Kopi Nusantara

Kopi Sudah Menjadi Budaya Masyarakat di Nusantara

Kopi sudah menjadi budaya dan teman dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Nusantara. Pakar kopi Rez Ferdian menuturkannya untuk pembaca

Warta Kota/Alex Suban
Reza Adam Ferdian pakar kopi dan Assesor Barista Kopi bersertifikat dari BNSP, Minggu (8/9/2019) 

Kopi sudah menjadi bagian keseharian masyarakat Indonesia, kehadirannya sangat lekat dengan kehidupan kita..

Di sebagian besar wilayah Indonesia, banyak mayarakat yang menghasbikan sebagian besar waktunya di warung kopi.

Di banyak wilayah Nusantara, tongkrongan semacam itu akrab disebut warkop.

Seperti penuturan Reza Adam Ferdian, Assesor Barista Kopi bersertifikat dari BNSP dalam acara Kafe BCA On The Road di Semarang, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.

Komisaris Independen BCA Cyrillus Harinowo (kiri), Pakar Agribisnis dari Universitas Diponegoro Bambang Dwiloka dan co-founder Kopisob & Assesor Barista Reza Adam Ferdian, dalam diskusi tentang Kopi pada acara Kafe BCA on the Road di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (7/9/2019).
Komisaris Independen BCA Cyrillus Harinowo (kiri), Pakar Agribisnis dari Universitas Diponegoro Bambang Dwiloka dan co-founder Kopisob & Assesor Barista Reza Adam Ferdian, dalam diskusi tentang Kopi pada acara Kafe BCA on the Road di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (7/9/2019). (Warta Kota/Alex Suban)

Ia memberi contoh, masyarakat di Sumatera, banyak yang menghabiskan waktunya di warung kopi.

Pagi hari sebelum berangkat kerja, biasanya akan menghabiskan waktunya menyeruput kopi. Saat coffe break sebelum makan siang, banyak pegawai yang kembali mendatangi warung kopi, menyeruput cangkirnya sambil berdiskusi.

Kegiatan semacam ini akan kembali dilakukan saat menjelang sore hari sebelum jam kerja berakhir.

Dengan format yang berbeda, kegiatan nongkrong di warung kopi ini terus berlanjut.

Banyak kaum milenial yang menghabiskan waktunya di kafe menikmati kopi. Bahkan kegiatan ini dilakukan sambil bekerja menuntaskan pekerjaan atau meeting dengan klien.

Menurutnya, saat ini kopi menjadi kebutuhan sehari-hari.

Pengunjung memanen biji kopi di Desa Binaan BCA, Doesoen Kopi Sirap, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (8/9/2019).
Pengunjung memanen biji kopi di Desa Binaan BCA, Doesoen Kopi Sirap, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (8/9/2019). (Warta Kota/Alex Suban)

Tanaman Kopi, sebenarnya bukan tanaman khas Indonesia. Biji Kopi mulai ditanam oleh orang Ethiopia yang berada di dataran tinggi.

Dengan perkembangan perdagangan yang dijalin oleh Bangsa Arab, kopi mulai meluas menjadi komoditi perdagangan di Afrika Utara, hingga ke Eropa.

Komoditas kopi semakin menjadi primadona setelah rempah-rempah.

Di Abad 17, kopi masuk ke Indonesia melalui sistem Tanam Paksa atau Culture Stelsel yang dilakukan oleh Belanda.

Belanda memperluas usahanya menanam kopi di perkebunan-perkebunannya di Nusantara.

Saat itu hanya orang Eropa yang bisa menikmati seduhan kopi dengan cita rasa yang enak.

Kaum pribumi yang bekerja di perkebunan Belanda hanya bisa menikmati biji kopi yang jatuh dari pohonnya.

Barista meracik kopi di Desa Binaan BCA, Doesoen Kopi Sirap, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (8/9/2019).
Barista meracik kopi di Desa Binaan BCA, Doesoen Kopi Sirap, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (8/9/2019). (Warta Kota/Alex Suban)

Karena biji kopi jatuhan ini berasa pahit, mereka mencampurnya dengan jagung dan beras supaya tidak terlalu pahit.

Hal ini membuat kebiasaan industri kopi lokal yang menyajikan kopi bubuk yang merupakan campuran dari biji kopi, jagung dan beras.

Kopi yang ditanam itu, menyebar di berbagai perkebunan di seantero Nusantara dengan karakter rasa yang unik.

Di Pulau Jawa, kopi berkarakter buah-buahan yang kuat. Semakin ke arah Timur hingga ke Bali makin kuat rasa jeruk dalam kopi.

Hingga saat ini sebanyak 23 jenis kopi Indonesia telah memenangkan penghargaan ajang bergengsi di Paris. Hal ini membuktikan bahwa petani kita sudah sadar akan pentingnya kualitas, kata pakar kopi yang akrab dipanggil Rez Ferdian.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved