Kemarau di Ibu Kota

Dinas SDA DKI Bakal Gandeng PDAM Hadapi Ancaman Kekeringan di Jakarta

Dinas SDA DKI Bakal Gandeng PDAM Hadapi Ancaman Kekeringan di Ibu Kota. Sejumlah Warga Terpaksa Mandi Pakai Air Galon

Penulis: Fitriyandi Al Fajri |
Wartakotalive.com/Angga Bhagya Nugraha
Eskavator sedang mengeruk lumpur yang tampak sebagian mengering akibat kemarau di Waduk Pluit, Jakarta Utara, Selasa (11/6/2019). 

Wartakotalive.com - Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta berencana akan menggandeng Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di wilayah setempat untuk menanggulangi ancaman kekeringan di Ibu Kota.

Namun koordinasi itu dilakukan bila selama 2-3 bulan ini, DKI tidak mengalami hujan dan fenomena kekeringan meluas.

“Mungkin kami kepada PDAM akan minta dibuatkan depo air bersih untuk kawasan kritis seperti di pesisir Jakarta. Bantuan itu sangat diperlukan,” kata Kepala Dinas SDA DKI Jakarta Juaini pada Kamis (22/8/2019).

Juani mennjelaskan, pembuatan depo air yang dimaksud seperti penyediaan mobil tangki untuk mendistribusikan air bersih kepada warga yang sangat membutuhkan.

Bantuan air ini dikhususkan bagi masyarakat yang belum terkoneksi air perpipaan sehingga mengandalkan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari.

“Seperti di wilayah pesisir kayak di Cilincing dan Marunda, Jakarta Utara. Warga di sana memang sering beli air untuk kebutuhan sehari-harinya,” ujarnya.

Hingga kini, Juani belum mendapat informasi mengenai kemungkinan adanya gangguan pasokan air bagi PDAM Palyja maupun Aetra.

“Debit air di Bendungan Jatiluhur mungkin memang berkurang, tapi kami belum konfirmasi kepada mereka mengenai gangguan itu. Mungkin bisa dicek ke perusahaan terkait,” imbuhnya. 

Tingkatkan Kemampuan Menembak Polwan, Korps Brimob Polri Gelar Kejuaraan Menembak

MANDI PAKAI AIR GALON

Tidak adanya pasokan air bersih dari PT Palyja di musim kemarau yang panjang memaksa warga untuk berjibaku melawan keadaan.

Sejumlah warga terpaksa membeli air galon isi ulang untuk kebutuhan mandi dan memasak, sedangkan tuntutan mencuci pakaian diserahkan warga kepada jasa laundry kiloan.

Pahitnya kenyataan disampaikan oleh Abu Bakar, warga Jalan Tepekong RT 06/11 Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Pria yang akrab disapa Haji Sabeli itu menyebut terhentinya air bersih imbas proyek saluran air yang membelah pemukiman warga RW 11 Grogol Selatan itu memaksa warga mengeluarkan uang lebih untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka.

"Kalau yang punya duit begitu ngakalinnya, tapi kalau yang nggak punya warga nimba di belakang rumah. Untungnya kita masih punya sumur tua punya keluarga. Jadi setiap hari itu rame orang pada ambil air di sumur, kayak jaman dulu lagi pake timba," ceritanya.

DEMAM Kayu Bajakah Dijual Bebas di Banjarmasin, Harga Rp 100 Ribu/Potong, Waspada Ada Jenis Beracun

Selain itu, guna mengakali tingginya biaya pembelian air bersih, sejumlah warga yang bekerja terpaksa mandi di kantornya masing-masing.

Kebiasaan tersebut katanya dilakukan setiap hari, baik pada pagi hari sebelum memulai aktivitas maupun sore hari menjelang pulang ke rumah.

Tak ayal, biaya air milik warga melonjak tinggi selama fenomena berlangsung.

Sebab, biaya air yang semula hanya sebesar Rp 3.500 per meter kubik atau per 1.000 liter melambung tinggi menjadi hanya sebanyak satu galon air atau 20 liter air dengan harga Rp 5.000 per galon.

"Ibu-ibu jelas nangis, soalnya memang gede banget biayanya. Duit yang sebelumnya itu bisa beli satu kubik cuma jadi satu galon. Nah, satu keluarga itu sehari bisa abis lima sampai enam galon air," jelasnya.

2 Bule Jerman Tersesat di Gunung Lokon, GPS di Ponsel Tak Membantu

KEKERINGAN DI JAKARTA

Musim kemarau panjang yang terjadi sejak beberapa bulan belakangan kian perih dirasakan warga RW 11 Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Bukan hanya tidak adanya sumber air tanah, jaringan pipa air bersih milik PT Palyja diketahui mati sejak lama.

Kekeringan yang terjadi diceritakan Abu Bakar, warga Jalan Tepekong RT 06/11 Grogol Selatan, telah dirasakan warga sejak tujuh bulan lalu, tepatnya akhir bulan Desember 2018.

Derasnya air bersih PT Palyja yang menjadi sumber air bersih utama warga itu berangsur mengecil hingga sirna.

Berulang kali keran dibuka, tidak ada setetes air pun yang keluar dari sambungan pipa dari sekitar 50 rumah warga.

Sementara, sebagian besar warga tidak memiliki sumber air tanah lantaran mereka merupakan pelanggan lama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya yang kini dikelola oleh PT Palyja.

"Begitu air PAM (Palyja) nggak keluar, semuanya bingung, ini ada apa? Padahal sebelumnya itu deres, begitu keran kita buka, air kenceng. Eh ini tiba-tiba mati," ungkap pria asli betawi yang akrab disapa Babe Sabeli itu bercerita.

Setelah Ibu Hamil Novi, Korban Obat Kedaluwarsa Bertambah, Pasiennya Ibu Hamil Lagi

Penasaran dengan fenomena yang terjadi, dirinya bersama warga memperhatikan proyek pambangunan saluran air berukuran besar yang membelah Jalan Tepekong, mulai dari Klenteng Bio Hok Tek Tjeng Sin hingga Kali Sekretaris.

Proyek pembuatan saluran air sedalam tiga hingga lima meter sepanjang sekitar 200 meter itu katanya mengangkat jaringan pipa saluran air bawah tanah berukuran besar atau buis beton yang sebelumnya sudah tertanam pada akhir tahun 2010 silam.

Dirinya menduga, proyek yang dikerjakan kontraktor atas pengadaan saluran air Suku Dinas (Sudin) Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan itu menyebabkan kebocoran pipa distribusi air bersih PT Palyja.

Sehingga, penyaluran air bersih ke rumah warga menjadi terganggu hingga mati.

"Kita

curiganya karena itu (proyek), pas digali terus diangkat buis yang lama itu bikin bocor pipa PAM. Kita sudah komplain ke kontraktornya, tapi nggak digubris, sampe kita pernah blokir jalan pakai ambulans supaya kontraktor atau Sudin SDA Jakarta Selatan bisa benerin pipa PAM lagi," ungkapnya.

Namun, keluhan serta aksi turun ke jalan yang senyatanya ditujukan untuk perbaikan saluran pipa distribusi air bersih PT Palyja tidak kunjung dihiraukan.

Kontraktor katanya tetap asik menyelesaikan pekerjaan dan menutup seluruh permukaan jalan dengan aspal. 

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved