Suhu Udara di Bekasi Sangat Dingin Saat Dini Hari tapi Menyengat Saat Siang, Ini Penjelasan BMKG
Berdasarkan aplikasi weather widget di handphone pada Rabu (17/7/2019) pukul 04.00 WIB, suhu udara di Bekasi mencapai 23 derajat celsius.
Penulis: Muhammad Azzam |
"Siang tetap panas, bahkan panas banget. Panasnya lebih-lebih dari biasanya. Kenapa bisa gitu ya?" Tanyanya.
Sebelumnya Wartakotalive memberitakan, BMKG menyatakan seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan.
Hal itu berdasarkan hasil pemantauan perkembangan musim hujan hingga akhir Februari 2019.
Hal ini disampaikan Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal di hadapan wartawan saat jumpa pers Prakiraan Musim Kemarau 2019, di Media Center BMKG, Rabu (6/3/2019).
• Andi Arief: Mohon Maaf Saya Telah Membuat Marah dan Kecewa, Doakan Saya
"El-Nino kategori Lemah, berlangsung di Samudera Pasifik Ekuator, Samudera Hindia dalam kondisi Netral," ujarnya, dikutip dari laman bmkg.go.id.
El-Nino kategori lemah ini, lanjut Herizal, ditandai oleh kondisi lebih panasnya suhu muka laut di wilayah Pasifik ekuator bagian tengah, pada kisaran 0.5 - 1oC di atas normalnya sejak Oktober 2018, diikuti oleh melemahnya Sirkulasi Walker (Angin Pasat Samudera Pasifik Tropis) dari kondisi normalnya.
Kondisi El-Nino lemah diprediksi bertahan hingga Juni-Juli 2019, dan berpeluang melemah hanya 50% setelah pertengahan tahun.
• Hakim Tolak Penangguhan Penahanan Meski Ratna Sarumpaet Mengaku Sempat Sakit Parah dan Sudah Uzur
Ia menambahkan, tidak terdapat indikasi kejadian anomali iklim Samudera Hindia, IOD (Indian Ocean Dipole), dan diprediksi tetap dalam status netral hingga pertengahan tahun 2019.
Aktifnya El-Nino Lemah diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap Sirkulasi Monsun.
Kajian historis pengaruh El-Nino Lemah terhadap curah hujan, menunjukkan dampak yang tidak nyata terhadap sebaran curah hujan di Indonesia.
• Berkicau Lagi di Twiter, Andi Arief Ancam Tuntut dan Cabut Gelar Profesor Mahfud MD
Apalagi, saat periode Maret-April-Mei, yang mana pada umumnya dampak El-Nino tidak seragam di Indonesia, sehingga dimungkinkan pula tidak memengaruhi peralihan musim hujan menuju musim kemarau.
Terkait awal musim kemarau 2019, Deputi Bidang Klimatologi BMKG juga menyampaikan bahwa datangnya musim kemarau berkaitan erat dengan peralihan Angin Baratan (Monsun Asia) menjadi angin Timuran (Monsun Australia).
Peralihan peredaran angin monsun itu akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara pada Maret 2019, lalu wilayah Bali dan Jawa pada April 2019, kemudian sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada Mei 2019, dan akhirnya Monsun Australia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada Juni hingga Agustus 2019.
• 99 Persen Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia Adalah Manusia
Mengingat El-Nino Lemah dan IOD tidak akan banyak memengaruhi peralihan musim kali ini, maka kondisi musim kemarau 2019 nanti diperkirakan akan lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan Monsun Australia, dan gangguan cuaca berupa gelombang atmosfer tropis skala sub-musiman, yaitu MJO (madden julian oscillation).
Dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 79 ZOM (23.1%) diprediksi akan mengawali musim kemarau pada April 2019, yaitu di sebagian wilayah Nusa Tenggara, Bali, dan Jawa.