Pilpres 2019
Prof Marsudi Sindir Keponakan Mahfud MD Bukan Orang Sembarang Ada Hubungan dengan Mantan Wakil KPK
Dalam salah satu potongan pembicaraannya, Marsudi menyebut bahwa website situng KPU dibuat untuk transparansi, dan memang dibuat agar mudah diakses.
Penulis: Dian Anditya Mutiara | Editor: Dian Anditya Mutiara
Saat KPU RI memajukan saksi ahlinya dalam sidang sengketa Pilpres 2019, pada Kamis (20/6/2019) hal lain terungkap.
Saksi yang diajukan adalah Profesor Marsudi Wahyu Kisworo.
Dalam salah satu potongan pembicaraannya, Marsudi menyebut bahwa website situng KPU dibuat untuk transparansi, dan memang dibuat agar mudah diakses.
"Jadi kalau ada adik saya kemarin cerita pakai robot, nggak usah robot. Itu mahasiswa semester satu juga bisa," ujar Marsudi.
Entah memang ucapan itu untuk menyindir keponakan Mahfud MD atau bukan, tetapi robot pemantau situng KPU memang ramai dibicarakan setelah Hairul Anas (keponakan Mahfud MD) bicara.
Sidang ke-4 gelar perkara mendengarkan keterangan ahli dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menghadirkan Dr ir Marsudi W Kisworo. Siapakah dia?
Dari penelusuran Wartakotalive.com di blog pribadinya, Marsudi kelahiran Kediri, 29 Oktober 1958. Namun sejak kecil ayah dari Marsudi seorang guru pindah tugas mengajar di SPG Negeri Ponorogo.
Sehingga sejak usia 3 tahun Marsudi menghabiskan waktu kecilnya di Ponorogo hingga tamat SD. Namun waktu SMP pindah ke Madiun karena lebih mumpuni pendidikannya. Lalu diteruskan ke SMAN 1 Madiun.
• LIVE STREAMING Lanjutan Sidang Sengketa Hasil Pilpres 2019, Saksi dan Ahli dari KPU Beri Keterangan
Setamat SMA tahun 1978 Marsudi kuliah di ITB dengan jurusan Teknik Elekto mengambil spesialisasi Teknik dan Sistem Komputer.
Setamat ITB tahun 1983 Marsudi bekerja di PT Elnusa di Jakarta.
"Sebelumnya waktu kuliah saya sempat bekerja juga di Berca jualan komputer mini Hewlett-Packard. Disamping bekerja saya juga mengajar di beberapa PTS seperti STMIK Bina Nusantara, STMIK Budi Luhur, dan lain-lain. Bahkan di STMIK Bina Nusantara saya pernah menjadi ketua Jurusan Teknik Komputer," tulisnya.
• Sidang Lanjutkan Sengketa Pilpres di MK, Tidak Ada Penutupan Ruas Jalan
Marsudi menikahi Tatty Adiyanti pada tahun 1985, setahun kemudian dikaruniai anak perempuan bernama Maya Elektrika Puspitasari (Maya) pada bulan Desember 1986.
Tahun 1989 Marsudi lanjut studi S2 di Curtin University of Technology, Perth, Australia dengan sponsor dari Australian International Development Assistance (AIDAB).
Waktu itu AIDAB hanya memberikan beasiswa dua orang saja untuk swasta, karena biasanya beasiswa hanya untuk PNS. Program 2.5 tahun mampu diselesaikan hanya 1 tahun.
"Dengan nyali besar dan pede saya minta lanjut ke program S3 karena saya masih punya jatah 1.5 tahun. Tahun 1990 saya menyelesaikan S2 saya sekaligus anak ke dua saya lahir yaitu Fauzia Dewi Kusumasari," tuturnya.
Tidak berhenti di situ saja, selesai S2, Marsudi mendaftar kandidasi S3, dan dalam waktu 2.5 tahun berhasil selesai dalam bidang Teknologi Informasi pada bulan Oktober 1992.
"Di tahun ini pula anak saya yang ke tiga laki-laki, Dimas Prabowo Wicaksono, lahir," tuturnya.
Pulang dari Australia, Marsudi kembali ke STMIK Bina Nusantara sebagai Direktur Penelitian dan Direktur Program Pasca Sarjana.
"Salah satu mahasiswa angkatan pertama yang pernah saya bimbing adalah Pak Bibid Samad Rianto yang pernah jadi Wakil Ketua KPK," ujarnya.
Menjadi Dosen dan Rektor
Selain itu, ikut juga dalam euforia lulusan doktor luar negeri yang merasa sok pinter bikin perusahaan konsultan TI, disamping mengajar di program pasca sarjana Universitas Indonesia.
Tahun 1995 Marsudi dipilih menjadi Ketua dari STMIK Darma Bakti.
"Tahun 1998 Cak Nur (alm Nurcholish Madjid) mengajak saya bersama-sama beberapa teman alumni Islamic Network (ISNET), sebuah jaringan pengajian mahasiswa Indonesia antar negara, mendirikan Universitas Paramadina," katanya lagi.
Marsudi pernah menjabat Deputi Rektor bidang Sumberdaya dan sekaligus menjadi Direktur Utama PT. Amanah Paramadina, yaitu pemilik infrastruktur dan kampus Universitas Paramadina dari 1998-2002.
"Kemudian saya menjadi Deputi Rektor bidang Operasi Akademik dan merangkap sebagai Pelaksana Harian Rektor ketika Cak Nur maju jadi calon presiden dan ketika Cak Nur sakit yang berkepanjangan sampai akhirnya beliau meninggal. Pada tahun 2002 saya diangkat sebagai guru besar dalam bidang Teknologi Informasi oleh Pemerintah," katanya.
Bisa dibilang Marsudi adalah profesor pertama di bidang Teknologi Informasi. Bersama Prof Dr Didik J Rachbini, masuk sebagai orang yang menjadi profesor dalam usia muda.
Pada tahun 2005 saya kemudian bergabung dengan sebuah universitas internasional di Serpong, yaitu Swiss German University – Asia (SGU) (http://www.sgu.ac.id) sebagai Pro-Rector for Academic Affairs merangkap sebagai Dean di Faculty of Information and Communication Technology.
Sejak tahun 2008 selain sebagai Pro-Rector saya kemudian juga menjadi Acing Dean di Faculty of Business sampai tahun 2010.
Di SGU ini, sebagai sebuah universitas internasional, lingkungannya juga internasional, termasuk dosen dan mahasiswanya. Tetapi meskipun menyandang nama Jerman, semua proses di SGU menggunakan bahasa Inggris.
"Jadi lumayan kan, bisa praktek bahasa Inggris setiap hari, nggak bayar, malah dibayar pula," katanya lagi.
Tahun 2010 saya terpilih menjadi Rektor dari Institut Perbanas, sebuah kampus yang mendidik para bankir. Agak aneh juga biasanya rektor-rektor di Perbanas adalah ekonom, tapi meskipun saya orang teknik ternyata memenangkan kontestasi dalam pemilihan rektor.
Training
Tentang training, salah satu bidang yang menarik saya adalah pengembangan potensi diri. Saya mulai tertarik bidang ini ketika tahun 1986 waktu saya di STMIK Bina Nusantara, kami ditraining oleh yang sekarang jadi Bapak Ethos Indonesia, yaitu Jansen Sinamo, yang melatihkan programnya Dale Carnegie.
Selain hobi membaca, Marsudi jadi ketagihan ikut berbagai pelatihan mulai dari yang normal seperti Stephen Covey, Anthony Robbins, NLP, dan lain-lain.
Sampai ke yang sedikit esoterik seperti tenaga dalam, Reiki, Prana, EFT, hypnosis maupun yang religius yaitu ESQ. Hingga berbagai program training for trainers.
Marsudi pun tak pelit membagi ilmunya. Dia mengadakan pelatihan gratis untuk anak-anak SMA, mahasiswa, guru, jamaah pengajian.
Ada juga pelatihan komersial alias berbayar ke berbagai institusi dan BUMN.
"Saat itu training belum menjadi mata pencaharian saya yang utama, maka biasanya saya memberikan training kalau pas waktu saya lagi kosong atau akhir pekan," tuturnya.
Namun ketika Marsudi mulai menangani training motivasi dan public speaking kader-kader Partai Amanat Nasional (PAN), malah tambah sibuk.
"Seminggu saya bisa terbang 3-4 kali untuk urusan training saja, belum yang seminar-seminar sesuai bidang asli saya yaitu IT," kata pria yang pernah menjadi Ketua Dewan Ahli Perhimpunan Persahabatan Antarbangsa Indonesia Cina, Ketua (bidang pengembangan institusi) Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer.
Bahkan yang lebih aneh meski bukan orang laut Marsudi pernah jadi Ketua Umum Yayasan Pendidikan Maritim Indonesia, Ketua Umum Yayasan Pelaut Binasena.
"Karena posisi itulah saya yang menjadi penanda-tangan sertifikat internasional ketrampilan dan keahlian para pelaut kita. Jangan tanya kenapa ya," katanya.
Sidang Sengketa Pilpres 2019 di MK Ditutup saat Azan Subuh Berkumandang
Sebelumnya sidang sengketa Pilpres ke-3 ditutup setelah memeriksa 13 saksi dan dua ahli yang diajukan Tim Kuasa Hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Saat sidang berganti hari, Ketua tim kuasa hukum Jokowi-Ma'ruf Amin, Yusril Ihza Mahendra, melakukan interupsi saat sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (sengketa Pilpres) belum selesai akhir Rabu atau hingga pukul 12.00 WIB.
"Interupsi sebentar yang mulia, sekarang jam 12 malam, ini kalau kita pakai tahun masehi berganti waktu. Sudah ada PMK mengatur jadwal-jadwal, mohon dipertimbangkan dulu persoalannya sebelum kita lanjutkan sidang ini atau kita hentikan," kata Yusril saat sidang sengketa Pilpres di MK Jakarta.
Namun, Ketua Majelis Hakim Anwar Usman memutuskan untuk melanjutkan sidang hingga pemeriksaan saksi dan ahli yang diajukan oleh Tim Kuasa Hukum Prabowo-Sandiaga selesai semua.
"Jadi begini Pak Yusril, mungkin masih ingat sidang-sidang yang dulu sampai subuh, jadi kita putuskan diteruskan. jadi itu tidak ada masalah," kata Anwar Usman.
• Ini Daftar Lengkap Pemenang MTV Movie & TV Awards 2019
• Ini Alasan Keras Haris Azhar Tak Mau Jadi Saksi Kubu Prabowo di Sidang Sengketa Pilpres 2019 di MK
• Pembunuh Karyawati Cantik Bank Mandiri Ternyata Pasangan Suami-Istri, Alasannya Mengejutkan
Pada sekitar pukul 03.00 WIB, gantian pihak pemohon yang mengajukan sidang ditunda karena mereka sudah merasa kelelahan, namun juga tidak dikabulkan oleh Majelis Hakim MK.
"Yang mulia, saya memahami ini peradilan yang harus dipercepat, tetapi tidak berarti terlambat satu hari menyebabkan cepat itu menjadi terhalangi. Persoalannya adalah saya mulai urat-urat di kepala ini keluar," kata salah satu kuasa hukum Prabowo-Sandiaga, Teuku Nasrullah.
Nasrullah mengungkapkan, meninggalnya 700 KPPS dalam Pemilu serentak 2019 dapat terjadi, dimana berdasarkan keterangan Dinas Kesehatan karena faktor kelelehan.
"Ini contoh penjelasan ini saya khawatir akan menimbulkan persoalan di kemudian hari dari persidangan ini," kata Teungku Nasrullah.
Menanggapi hal ini, Ketua Majelis Hakim Anwar Usman meminta pendapat dari pihak KPU dan pihak terkait, yakni tim kuasa hukum Jokowi-Ma'ruf Amin.
Ketua KPU Arief Budiman menyerahkan kepada majelis hakim terkait permintaan pemohon tersebut.
"Sebetulnya kami sudah terbiasa sampai subuh juga nga apa-apa, kami menyerahkan kepada yang mulia," kata Ketua KPU ini.
Sementara pihak terkait menolak permintaan yang diajukan oleh pihak Prabowo-Sandiaga ini.
"Ini kan soal keadilan, masing-masing kan diberi waktu satu hari. Ini pemohonnya sudah diberi waktu dua hari, ini yang harus dipahami," tegas Yusril.