Jawa Timur

Pakar Sastra Peraih Penghargaan Anugerah Sutasoma Apresiasi Anugerah Ronggowarsito

Pakar sastra dari Universitas Jember Dr Akhmad Taufiq mengapresiasi hadirnya Anugerah Ronggowarsito sebagai agenda untuk memberikan penghargaan bagi p

Humas Unej
Foto dokumentasi Dr Akhmad Taufiq meraih Anugerah Sutasoma yakni penghargaan dari Balai Bahasa Jawa Timur bagi insan dan pegiat sastra di Jawa Timur, Sabtu (21/9/2019). 

Pakar sastra dari Universitas Jember Dr Akhmad Taufiq mengapresiasi hadirnya Anugerah Ronggowarsito sebagai agenda untuk memberikan penghargaan bagi pegiat literasi.

Hal itu terlepas apakah agenda tersebut diselenggarakan oleh perguruan tinggi daerah, yakni STKIP PGRI Ponorogo.

"Itu merupakan agenda literasi yang luar biasa, yakni semakin menyemarakkan atmosfir literasi dan semoga semakin mampu meningkatkan bobot sekaligus muruah pemberian penghargaan yang berbasis literasi yang sudah berjalan selama ini, baik di tingkat nasional, maupun internasional, di level Asia Tenggara," kata peraih Anugerah Sutasoma yakni penghargaan dari Balai Bahasa Jawa Timur bagi insan dan pegiat sastra di Jawa Timur di Kabupaten Jember, Sabtu (21/9/2019).

Anugerah Ronggowarsito, kata dia, akan ikut melengkapi beberapa penghargaan literasi yang sudah ada.

Di antaranya Katulistiwa Literary Aword (KLA), Anugerah Puisi Indonesia (API), DKJ, Anugerah Sutasoma, Numera Malaysia, dan Mastera.

 Secuplik Kisah Rombongan Pengantar Jenazah Tewas dalam Kecelakaan Ambulans vs Truk

 Lift Kantor Tak Pernah Diganti, Pemkot Jaktim Malah Adakan Pembinaan Lurah Camat Biaya Rp 2 M

 Melenggang ke Senayan, Segini Gaji yang Bakal Diterima Mulan Jameela Sebagai Anggota DPR

"Hadirnya Anugerah Ronggowarsito itu akan memberikan atau menambah bobot lain bagi anugerah atau penghargaan di bidang literasi yang sudah ada," ucap dosen FKIP Universitas Jember itu.

Menurutnya, jumlah nominal penghargaan diharapkan mampu menambah semangat pegiat literasi untuk ikut serta.

Tetapi lebih dari itu, jumlah nominal penghargaan idealnya paralel dengan bobot dan muruah karya yang diberikan dalam anugerah tersebut.

"Secara konseptual jika ingin memberikan kedudukan dan kesempatan yang sama antara karya sastra dan nonsastra, menurut saya tidak masalah. meskipun mainstream pemahaman khalayak masih memisahkan secara diametral dengan alasan masing-masing jenis karya memiliki karakteristik sendiri-sendiri," tuturnya.

 Memukul dan Tusuk Wasit, Mantan Pemain Timnas dan Mantan Pemain Persija Dapat Sanksi Berat

Untuk itu, lanjut dia, penyelenggara perlu memberikan argumentasi yang logis dan fundamental, bukankah dalam konteks itu perdebatan yang muncul dalam kedua jenis karya tersebut adalah berkenaan dengan memosisikannya sebagai sumber pengetahuan.

"Sumber pengetahuan yang kemudian tersegmentasi menjadi sumber pengetahuan imajinatif dan faktual. Kedudukan dua sumber pengetahuan tersebut menurut saya memiliki kesejajaran dalam prinsip paralelisme, meskipun tidak dapat dikatakan sama," ucap Ketua IKAPMII Jember itu.

Menurutnya, hal tersebut sah-sah saja jika penyelenggara memiliki agenda untuk mempertandingkan dua jenis karya, yaitu sastra dan non-sastra (fiksi dan nonfiksi).

 DITAWARI Jabatan Menteri oleh Jokowi, Adian Napitupulu Empat Kali Bilang Ampun Pak Presiden

"Dengan catatan secara konseptual dan teknis dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, menyangkut aspek fundamental yang dinilai, dan juri yang memiliki kredibilitas yang diakui oleh publik," ucap penerima Anugerah Sutosoma tersebut. (Antara)

Sumber: Warta Kota
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved