Obesitas

Lagi dari Karawang, Satia Umur 7 Tahun Berbobot 97 Kg, Orangtua Berharap Pemerintah Turun Tangan

Lagi dari Karawang, Satia Umur 7 Tahun Berbobot 97 Kg, Orangtua Berharap Pemerintah Turun Tangan.

Kompas.com/Farida Farhan
Satia Putra, bocah tujuh tahun dengan berat 97 kilogram asal Kampung Cilempung, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang bersama ayahnya, Sarli, Senin (1/7/2019). 

Hari-hari Satia Putra, bocah tujuh tahun dengan berat 97 kilogram, banyak dihabiskan di depan televisi.

Pertumbuhan berat badan Satia yang berlebihan, termasuk pola makannya, membuat orangtuanya khawatir dan berharap pemerintah turun tangan.

Saat Kompas.com menemui Satia  pada Senin (1/7/2019), dia tengah menonton film Tobot di salah satu stasiun televisi.

Ia duduk di bangku, di antara balai-balai warung di pinggiran Pantai Tanjungbaru, Kampung Cilempung, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang.

"Wartawan ya," kata Satia menyapa Kompas.com dengan ceria.

Sambil tak melepaskan pandangan dari televisi, Satia merengek makan.

Ibunya kemudian memberinya sepiring nasi dan telur dadar.

Stia langsung makan dengan lahap.

"Ini sudah enam kali makan," ujar Sarli kepada Kompas.com.

Berat badan putra pasangan Sarli (50) dan Komariah (40) kian naik setelah ia disunat saat berumur tiga tahun.

Kian hari, nafsu makan bocah itu kian naik.

"Terakhir ditimbang sekitar 97 kilogram," kata Sarli.

Setiap hari, Satia makan enam hingga tujuh kali. Itu termasuk ngemil, seperti bakso.

Malam sebelum tidur, Satia juga kerap merengek meminta makan.

Tiap kali makan, porsi makannya pun banyak, tak seperti anak-anak pada umunya.

"Kalau bangun, misalnya jam 12 malam dia (Satia) juga sering minta makan. Kalau gak dikasih marah-marah," tutur Sarli.

Tiap kali makan, bocah yang tahun ini bakal memasuki sekolah dasar itu harus ada lauk, misalnya ikan atau telur.

"Kalau tidak ada lauk, dia rewel," katanya.

Apalagi, Satia jarang bermain. Tiap hari hanya nonton televisi di warung.

Maklum, sudah lama keluarga Sarli memilih ringgal di warung dekat pantai sembari mencari nafkah.

"Main kalau pulang ke kampung (masih Kampung Cilempung, namun di wilayah padat penduduk), di sana banyak temennya," katanya.

Tidak bisa tidur terlentang

Akibat obesitas yang yang dideritanya, Satia tidak bisa tidur terlentang.

Ia tidur dengan cara duduk, kemudian punggungnya diganjal dengan bantal.

"Dia sering merengek nggak bisa tidur," ungkap Sarli.

Sarli dan istri mengaku kerap bingung melihat keadaan anak bungsunya itu.

Di satu sisi, ia mengaku tak bisa berbuat banyak.

Warung miliknya hanya ramai saat akhir pekan dan hari libur nasional.

"Saya sedih lihatnya, kasihan," katanya.

Berangkat dari hal itu, Sarli berharap pemerintah membantu putranya agar seperti anak-anak seusianya.

Sebab, hingga kini petugas kesehatan datang hanya sebatas mengecek.

Janji untuk berobat ke kota tak kunjung terealisasi.

"Sekitar tiga kali datang, tapi belum juga ada solusi," katanya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Satia, Bocah 97 Kg Asal Karawang: Makan 6 Kali Sehari dan Tak Bisa Tidur Terlentang"

Arya Permana, bocah asal Karawang yang berat badannya sempat 192 kilogram, kini turun menjadi 85 kilogram saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Selasa (18/6/2019).
Arya Permana, bocah asal Karawang yang berat badannya sempat 192 kilogram, kini turun menjadi 85 kilogram saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Selasa (18/6/2019). (KOMPAS.com/FARIDA FARHAN)

Update Kasus Obesitas Bocah Arya

Kasus serupa juga pernah menimpa Arya Permana (13) warga Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang.

Ia sempat mengalami obesitas dengan berat badan mencapai 192 kilogram. Namun kini berat badan Arya turun menjadi 85 kilogram.

Pada 2017 lalu, Arya sempat menjalani operasi bariatrik di RS Omni Alam Sutera, Tangerang. Setelah operasi, Arya mengaku gampang kenyang dan porsi makannya berkurang drastis.

"Kemarin habis olahraga di tempat Om Ade (Ade Rai) di Bandung," kata Arya saat ditemui Kompas.com di rumahnya, di Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Selasa (18/6/2019).

Ade Rai memang turut membimbing Arya.

Salah satunya dengan olahga. Arya kerap mampir ke tempat fitness milik Ade Rai di Bandung saat kontrol ke RSHS Bandung.

Saat ini, Arya memang gemar berolahraga, mulai dari jalan kaki, renang, hingga bermain sepak bola. Semangatnya, membuat kedua orang tuanya turut bersemangat.

"Sekarang rajin olahraga. Alhamdulillah anaknya (Arya) punya kemauan," kata Ade Somantri, ayah Arya.

Berkat kegigihan Arya dan pendampingan dari orangtua serta bantuan dari banyak pihak, berat badan Arya berangsur turun.

Bahkan baju Arya tiga tahun lalu, saat ini sudah kebesaran.

"Bajunya kebesaran," ujar Arya saat mencoba kembali bajunya dibantu ibunya, Rokayah.

Arya kini sudah bisa beraktifitas selayaknya anak-anak pada umurnya. Tahun ini dia juga mulai sekolah di SMP dan sudah mahir bermain sepak bola, naik motor, hingga berenang.

"Suka renang di kali (sungai) yang dalamnya lima meter. Di Green Canyon (Karawang)," katanya.

Sementara itu Ade, ayah Arya pun mengaku bersyukur banyak pihak yang membantu anaknya.

Ia dan isterinya, tak berhenti berucap syukur dan tak berhenti berdoa.

Arya rencananya akan kembali menjalani operasi untuk mengilangkan gelambir akibat hilangnya lemak di tubuhnya.

Hanya saja, pelaksanaan operasinya masih menunggu hasil pemeriksaan dokter.

Sementara estimasi biayanya sekitar Rp 200 juta untuk empat hingga enam kali operasi. Berdasarkan koordinasi awal, biaya operasi akan ditanggung BPJS Kesehatan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bobot Turun 107 Kg, Arya, Bocah Obesitas Didamping Ade Rai Saat Olahraga"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved