Polemik Taruna Akmil Enzo Zenz Allie, Mantan Kepala BAIS Sebut TNI Semestinya Memberhentikan Enzo

Foto Enzo yang sedang memegang bendera yang identik dengan HTI, semestinya TNI langsung memberhentikannya sejak awal masuk Akmil.

Fabian Januarius Kuwado
Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI Laksamana Madya Soleman Ponto. 

PALMERAH, WARTAKOTALIVE.COM -- Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman Ponto angkat bicara mengenai polemik taruna Akademi Militer (Akmil) Enzo Zenz Allie yang dicurigai sebagai pendukung organisasi terlarang, Hizbut Thahrir Indonesia ( HTI).

Menurut Soleman, jika didasarkan pada foto Enzo yang sedang memegang bendera yang identik dengan HTI, semestinya TNI langsung memberhentikannya sejak awal masuk Akmil.

Sebab, syarat utama seseorang dapat lolos ke pendidikan Akmil adalah bebas dari pengaruh ideologi di luar ideologi Indonesia, Pancasila.

"Terpengaruh (ideologi di luar Pancasila) bagi kita militer, tidak boleh. Dia tidak boleh ada pengaruh ketika tes. Apalagi tes awal.

TNI AD Tetap Pertahankan Enzo di Taruna Akmil, Ini Alasannya

Enzo Dituding Terpapar Paham HTI, Begini Ketatnya Proses Seleksi Taruna Akademi Militer

Moeldoko Tegaskan TNI akan Selidiki dan Keluarkan Enzo Allie Jika Terbukti Terlibat HTI

Enzo, pria keturunan Prancis saat mengikut seleksi Akademi Militer. Dia tengah dikelilingi para jenderal saat seleksi pantukhir.
Enzo, pria keturunan Prancis saat mengikut seleksi Akademi Militer. Dia tengah dikelilingi para jenderal saat seleksi pantukhir. (@tnilovers18)

Betul-betul harus murni dia. Kalau ada pengaruh, ya sudah, tidak lulus, tidak memenuhi syarat," ujar Soleman sebagaimana dikutip Antara, Selasa (13/8/2019).

"Untuk kasus Enzo, bagaimana keluarganya di rumah, dengan gambar-gambar. Saya gunakan gambar yang ada di medsos, ya. Bagaimana dia hiking dengan bendera (identik HTI), bagi saya itu bentuk keterpengaruhan," lanjut dia.

Soleman menegaskan, keterpengaruhan seseorang terhadap sebuah ideologi dapat dilihat jelas melalui perilaku sehari-hari.

Saat orang tersebut mengenakan pakaian tertentu, memakai topi dengan lambang tertentu dan sebagainya.

Enzo, remaja blasteran Indonesia-Prancis lolos ikut Akmil dan kuasai 4 bahasa asing
Enzo, remaja blasteran Indonesia-Prancis lolos ikut Akmil dan kuasai 4 bahasa asing (facebook)

Ia sekaligus mengkritik proses rekrutmen Akmil.

Bahkan, bukan tidak mungkin ada aspek perekrutan yang dilanggar ketika menilai Enzo.

Apalagi, kata dia, penelitian khusus (litsus) mental ideologi itu sudah bertahun-tahun digunakan dalam rekrutmen TNI, termasuk bagi taruna Akmil.

"Jadi, orang itu betul-betul tidak ada pengaruh ketika dites. Ketika itu ada pengaruh, ya terserah si pengambil keputusan.

Dia sudah mengambil, ya terserah, dengan segala macam risikonya," kata Soleman.

Sosok Enzo di Akmil TNI pertama kali diketahui publik melalui akun Instagram @puspentni.

Video yang diunggah di akun tersebut menggambarkan percakapan antara Enzo dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

Belakangan, beredar foto yang bersumber dari akun media sosialnya sendiri.

Foto itu menggambarkan Enzo sedang memegang bendera tauhid.

Rumor pun merebak. Enzo dicurigai pendukung organisasi terlarang, HTI.

Setelah itu, TNI pun menggelar tes pada Enzo.

Ratusan anggota Kopassus siap turun bila diperlukan saat Aksi 22 Mei mendatang. Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa di Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Senin (20/5/2019).
Ratusan anggota Kopassus siap turun bila diperlukan saat Aksi 22 Mei mendatang. Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa di Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Senin (20/5/2019). (Warta Kota/Rangga Baskoro)

Enzo Dipertahankan

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa memutuskan pihaknya tetap mempertahankan Enzo Zenz Allie.

Enzo Zenz Allie adalah Taruna Akademi Militer (Akmil) berdarah Prancis yang sempat viral, karena diduga terpapar ideologi radikal dari ormas terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

"Kami memutuskan, TNI Angkatan Darat memutuskan untuk mempertahankan Enzo Zenz Allie," ujarnya saat konferensi pers di Markas Besar Angkatan Darat, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019).

"Dan semua Taruna Akademi Militer yang kami terima beberapa waktu lalu sejumlah 364," imbuhnya.

Keputusan tersebut diambil Andika Perkasa karena pihaknya telah memberikan penilaian tambahan khusus untuk Enzo dan beberapa Taruna lainnya, secara acak terkait ideologi.

"Kami tidak akan mengklaim bahwa alat ukur yang kami miliki itu sudah valid."

"Maka kami juga mengambil salah satu alternatif alat ukur yang memang selama ini sudah dikembangkan."

"Digunakan cukup lama, akurasi, validasinya bisa dipertanggungjawabkan karena sudah digunakan selama 8 tahun," beber Andika Perkasa.

Andika Perkasa menjelaskan, penilaian tersebut dilakukan pada Sabtu (10/8/2019) dan Minggu (11/8/2019) lalu.

Setelah itu, hasilnya kemudian dianalisis pada Senin (12/8/2019) kemarin.

"Kesimpulannya, Enzo Zenz Allie dilihat dari indeks moderasi bernegara, ternyata kalau dikonversi menjadi persentase memiliki nilai 84%."

"Atau nilainya di situ adalah 5,9 dari maksimum 7. Jadi indeks moderasi bernegaranya cukup bagus," jelas Andika Perkasa.

Andika Perkasa menjelaskan, dalam proses rekrutmen, pihaknya memiliki sejumlah alat ukur yang sudah diterapkan mulai dari akademik, kesehatan, jasmani, kondisi psikologi, sampai mental ideologi.

"Dari hasil alat ukur yang kami lakukan, kami tidak menemukan adanya keraguan terhadap seluruh taruna akademi militer 364 orang yang kami terima beberapa waktu lalu."

"Tetapi karena kemudian ada info tambahan tentang salah satu taruna kami, Enzo, maka kami pun juga berusaha untuk objektif," beber Andika Perkasa.

Namun demikian, menurut Andika Perkasa, penilaian terhadap Taruna calon Perwira tidak hanya berhenti di tahap awal.

Melainkan, penilaian tersebut dilakukan selama masa pendidikan.

Andika Perkasa pun tidak menutup kemungkinan para taruna calon perwira tersebut bisa gagal selama proses pendidikan di Akademi Militer.

"Maka, selama empat tahun itu pula penilaian berlaku dan tidak semuanya berhasil," ungkap Andika Perkasa.

Ia berharap agar orang tua, keluarga, dan lingkungan Enzo dan Taruna lainnya, dapat membantu mereka dalam menjalani karier.

Sehingga, mereka dapat menjadi perwira TNI AD yang menjaga keutuhan NKRI, menjaga kehidupan beragama yang beragam, dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, serta persatuan.

"Karena kalau kita tidak membantu, kami sebagai pendidik maupun organisasi pasti kami punya mekanisme untuk membina mental mereka."

"Membentuk mereka, sehingga lama-kelamaan mereka semakin bagus, tetapi peran lingkungan dari adik-adik kita ini di rumah, di keluarga juga sangat besar."

"Jadi kalau memang orang tua dan semua yang menyayangi mereka ingin melihat Enzo dan teman-temannya sukses di kariernya di TNI, mereka harus bisa membantu saat mereka pulang."

"Saat mereka dalam keadaan susah maupun dalam keadaan yang senang, semua harus membantu agar mereka tetap pada jalurnya," tutur Andika Perkasa.

Sebelumnya, video Taruna Akademi Militer (Akmil) Enzo Zenz Allie diwawancara Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, beredar viral.

Tak lama kemudian, netizen membongkar media sosial Enzo Zenz Allie dan ibunya, yang diduga terpapar paham organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayjen Sisriadi lantas menjelaskan ketatnya tahapan proses seleksi yang sudah dilalui Enzo, sehingga dinyatakan lolos sebagai Taruna Akmil.

Sisriadi menjelaskan, proses seleksi taruna Akademi Militer dilakukan bertingkat.

Mulai dari tingkat seleksi administrasinya di daerah di Kodim, lalu di tingkat Korem atau Kodam tempat digelarnya pengujian.

Sisriadi menjelaskan, ada sejumlah tes yang harus dilalui Enzo dan taruna lainnya, sehingga dapat lulus sebagai Taruna Akmil.

"Pertama administrasi. Mulai dari umur dia tidak boleh kurang dari 18 tahun, dan tidak boleh lebih dari 24 tahun."

"Lalu harus ada surat keterangan dokter yang menyatakan dia sehat. Itu harus lengkap dulu suratnya."

"Kemudian ada tes jasmani, ada tes psikologi, ada tes akademis. Kemudian yang paling penting tes mental ideologi," kata Sisriadi ketika dihubungi Tribunnews.com, Rabu (7/8/2019).

Sisriadi menjelaskan, tes mental ideologi dilakukan karena TNI tidak ingin kemasukan orang-orang yang berideologi selain Pancasila.

Khusus untuk tes mental ideologi, ia menjelaskan ada dua tes yang harus dilalui oleh Enzo dan taruna lainnya.

"Khusus untuk tes mental ideologi, cara menyeleksinya pertama dilakukan secara tertulis."

"Mereka menjawab puluhan pertanyaan secara tertulis."

"Setelah menjawab secara tertulis, maka di hari itu juga atau paling lambat besoknya akan langsung dilakukan tes wawancara untuk pendalaman."

"Jadi dia akan ditanya apa yang dia tulis, dan ada juga daftar pertanyaan dari yang tidak tertulis."

"Untuk meyakinkan kalau si calon ini benar-benar Pancasilais. Tidak memiliki ideologi selain Pancasila," tegas Sisriadi.

Ia pun menjelaskan, setiap Taruna harus menghadapi tiga orang penguji dalam tahapan tersebut.

"Dan yang menguji tidak hanya satu orang. Satu calon menghadapi tiga penguji sekaligus."

"Jadi kalau dia berbohong akan ketahuan oleh tiga penguji itu."

"Jadi wawancara dengan tiga orang itu biasanya bisa sampai dua jam. Kalau ada yang nyeleneh-nyeleneh bisa lebih lama itu."

"Apalagi kalau wajah dan fisiknya agak berbeda dengan orang Indonesia kebanyakan, bisa lebih lama pendalamannya," jelas Sisriadi.

Sisriadi mengatakan, tidak ada sistem yang sempurna.

Namun, jika sudah dinyatakan lolos seperti Enzo, maka artinya setiap Taruna telah memenuhi semua persyaratan.

"Kalau sudah dinyatakan lolos seperti Enzo, maka sudah memenuhi persyaratan."

"Sekarang dia sudah belajar dan berlatih di Magelang."

"Sudah diisolasi, tidak bisa berhubungan dengan siapa pun kecuali dengan pelatihnya," terang Sisriadi.

Sisriadi menegaskan, selama proses pendidikan dan latihan, seluruh Taruna akan tetap diberikan materi mengenai ideologi Pancasila.

Namun, menurutnya yang belum banyak diketahui masyarakat adalah para Taruna tersebut akan menjalani tes mengenai mental ideologi yang sama, untuk menguji ideologi mereka.

"Tentu ada. Tapi selain itu, ada informasi lain yang tidak banyak diketahui masyarakat. Kami juga punya prosedur."

"Jadi selama dia dididik sampai lulus atau menjelang lulus, itu masih kita dalami juga."

"Orang-orang yang ideologinya non Pancasila pasti ketahuan, karena setiap tahun ada tes yang sama," ucap Sisriadi.

Selain itu, pihak TNI juga akan melakukan pendalaman mengenai ideologi tersebut melalui Babinsa, Koramil, dan BAIS TNI terhadap keluarga Taruna.

"Di luar juga tetap dilakukan pendalaman oleh Babinsa, Koramil, BAIS terhadap orang tuanya, bapaknya, ibunya kau masih ada."

"Kakaknya, adiknya, pamannya. Pendalaman itu sampai empat tahun," beber Sisriadi.

Sisriadi menuturkan, meski telah lolos seleksi Taruna Akmil dan menjalani pendidikan dan latihan, hal itu tidak menjamin Taruna tersebut tidak akan dikeluarkan dari akademi.

Terlebih, jika dalam proses tersebut ideologi mereka berubah atau bukan Pancasila.

"Dulu teman saya juga ada yang dikeluarkan di tingkat empat karena ideologi."

"Walaupun ketahuannya sudah tingkat empat, negara sudah membiayai banyak, tidak masalah dikeluarkan. Yang penting tidak ada yang non Pancasilais," tegas Sisriadi.

Untuk itu, ia menilai terkait Enzo, pihaknya tidak terburu-buru mengambil sikap.

"Dalam hal ini, kita tidak boleh buru-buru. Kenapa? Bisa jadi dia Pancasilais, terus ada yang menyebar isu."

"Kalau dia tidak radikal, tapi banyak yang iri bisa saja kan? Kita harus hati-hati."

"Kita menggunakan intelijen manusia, intelijen teknologi kita gunakan. Intinya kami tidak buru-buru men-judge dia," papar Sisriadi.

Ia pun menegaskan, jika nantinya Enzo atau Taruna lainnya terbukti secara kuat memiliki ideologi selain Pancasila, maka pihaknya tidak ragu untuk mengeluarkan.

Sebaliknya, jika memang tidak terbukti, maka Enzo akan tetap melanjutkan proses belajarnya di Akademi Militer.

"Kalau dia betul radikal, pasti dikeluarkan. Tapi kita harus punya bukti kuat sekali."

"Itu semua berlaku tidak hanya untuk Enzo, tapi kepada seluruh taruna yang sedang belajar sekarang."

"Kita tetap mendalami. Kalau terbukti radikal kita keluarkan, kalau tidak terbukti dia lanjut," terang Sisriadi. (Gita Irawan)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mantan Kepala BAIS Sebut TNI Semestinya Memberhentikan Enzo Zenz Allie"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved