Gunung Matterhorn
Begini Curamnya Lereng Gunung Matterhorn, Pendakian Spiritual Sofyan Untuk Mendiang Sahabat
Begini curamnya dinding Gunung Matterhorn di Pegunungan Alpen dan Sofyan Arief Fesa mendedikasikan pendakian impian itu untuk mendiang sahabatnya.
Curamnya dinding Gunung Matterhorn tergambar dari foto-foto yang dibuat Sofyan Arief Fesa selama pendakian yang didedikasikannya untuk mendiang sahabatnya, Andika Pratama.
Dua pendaki Indonesia berhasil mengibarkan Merah Putih di Gunung Matterhorn (4.478m), salah satu puncak tersulit didaki di Pegunungan Alpen, Eropa.

Keduanya, Sofyan Arief Fesa (36) dan Alvin Reggy Perdana (33) yang tergabung dalam tim Indonesia Expeditions mencapai puncak Matterhorn setelah memanjat dari rute di wilayah Italia, pada Rabu (31/7/2019) pukul 17.05 waktu setempat atau Kamis (1/8/2019) pukul 01.05 WIB.

Sofyan membagikan foto-foto pendakian yang menggambarkan beratnya pemanjatan yang dilakukannya berdua.

Ia menyatakan pendakian tersebut spiritual climbing dan mendedikasikannya untuk mendiang sahabatnya Andika Pratama yang gugur dalam kecelakaan saat pendakian Carsztenz Pyramid di Papua.
Rupanya pendakian ke Matterhorn pernah menjadi impian mereka berdua.

"Bagi saya sendiri pendakian kali ini sangat sulit, sangat risky, baru kerasa gunung yang benar-benar teknikal, jalurnya cukup panjang dan sangat curam, berbeda dengan gunung-gunung lain yang pernah didaki," tuturnya.

Ian menggambarkan, selama pendakian itu ia merasakan betapa sahabatnya itu hadir dan ikut memanjat bersamanya.
"Jiwa dan auranya turut mendaki bersama," katanya.

Sofyan yang juga anggota Mahitala Universitas Katolik Parahyangan adalah salah satu dari empat pendaki Indonesia pertama yang menggapai Tujuh Puncak Dunia (The Seven Summits) pada 2011.

Pria kelahiran Bandung 20 Februari 1983 itu kini mengelola Indonesia Expeditons, perusahaan jasa pemandu pendakian gunung di seluruh dunia.


Perusahaan tersebut dikelolanya bersama sejumlah teman, termasuk rekan satu timnya pada pendakian tujuh puncak dunia, yaitu Xaverius Frans.

Sedangkan Eggy, anggota Himpala Universitas Nasional adalah pendaki Indonesia pertama yang menggapai puncak Amadablam (6.812m) di Pegunungan Himalaya pada 10 November 2012 dan kini juga bergabung dengan Indonesia Expeditions.

Matterhorn dengan profil kerucut puncaknya yang sangat unik dan menjadi ikon produk coklat termasyhur dari Swiss, merupakan salah satu puncak yang tersulit didaki di Alpen.
Orang Italia menyebut gunung yang pertama kali didaki Edward Whymper tahun 1865 ini, Monte Cervino.

Ekspedisi Whymper berakhir tragis karena sebagian besar anggota timnya tewas terjatuh di tebing.
Ian mengabarkan, pemanjatan Matterhorn merupakan lanjutan dari pendakian Mont Blanc yang sebelumnya mereka lakukan.
Mereka dihadang cuaca buruk sehingga tak berhasil menggapai puncak Mont Blanc pada hari yang sama saat panitia Tour de France memangkas Etape 19 di Saint Jean de Maurienne karena badai tersebut.
Dari Mont Blanc, keduanya melanjutkan perjalanan untuk memanjat Matterhorn dari sisi Italia yaitu dari kota Milan.
Perjalanan dengan bus dari Milan menuju Lembah Aosta memakan waktu sekitar 3 jam sampai ke Challiton Saint-Vincent.
Setelah itu mereka berganti bus umum dan menempuh perjalanan selama 1 jam menuju Breuil-Cervinia.
Darisitu mereka menumpang Land Rover untuk sampai ke Rifogio Duca Degli Abruzzi (2.885 M) dan memulai pendakian menuju Carrel Hut (3.835m) sekitar 4 jam.
"Sekitar satu jam terakhir menuju Carrel Hut medannya cukup curam, bantuan tali dan runner/quickdraw sangat diperlukan," tutur Ian melalui telepon, Jumat (2/8/2019).
Carrel Hut semacam pondokan yang dibangun di atas gunung dan didedikasikan untuk Jean Antoine Carrel sebagai orang pertama yang tiba di Matterhorn lewat Lion Ridge.
Pondokan atau hut itu berbayar 20 Euro per orang dengan fasilitas perlengkapan tidur dan memasak.

Keduanya lalu memulai pemanjatan ke puncak pukul 04.15 setelah sarapan waffel, kopi, dan bandrek buatan Bandung.
Sejak awal perjalanan mereka langsung dihadang tebing batu terjal.
Keduanya menerapkan teknik running belay dan leading-cleaning untuk melintasinya dengan bantuan tali kernmantel 8.2mm sepanjang 40m sampai tiba di ridge atau punggungan tipis menuju puncak.
Ridge itu begitu tipis dengan jurang menganga di sisi kiri dan kanan.

Di ridge itu Ian dan Egi harus menggunakan beberapa pengaman panjat tebing dan memasang crampon (alas sepatu gunung berbentuk mirip cakar untuk berjalan di medan salju).
Pada bagian ini dimulai pendakian panjang, berbahaya, dan sangat membutuhkan konsentrasi untuk tiba di Pic Tyndall (4.241m). Keterampilan scrambling dan panjat tebing sangat diperlukan.
Mereka lalu turun sedikit dan melewati dua celah gunung dengan teknik rappelling lalu memanjat tebing batu.
Tantangan terakhir berupa tebing setinggi 100 meter yang disebut Scala Jordan.

Pada bagian itu sudah tersedia tali untuk bantuan pegangan dan tangga tali 15 meter pada bagian overhang (tebing yang menyerupai atap).
Keduanya membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk memanjat tebing itu lalu mengibarkan Merah Putih di puncak Matterhorn.