Parenting
Stunting Tidak Hanya Sekedar Anak Bertubuh Pendek, Begini Cara Mencegah Anak Tumbuh Kerdil
"Stunting itu yang menjadi masalah adalah jangka pajangnya yang mengenai kognitif serta gangguan metabolisme.”
Penulis: |
Stunting alias bertubuh pendek tidak sekedar masalah fisik semata.
Namun, anak yang stunting juga bisa mengalami gangguan kecerdasan (kognitif), dan gangguan metabolisme kelak saat dewasa.
Gangguan metabolisme ini akan memicu munculnya penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, jantung, stroke, dan lainnya.
Bagaimana angka stunting di Indonesia?
Angka stunting di Indonesia masih tinggi.
Data Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi stunting di Indonesia masih sekitar 30,8 persen.
"Stunting itu yang menjadi masalah adalah jangka pajangnya yang mengenai kognitif serta gangguan metabolisme.”
Hal itu dikatakan oleh Direktur Gizi Masyarakat Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian kesehatan Ir Doddy Izwardy MA.
• Dewi Perssik Dikabarkan Akan Gugat Cerai Suaminya, Ini Komentar Angga Wijaya
Dia menjelaskan disela acara peluncuran Panah Merah Innovation Award 2019 dan Seminar Nasional Food & Nutrition and its Contribution to Increase Society Welfare and Health.
Acara digelar PT East West Seed Indonesia di Balai Sidang Universitas Indonesia, Kamis (4/7/2019)
Doddy Izwardy mengatakan, indikator stunting sebenarnya sudah bisa diketahui sejak dalam kandungan.
Tanda-tanda stunting antara lain penambahan berat badan ibu hamil dibawah 12 kilogram.
Menurut dia, angka stunting masih tinggi ada di daerah Brebes, Pemalang, Tegal, (Jawa Tengah), serta Karawang dan Cianjur (Jawa Barat).
Ibu hamil yang mengalami pertambahan berat badan di bawah normal itu dipengaruhi pola makan ibu yang kurang protein.
• Alasan Natasha Wilona Terima Tawaran Sosok Siena yang Bisa Lihat Hantu Sejak Masih Kecil
“Kalau tinggi badan anak saat lahir kurang dari 48 cm, harus diwaspadai, karena berisiko stunting. Harus dipantau terus sampai 2 tahun," ucapnya.
"Bila tinggi badannya tidak sesuai dengan usia, berarti anak itu stunting,” ujar Doddy lagi.
Dia menambahkan, pola makan bayi dan ibunya juga harus terus dipantau ketika anak yang dilahirkan berisiko bertubuh kerdil.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD), kata Doddy, selain berguna untuk sang bayi juga membuat ibunya tidak mengalami stres pasca-melahirkan.
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan, dilanjutkan sampai 2 tahun dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) juga penting mencegah stunting.
Namun, dari tahun 2007 sampai 2018, hanya 37 persen bayi di Indonesia yang diberi ASI eksklusif.
ASI eksklusif artinya bayi hanya diberi ASI saja selama masa enam bulan.
• Belum Punya Pacar, Ini Alasan Ria Ricis Targetkan Tahun Depan Gelar Pesta Pernikahan
Doddy mengatakan bahwa penyebab stunting kompleks.
Namun secara umum, ada tiga faktor penyebab anak stunting yakni pola makan ibu hamil buruk, pola asuh buruk setelah anak lahir, serta kurangnya akses air bersih serta sanitasi.
Pola makan yang buruk di antaranya ketika ibu hamil hanya mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat tanpa diiringi protein serta kurang makan sayur dan buah-buahan.
Padahal protein, terutama dari hewani dibutuhkan untuk pertumbuhan fisik dan otak bayi.
Sedangkan zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral yang banyakt terdapat dalam sayur dan buah-buahan diperlukan untuk proses metabolisme.
Faktor sanitasi dan tersedianya air bersih juga penting.
Sanitasi dan air bersih yang cukup, kesehatan bayi lebih terjaga dan terhindar dari penyakit.
Jika banya sering sakit maka pertumbuhan bayi menjadi terhambat.
• 5 Cara Mengetahui Alpukat Sudah Busuk dan Anda Dilarang Memakannya Demi Kesehatan Tubuh
Sementara itu, Managing Director PT East Seed Indonesia Glenn Pardede yang juga hadir dalam acara itu mengatakan, stunting disebabkan karena kurang asupan sayur dan buah.
Menurut Glenn Pardede, kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi buah dan sayur masih rendah.
Contohnya, di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT), angka stunting tinggi, masyarakatnya jarang makan sayur.
"Ketika ditanya di mana sayurnya, mereka menjawab sayur bunga papaya, daun papaya, dan jantung pisang. Tidak ada sayuran hijau seperti kangkung atau bayam," ucapnya.
"Padahal sayuran berwarna hijau kaya akan asam folat dan zat besi yang berguna untuk perkembangan otak juga,” ujar Glenn Pardede.