Kisah Inspiratif
Meski Lulusan Paket C, Ilyas Mampu Tembus 4 Universitas Negeri Ternama, Pilihannya Psikologi UI
Meski Lulusan Paket C Ilyas Mampu Tembus 4 Universitas Negeri Ternama. Ilyah akhirnya memilih kuliah di Fakultas Psikologi UI.
Penulis: Joko Supriyanto |
Lulusan Paket C dianggap sebelah mata bagi beberapa orang untuk dapat menempuh pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan lulusan sekolah formal. Benarkah
LULUSAN Paket C juga dapat menempuh pendidikan di universitas negeri yang ada di Indonesia. Seperti yang dialami oleh IIyas Dzaky Almahdy (17), warga Kramat Setiong, Senen, Jakarta Pusat.
Meski hanya lulusan sekolah nonformal, Ilyas mampu menembus seleksi masuk di 4 universitas ternama, salah satunya yaitu Universitas Indonesia yang kini menjadi pilihannya.
IIyas mengatakan tak ada benak dalam pikirannya untuk melanjutkan sekolah nonformal sebelumnya. Namun karena penyakit yang dideritanya, membuat sekolah tidak bisa membantu dan diputuskan untuk melanjutkan sekolah nonformal pada semester ke-2 di bangku kelas 1 SMA.
"Tadinya sekolah umum tapi saya terkena penyakit, hampir 3 bulan saya di rumah sakit, dan itu terus berulang.
Karena banyak tidak masuk, selanjutnya saya putuskan untuk mengundurkan diri dari sekolah," kata Ilyas saat ditemui di kediamannya di kawasan Kramat Sentiong Jakarta Pusat, Minggu (4/8/2019).
Sejak saat itu, Ilyas mengeyam pendidikan nonformal di rumahnya dengan sistem pembelajaran satu minggu dua kali selama dua jam pembelajaran.
Walau mengikuti pendidikan nonformal rupanya sempat membuat Ilyas ragu, apalagi sistem pembelajaran yang ia dapat berbeda dibandingkan saat di sekolah formal.
Meski begitu, kemauan serta tekad yang tinggi untuk tetap mendapatkan pendidikan meski hanya sekolah nonformal, membuat keraguan yang ia rasakan dapat ditepis.
"Jam belajarnya pasti beda. Kalau formal biasanya lima hari belajar, tapi kalau nonformal hanya dua kali dan itu hanya dua jam. Jadi waktu belajar yang singkat dan hanya satu guru," katanya.
Karena proses pembalajaran yang cukup singkat, membuat Ilyas mencari tambahan ilmu pendidikan dengan mengikuti bimbel di luar jam sekolah nonformal.
Dia juga kerap kali meluangkan waktunya belajar di Perpusatkaan Nasional.
Tak hanya memenuhi kebutuhan pendidikannya, Ilyas juga kerap kali meluangkan waktunya usai Maghrib untuk mengajar ngaji anak-anak di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
"Karena jam belajar kurang saya ikut bimbel juga. Kadang juga ke Perpusnas belajar dari pagi sampai jam tiga sore. Baru nanti lanjut bimbel. Baru abis Maghrib ngajar ngaji. Jadi itu keseharian saya waktu itu," ujarnya.
Motivasi Diri
Menurut Ilyas saat mengikuti sekolah non formal ada beberapa kendala yang dialaminya.
Namun terlepas dari itu perlu adanya motivasi diri dan dukungan orangtua yang membuat anak tetap semangat belajar.
"Kalau kendala terbesar itu motivasi pasti. Karena ketika belajar di rumah itu bawaanya males ya. Nah kalau anak home schooling dan tidak ada niat, pasti hasilnya akan lebih buruk dibandingkan anak di sekolah formal," katanya.
Ilyas tak menampik jika dirinya sempat minder ketika harus melanjutkan sekolah nonformal dengan ijasah Paket C.
Namun ia mencoba memotivasi dirinya dengan mencari informasi tokoh-tokoh lulusan paket C yang berhasil sukses.
"Awalnya iya saya merasa minder. Dan untuk menguatkan diri itu ya saya coba cari info di internet siapa saja sih lulusan Paket C yang sukses dan itu ada beberapa yang saya temukan. Itu yang jadikan saya patokan bahwa saya bisa seperti mereka," ujarnya.
Meski mengikuti sekolah nonformal, Ilyas mengaku tetap menyediakan waktu untuk bersosialisasi di lokasi bimbel sehingga kebutuhan sosialisasinya tetap didapatkan.
Lolos 4 Penguruan Tinggi
Sempat beralih jurusan dari IPA ke IPS satu bulan jelang Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), Ilyas mencoba mengejar ketinggalan pembelajaran yang ia tempuh, hingga akhirnya dinyatakan lulus.
Selanjutnya Ilyas mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Neger (SBMPTN) mendaftar di Universitas Diponegoro, Fakultas Hukum, dari proses seleksi itu ia pun diterima.
Tak sampai di situ Ilyas juga mencoba mengikuti ujian Universitas Islam Negeri (UIN Jakarta), Universita Gajah Mada, serta Universitas Indonesia (UI).
"Sebenernya pas ujian itu tidak yakin kalau bakal dapat UI, jadi biar aman saya daftar Undip dan Univerista Barawijaya. Tapi pilihan pertama Undip dan lolos," katanya.
Setelah mendaftar ujian mandiri, Ilyas mengikuti seleksi ujian mandiri di Univeristas Gajah Mada (UGM) meski dinyatakan lulus di UGM, ia juga dinyatakan lulus di Universitas Indonesia.
"Karena impian saya itu Unversitas Indonesia jadi saya pilih ke sana. Meskipun sempat sudah cari-cari kos di UGM," katanya.
Di Univeristas UI, Ilyas mengambil jurusan Psikologi yang tak tak lain ingin memberikan motivasi kepada anak-anak paket C agar memahami jika Paket C bukan sesuatu yang buruk maupun berbeda dengan sekolah formal.
"Alasan saya mengambil psikologi karena ingin anak-anak lain yang ada di posisi saya bisa paham. Biasanya kan psikologi berhubungan dengan daya pikir manusia, jadi memutuskan untuk psikologi saja," jelasnya.
Ia juga berharap para siswa-siswi yang lulusan Paket C tidak perlu ragu jika ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi seperri ke perguruan tinggi negeri. Yang terpenting adalah tekat dan yakin.
"Kalau saya sih jangan under estimate. Kalian itu punya peluang yang sama, meskipun cara belajarnya harus berbeda, harus giat lagi. Apalagi pemerintah juga sudah memperbolehkan Paket C untuk daftar ke PTN. Jadi jangan patah semangat dan jangan ragu," ucapnya.
Kebebasan Anak
Asrofi (47) orangtua Ilyas mengaku apa yang diraih anaknya merupakan kejutan yang luar biasa.
Ia mengaku dalam mendidik anak, yakni memberikan kebebasan anak untuk dapat berkembang sesuai dengan kemauannya namun tentu dibarengi dengan dukungan orangtua.
"Kalau saya sebenarnya lebih banyak memberikan kebebasan anak itu. Dia mau kemana yang jelas orangtua itu harus men-support. Kalaupun kita ada untuk menyediakan hal itu, ya kita harus perjuangkan juga," katanya.
Menurut Asrofi, setiap anak memiliki keinginan tersendiri sehingga sebagai orangtua perlu mendukung dan men-support agar perkembangan anak berjalan lancar.
Meski sempat khwatir kelanjutan pendidikan anaknya di Paket C namun ia yakin dengan anaknya. Karena ia merasa rasa semangat belajar pada anaknya membuat dirinya yakin.
"Awalnya khawatir ke depannya gimana. Tapi saya merasa untuk kelas SMA mungkin sebagai orangtua tidak bisa bantu, untuk itu saya kasih bimbel," ujarnya.
Menurutnya ia hanya dapat memberikan semangat dan memotivasi anaknya untuk memilih massa depannya. Terpenting orangtua tetap mendukung penuh.
"Kalau saya hanya memberikan semangat dan support terus karena ini kan memang bukan keinginan dia ya untuk Paket c. Tapi kita harus meyakinan massa depan itu ada di setiap anak itu, dan kedua itu dari orangtua jangan berpikiran negatif," ucapnya.