Lingkungan Hidup
Sejumlah Kalangan Hanya Mampu Berdoa Mengelus Dada Saat Korban Asap Berjuang Sampai Menabrak Pohon
Ada sepeda motor warga nyelonong dan menabrak pohon, pengendaranya mengalami kecelakaan akibat motornya menabrak pohon.
SEJUMLAH kalangan hanya sanggup mengirim doa dan mengelus dada terkait dengan bencana asap yang terjadi akibat hutan yang terbakar terus menerus.
Kebakaran hutan semakin hebat yang dirasakan di sejumlah wilayah.
Akibatnya, masyarakat harus berjuang keras menembus asap.
Sebuah tayangan video yang diunggah di media sosial menjelaskan betapa sulitnya masyarakat menghadapi bencana asap akibat hutan yang terbakar hebat.
Seorang netizen menulis:
Pada tayangan video tersebut tampak sejumlah pengendara kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil terperangkap kabut asap.
Bahkan, saking pekatnya, pengendara sepeda motor tampak hilang kendali.
Ada yang tidak mampu mengendalikan kendaraan mereka.
Tampak di video singkat itu, pengendara motor tidak mampu menembus kabut asap dan benar saja, ada pengendara motor yang tidak bisa mengendalikan kendaraan mereka dari arah berlawanan.
Akibatnya, sepeda motor itu nyelonong dan menabrak pohon, pengendaranya pun mengalami kecelakaan akibat menabrak pohon, belum diketahui nasibnya hingga berita ini ditulis.
Sementara itu, diungkap Kompas.com, kebakaran hutan dan lagan (Karhutla) di Provinsi Riau terus bertambah. Kabut asap pun semakin pekat dan merata menyelimuti bumi Lancang Kuning itu.
Hal ini mungkin diperburuk dengan minimnya curah hujan di Riau.
Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Indra Gustari mengatakan, sayangnya saat ini, sebagian Riau masih mengalami musim kemarau.
"Hanya sebagian wilayah Riau yang mulai hujan. Tapi intensitasnya masih kecil atau rendah," ungkap Indra kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2019).
Dengan curah hujan yang rendah seperti ini, artinya tidak cukup untuk memadamkan atau menghilangkan asap kebakaran.
"Curah hujan diprediksi meningkat baru akhir September ini," kata Indra.
Berkaitan dengan kabut asap di Riau, dilansir The Channel News Asia, Ketua Komite Lingkungan Hidup Negara Bagian Selangor, Hee Loy Sian mengatakan, pihaknya akan memasok masker debu untuk masyarakat dan membuat hujan buatan guna mengurangi pencemaran kabut asap kebakaran hutan.
Meski Malaysia berencana membuat hujan buatan, Indra berpendapat, hujan buatan kurang efektif dijadikan solusi kabut asap Riau.
Ini karena kelembapan udara di sebagian besar wilayah Indonesia masih rendah, yakni di bawah 70 persen.
Indra mengatakan, hanya wilayah Aceh, Kalimantan Utara, dan Papua yang memiliki kelembapan udara di atas 75 persen.
"Prediksi kelembapan udara mulai meningkat di atas Sumatera bagian utara dan Semanjung Malaysia pada dasarian ke III September. Jadi hujan buatan akan efektif kalau kelembapan udaranya di level 700 hPa, cukup tinggi lebih dari 75 persen," jelas Indra. (Gloria Setyvani Putri)
Sementara itu, video tentang kebakaran hutan yang terjadi di sejumlah kawasan di Kalimantan dan Sumatera memang sangat mengerikan.
Soalnya, bukan hanya mengakibatkan korban di kalangan umat manusia, tapi sejumlah hewan yang terjebak kebakaran tidak bisa menyelamatkan diri mereka.
@clooverian: Hewan-hewan yang tidak tau apa-apa, tidak bersalah, menjadi korban.
Aku ga bisa membayangkan keadaan hewan2 yg ketakutan saat melihat sekelilingnya adalah api dan hanya bisa pasrah.