Seleksi Pimpinan KPK

OKNUM KPK Ini Sangat Takut Capim KPK Berasal dari Polri, Hasil Investigasi IPW Dibongkar ke Publik

Oknum-oknum KPK banyak yang ketakutan terhadap Capim dari Polri jika sampai terpilih menjadi komisioner. Mereka menjegal dengan berbagai cara.

Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Suprapto
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Kapolda Sumsel Irjen Firli Bahuri mengikuti tes wawancara dan uji publik calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi periode 2019-2023, di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (27/8/2019). 

Oknum-oknum KPK banyak yang ketakutan terhadap Capim dari Polri jika sampai terpilih menjadi komisioner. Mereka berusaha menjegal dengan menghalalkan berbagai cara, kata Neta S Pane.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menuturkan bahwa sejumlah oknum di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai pakai jurus pendekar mabuk.

Oknum KPK pakai jurus mabuk untuk cegah Irjen Firli Bahuri menjadi komisioner KPK.

Mereka, kata Neta S Pane, melakukan berbagai manuver politik pembunuhan karakter tanpa fakta hukum, dengan menggelar berbagai aksi dan jumpa pers.

Neta menilai, dari semua capim KPK hanya ada dua orang yg ditakutkan oknum KPK dan keduanya berasal dari Polri.

Kedua Capim KPK dari Polri adalah Irjen Antam Novambar dan Irjen Firli Bahuri.

MELANIE Subono Beri Kesaksikan Detik-detik Ajal Presiden BJ Habibie yang Bikin Dirinya Bahagia

"Antam sudah gugur dan oknum KPK merasa sudah menang dan mereka tinggal menghadapi Firli dengan menyebar berbagai tuduhan dan fitnah," ujar Neta S Pane.

Ironisnya dalam jumpa persnya oknum-oknum KPK tersebut tidak menyebutkan bukti-bukti tuduhan mereka secara konkret, misalnya kapan sidang etik pernah dilakukan terhadap Firli.

"Apa keputusan sidang etik itu dan nomor berapa surat keputusan sidang etik itu," papar Neta.

IPW menganggap jumpa pers oknum-oknum KPK itu hanya sebuah manuver politik pembunuhan karakter untuk mengganjal Firli menjadi ketua KPK.

Aktor ini Ungkap Sinetron Paling Disukai BJ Habibie dan Ainun, Sampai Hafal Dialognya

Dari investigasi atau penelusuran IPW ada dua masalah yang dituduhkan oknum-oknum KPK terhadap Firli, yakni pertemuan Firli dengan TGB dan dengan pejabat BPK.

Dalam kasus ketemu dengan TGB, Firli sudah menjelaskan kepada 5 pimpinan KPK bahwa TGB bertemu dengannya di lapangan tenis. Hal itu juga sudah dijelaskan Firli kepada pansel.

Karenanya IPW juga berharap Komisi III DPR menanyakan kedua hal ini kepada Firli dalam uji kepatutan capim KPK.

Sebab dalam penjelasannya kepada Pansel, Firli pernah menjelaskan bahwa dirinya secara kebetulan bertemu TGB di lapangan tennis saat Firli main tenis dengan Danrem pada 13 mei 2018.

"Dan saat itupun TGB bukan tersangka atau statusnya belum tersangka. Saat bertemu juga tidak ada pembicaraan terkait perkara divestasi newmont oleh PT DMB dan PT Multicapital dan PT Recapital. Faktanya hingga kini KPK tidak pernah memproses kasus Newmont sebagai perkara korupsi," kata dia.

Lalu kata Neta pada 6 agustus 2018 dilakukan expose perkara newmont dan saat itu Firli tidak ikut mengambil keputusan karena dia tidak mau terjadi konflik of interes.

"Hasil putusan pimpinan KPK saat itu adalah, perlu diekpos bersama BPKP dan hal itu sudah dilaksanakan, dari KPK dipimpin oleh Alex Marwata. Kesimpulannya, sepakat utk dilakikan audit menyeluruh. Namun perlu dikoordinasikan dengan BPK, karena BPK pernah mengaudit PT Newmont," katanya.

Selanjutnya diekpos di BPK dan dipimpin Nyoman Wara dan disepakati audit menyeluruh.

'Tapi anehnya, sampai sekarang audit belum dilaksanakan BPK karena KPK tidak memberikan dokumennya kepada BPKP maupun BPK. Sehingga sampai saat ini perkara Newmont dan TGB tidak jelas nasibnya, dan pelaksanaan auditnya apakah oleh BPK atau BPKP juga tidak jelas, karena dokumennya masih disandera KPK," kata Neta.

Pada 22 Oktober 2018, kata Neta Firli sempat dimintai keterangan oleh pengawas internal terkait dirinya bertemu dengan TGB di lapangan tennis.

Hal ini sudah diklarifikasi oleh pimpinan KPK pada 19 Maret 2019 jam 17.00 wib di ruang rapat pimpinan dan 5 pimpinan KPK hadir.

"Semua pimpinan KPK itu bicara dan tidak ada satupun pimpinan yang mengatakan bahwa ada pelanggaran etik yang dilakukan Firli. Kelima pimpinan KPK hanya memberikan nasehat pada Firli. Bahkan saat itu Agus Raharja memberikan penjelasan bahwa Firli ke NTB sudah ijin dan tidak ada yang dilanggarnya. Saat itu semua pimpinan KPK berpendapat bahwa kasus itu sudah selesai," papar Neta.

Tak Ingin Jadi Beban Pansel

Fakta-fakta itu, kata Neta, juga sudah di jelaskan Firli di depan pansel saat uji publik.

Bahkan saat itu Firli menyampaikan bahwa dirinya tidak ingin menjadi beban Pansel, jika dirinya memang dinilai tidak memenuhi syarat maka janhan diluluskan. Nyatanya Pansel meloloskannya.

Dari penelusuran IPW kata Neta, dalam kasus TGB, Firli tdk melanggar etik atau melanggar pasal 36 UU No 30 Tahun 2002.

"Penelusuran IPW sesungguhnya masih sangat banyak pegawai KPK yang menanti kehadiran Firli sebagai pimpinan KPK di lantai 15 gedung merah putih," katanya.

Oknum KPK yang terus menurus mem-bully Firli, kata Neta, hanya segelintir pegawai KPK dan tuduhan mereka bahwa Firli melanggar etik tanpa disertai bukti.

'Sedangkan terkait pertemuan dengan pimpinan BPK, dari penelusuran IPW tersimpul bahwa Firli menjemput wakil ketua BPK. Saat itu staf deputi penindakan, Jeklin dan Ayu, tahu persis bahwa Bahrul Akbar wakil ketua BPK datang ke KPK dan berada di ruangan Firli tidak lebih 3 menit.

"Dan ruangan dalam keadaan terbuka. Saat itu Firli menyuruh Ayu untuk menghubungi penyidik dan memberitahu bahwa Bahrul Akbar sudah datang. Lalu Firli menjemput Bahrul Akbar ke lobby bersama stafnya Jeklin. Firli baru tahu belakangan bahwa Bahrul Akbar dipanggil oleh penyidik Rizka setelah sesprinya memberitahu. Saat itu rizka pun datang ke ruangan Firli," katanya.

Firli, tambah Neta, juga sudah menjelaskan hal ini kepada Pansel KPK.

Kepada pansel, Firli menjelaskan ia menjemput Bahrul Akbar karena dia adalah pejabat negara, Wakil Ketua BPK dan ternyata dia dipanggil penyidik KPK sebagai saksi ahli.

Saat di ruangan belum ada pembicaraan terkait kepentingan Bahrul dipanggil KPK.

Dalam pertemuan itu pintu ruangan terbuka sehingga staf Firli, Jeklin dan Ayu bisa mendengar dan melihat semua yang terjadi dalam pertemuan itu.

Soal pertemuan inipun sudah diklarifikasi oleh 5 pimpinan KPK. Saat itu pimpinan KPK menegaskan tidak ada masalah.

"Tapi anehnya kenapa sekarang oknum KPK mempermasalahkannya. Di sini terlihat bahwa oknum KPK melakukan manuver politik dan pembunuhan karakter pada Firli," kata Neta.(bum)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved