolnya.
Sering terdengar Bung Karno melarang musik barat, termasuk Koes plus yang dicekal karena musiknya yang dinilai berbau barat.
Pada tahun 1960 Soekarno memberantas musik barat terutama musik rock n roll yang disebutnya sebagai ngak, ngik, ngok, termasuk musik The Beatles dan Beatles mania di Indonesia.
Sebetulnya yang dilarang bukan cuma musiknya, gaya rambut ala Beatles dilarang.
Tukang cukur dilarang melayani pelanggan ingin memotong rambut ala The Beatles.
Razia rambut gondrong dilakukan dimana mana. Bung Karno menyinggung dalam pidatonya tahun 1964 ia memerintahkan polisi untuk membawa anak-anak muda berambut model Beatles ke tukang cukur.

Itu pidato resmi namun di luar pidato, Bung Karno tegas perintahkan agar siapapun yang berambut gondrong dibikin plontos.
Kenyataannya polisi memang tidak perlu bawa pasukan gondrong ke tukang cukur karena polisi sendirilah yang jadi tukang cukurnya.
Inilah razia yang paling konyol dalam sejarah Indonesia orang yang terkena razia terpaksa manut saja model kepalanya dibikin kayak kelapa langsung di tengah jalan dan jadi tontonan orang-orang.
Polisi disuruh jadi hair stylist dadakan hasil tentu saja kepala anak muda itu jadi pitak tidak karuan dan orang yang menonton tertawa-tawa.
Selain itu belum cukup ternyata razia musik dan rambutnya, masih pula diikuti razia lain yaitu razia celana jengki dan ketat ala The Beatles.
Untuk menentukan beberapa beberapa ketatnya celana, polisi tidak perlu pusing-pusing, cukup pakai botol bir.
• Putri Soekarno Kenang Jadi Orang Buangan di Negeri Prancis Sejak Usia Dua Tahun
Jika botol itu tak bisa lagi masuk ke ujung celana di pergelangan kaki ini artinya celana itu terlalu ketat sebagai hukuman karena itu harus digunting sampai paha.
Senjata polisi cukup botol bir dan gunting. Jadi si korban razia tadi sudah kepalanya pitak, celananya dibikin model kolor pul,a wah mau ikut mode malah jadi salah mode.
Sebetulnya yang jadi masalah bukan musik ngak ngik ngoknya, bukan soal gondrong dan celana jengki, bukan soal "Amerika kita setrika Inggris kita linggis" itulah jargon bBung Karno.
Musik ngak ngik ngok dan gaya anak-anak band itu di mata bung Karno disuntikkan oleh imperialisme kapitalis. Buat para imperialis itu hanya merengsek Indonesia dengan segala cara termasuk melalui budaya dan itu yang jadi kutil dan bikin alergi Soekarno.
Kebetulan saja yang terdengar dilarang The Beatles karena waktu itu band ini sedang digandrungi.
Namun sebetulnya produk kapitalis yang juga ikut dilarang adalah musik barat lainnya plus dansa dansinya termasuk musik Elvis Presley. Untung saja model jambul Elvis tidak ikut ikut dilarang.
Larangan musik tadi membuat putra Bung Karno, Guntur Soekarnoputra yang waktu itu masih remaja jadi mangkel juga.
Padahal Guntur itu hobinya musik sejak kelas 5 SD sudah main gitar dan punya kelompok band.
Ketika SMP, Guntur bentuk band Ria Remaja, sebagai anak muda dia juga ingin mencoba memainkan musik yang sedang trend termasuk The Beatles.
Guntur cerita," kalau ketahuan Bung Karno saya ikut main musik ya dipelototin atau ditegur heh kamu main ngak ngik ngok ya! awas jangan main lagi." Tapi kalau tidak ketahuan itu tetap mainkan musik barat favoritnya.
Penolakan bung Karno termasuk terhadap musik Barat pada tahun 1960 an terekam dalam foto perjalanannya ke Eropa.
Saat itu ia sempat singgah ke Athena pada 9 Juli 1965. Bung Karno tampak menutup kedua telinganya menunjukkan ketidaksukaannya pada musik yang didengarnya.

Saat itu trio Grace persembahkan lagunya. Surat kabar St Pietersburg Times menulis tentang reaksi Bung Karno, "However, he indicates that he doesn't like it after all."
Akibat larangan musik barat bung Karno terkadang kena sentil juga oleh candaan orang-orang terdekatnya.
"Kalau perempuan Western tidak bisa menolak." Candaan ini mengingatkan pada pertemuan Soekarno dan Marilyn Monroe pada tahun 1956.
Saat itu Soekarno berkunjung untuk pertama kali ke Amerika serikat atas undangan Presiden Eisenhower.
Pada saat itu ia sempat bertemu Marilyn Monroe. Pertemuan mereka menghiasi halaman pers.
Hal itu juga disinggung dalam biografi Marilyn Monroe yang ditulis oleh Antonius Hammers.
Kebencian Imelda Marcos
Lain halnya dengan Imelda Marcos, awalnya ibu negara ini memang sengaja mengundang The Beatles ke istana Malacanang karena memang demen plus demam The Beatles.
Setahun setelah Bung Karno di Athena mempertontonkan adegan menutup telinga pada musik barat, terjadi juga insiden seputar musik.
The Beatles diundang pertunjukan konser di Manila. Saat mereka sedang beristirahat di hotel tiba-tiba ada permintaan mendadak dari ibu negara agar segera datang ke istana.

Rupanya Imelda ingin pertunjukan khusus untuknya di istana. Lantaran undangan Imelda ini tak terduga dan di luar dugaan maka The Beatles menolak undangan itu.
Akibat penolakan itu Imelda Marcos menjadi sangat murka, ini penghinaan terhadap ibu negara.
Pasangan suami istri Marcos yang bertangan besi itu ditakuti di seluruh Filipina. Anak-anak gondrong slebor dari Inggris itu berani berani bilang No pada istri.
Saat itu koran koran di Manila melaporkan The Beatles telah melecehkan keluarga presiden Filipina dan menghina negara Filipina karena menolak permintaan Imelda Marcos.
Pengakuan The Beatles
Pengakuan personel The Beatles sejak sampai di bandara Filipina perasaan personelnya tidak nyaman. Ringo Starr cerita, setiap sudut terlihat orang-orang bawa senjata.
Selain itu menurut George Harrison begitu tiba mereka tidak menerima respek yang pantas.
Petugas membentak-bentak dalam memberi instruksi. Padahal mereka sudah keliling dunia dan di mana-mana mereka selalu dihormati.
Jadi memang sejak awal kesan mereka terhadap Filipina sudah begitu menyakitkan.
Kesan itu semakin bertambah manakala mereka baru saja mengalami peristiwa di hotel sambil berbaring setelah perjalanan melelahkan.
Mereka sangat kaget mengetahui pintu kamar digedor keras sekali di luar pintu terdapat terdengar keributan. Begitu pintu dibuka sejumlah petugas berteriak "Cepat kalian harus segera kesana sekarang juga karena sudah ditunggu ibu negara"
Padahal sebelumnya tidak ada perjanjian tentang itu. Permintaan mendadak yang sangat memaksa dan jelas tidak sopan membuat mereka tanpa pikir panjang berkata "no, no, no."
Sesudah peristiwa itu, jelas ada skenario yang diatur untuk mengintimidasi kehadiran mereka di Filipina.
Segalanya menjadi mimpi buruk, setiap menit mereka lalui di Manila serasa seperti seabad.
Konser mereka dihadiri penonton yang jumlahnya layaknya jumlah penonton festival nyanyi tingkat kecamatan. Padahal rencana pertunjukan akan ditonton oleh bejibun massa.
Mereka harus gigit jari, promotor musik tak bersedia membayar mereka.
Pelayanan hotel di tiba-tiba menjadi tidak ramah makanan yang disajikan sangat buruk hingga tak berselera menyantapnya, hotel juga menerima telepon ancaman.
Tak ketinggalan kedutaan Inggris di Manila kena getahnya menerima ancaman bom dan pembunuhan melalui telepon.
Setelah kejadian itu Imelda Marcos beri komentar dalam wawancaranya ditanya soal pendapatnya tentang musik The Beatles seolah balas melecehkan The Beatles, Imeld berkata bahwa ia tidak pernah menyukai musik The Beatles dan musik The Beatles mengerikan.
Imelda marah ," Oh I never like them and the music is horrible. Pernyataan Imelda itu banyak dikutip media kisahnya pun dikisahkan dalam buku berjudul The Beatles anthology.
Buat Bung Karno urusan suka atau tidak suka itu urusan nomor dua. Ini bukan soal Aku.
Nomor satu itu ideologi hal yang penting jangan coba mengganggu gugat ideologi anti imperialisme.
Sentral Bung Karno adalah isme begitu isme-isme mitos tidak harmonis maka gunting dan botol bir bicara.
Jangan membandingkan bung Karno dan Imelda, jauh sekali.
Membandingkan Imelda Marcos dan Bung Karno, sosok yang satu penghambat imperialisme kapitalis kalau perlu mengorbankan karakter bangsa dan satunya arsitek karakter bangsa Karena itu ia menolak untuk menghambat pada imperialisme kapitalisme. jelas beda jauh kan.