Ahok BTP, Iwan Bule, Suhendra, Hingga Buwas Diyakini Tepat Jadi Nakhoda PLN
Ada empat sosok yang dinilai tepat menjadi nakhoda di PT PLN (Persero) yang sedang disorot pascainsiden padam listrik akhir pekan kemarin.
Insiden listrik padam di wilayah Jakarta, sebagian Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, pada Minggu (4/8/2019) lalu, terus disorot.
Pegiat media sosial, Rudi S Kamri secara khusus menyoroti posisi pelaksaan tugas (Plt) Direktur Utama PT PLN (Persero), Sripeni Inten Cahyani yang terpilih pada Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS PLN 2019, dua hari sebelum "blackout".
Menurutnya dengan kompleksitas masalah yang dihadapi PLN selama ini, Inten--sapaan Sripeni--yang lahir di Pati, Jawa Tengah, 7 Oktober 1968, terlalu lemah.
Rudi melihat terlalu banyak jebakan Batman dalam birokrasi tubuh PLN yang tidak akan tunduk pada Inten. Lantas apakah ini murni kebobrokan sistem dari PLN atau ada kemungkinan sabotase kelompok tertentu dengan menggunakan kelompok internal PLN?

"Ini memang harus dibuktikan melalui investigasi yang serius. Tapi kedatangan Presiden Jokowi (Joko Widodo) pada Senin (5/8/2019) lalu ke kantor pusat PLN dengan didampingi Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI Purn Hinsa Siburian, kuat mengindikasikan kemungkinan tersebut bisa terjadi," ujar Rudi.
"Belum lagi menjalarnya virus korupsi gigantis yang telah lama menggerogoti tubuh PLN. Pendek kata diperlukan sosok kuat, bersih, dan berintegritas tinggi untuk menakhodai kapal besar PLN," sambungnya.
Perihal sosok tersebut, Rudi kemudian menunjuk empat sosok yang ia anggap tepat untuk memimpin PT PLN (Persero) yaitu Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok, Budi Waseso (Buwas), Mantan Kapolda Metro Jaya Komjen (Pol) Mochammad Iriawan, dan Suhendra Hadikuntono, Ketua Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN).

Keempat sosok tersebut, lanjut Rudi, urat takutnya sudah putus. Selain relatif bersih, keempatnya mempunyai "leadership" yang kuat dan pantas untuk digunakan sebagai alat Presiden untuk membersihkan tubuh PLN.
"Keempatnya adalah sosok yang bisa diandalkan untuk membentengi PLN sebagai salah satu pilar ketahanan nasional, bukan melihat PLN hanya sekadar barang dagangan," ucap Rudi.

Namun di antara keempat sosok ideal tadi, Rudi menyebut hanya BTP dan Suhendra yang sedang bebas tugas negara.
Buwas sedang menjabat Dirut Bulog dan Ketua Kwarnas Pramuka. Iwan Bule saat ini sedang menjabat Sekretaris Utama (Sestama) Lemhannas dan kelihatannya sedang mengemban misi negara untuk membersihkan mafia bola di tubuh PSSI.

Kalau BTP jelas terkenal tegas dan bersih, tapi dengan masalah rasial yang pernah dihadapi, sudah pasti akan menimbulkan resistensi dari internal PLN yang terkenal sangar.
Sedangkan Suhendra dianggap Rudi relatif bebas dari beban masa lalu dan berpengalaman memimpin beberapa perusahaan swasta besar.
"Singkat kata, perlu audit forensik secara total di tubuh PLN. Kalau tugas ini kemudian dilakukan oleh sosok dari kalangan internal PLN rasanya tidak akan efektif dan sia-sia. Diperlukan sosok dari luar yang tegas dan sebaiknya punya pengalaman dan pengetahuan di bidang intelijen untuk mengendus dugaan sabotase kelompok tertentu di tubuh PLN," ujar Rudi.

"Di sisi lain, harus dilakukan pembaharuan yang menyeluruh dalam sistem operasi PLN agar kejadian blackout tidak kembali berulang. Tanpa langkah ekstrem dan menyeluruh dari Presiden Jokowi untuk membenahi tidak akan bisa menyehatkan kembali PLN. Seperti kata Presiden bahwa orang-orang pintar secara teknis sudah banyak di tubuh PLN. Tinggal dicari figur yang kuat dan bersih untuk menggerakkan dan memberdayakan semua sumber daya yang ada di dalam tubuh PLN," sambungnya.