Pilpres 2019

Prof Marsudi Sindir Keponakan Mahfud MD Bukan Orang Sembarang Ada Hubungan dengan Mantan Wakil KPK

Dalam salah satu potongan pembicaraannya, Marsudi menyebut bahwa website situng KPU dibuat untuk transparansi, dan memang dibuat agar mudah diakses.

tangkapan layar youtube Mahkamah Konstitusi
Saksi ahli Marsudi Wahyu Kisworo yang diajukan KPU di Sidang Sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi. 

Tidak berhenti di situ saja, selesai S2, Marsudi mendaftar kandidasi S3, dan dalam waktu 2.5 tahun berhasil selesai dalam bidang Teknologi Informasi pada bulan Oktober 1992.

"Di tahun ini pula anak saya yang ke tiga laki-laki, Dimas Prabowo Wicaksono, lahir," tuturnya.

Pulang dari Australia, Marsudi kembali ke STMIK Bina Nusantara sebagai Direktur Penelitian dan Direktur Program Pasca Sarjana.

"Salah satu mahasiswa angkatan pertama yang pernah saya bimbing adalah Pak Bibid Samad Rianto yang pernah jadi Wakil Ketua KPK," ujarnya.

Menjadi Dosen dan Rektor

Selain itu, ikut juga dalam euforia lulusan doktor luar negeri yang merasa sok pinter bikin perusahaan konsultan TI, disamping mengajar di program pasca sarjana Universitas Indonesia.

Tahun 1995 Marsudi dipilih menjadi Ketua dari STMIK Darma Bakti. 

"Tahun 1998 Cak Nur (alm Nurcholish Madjid) mengajak saya bersama-sama beberapa teman alumni Islamic Network (ISNET), sebuah jaringan pengajian mahasiswa Indonesia antar negara, mendirikan Universitas Paramadina," katanya lagi.

Marsudi pernah menjabat Deputi Rektor bidang Sumberdaya dan sekaligus menjadi Direktur Utama PT. Amanah Paramadina, yaitu pemilik infrastruktur dan kampus Universitas Paramadina dari 1998-2002.

"Kemudian saya menjadi Deputi Rektor bidang Operasi Akademik dan merangkap sebagai Pelaksana Harian Rektor ketika Cak Nur maju jadi calon presiden dan ketika Cak Nur sakit yang berkepanjangan sampai akhirnya beliau meninggal. Pada tahun 2002 saya diangkat sebagai guru besar dalam bidang Teknologi Informasi oleh Pemerintah," katanya.

Bisa dibilang Marsudi adalah profesor pertama di bidang Teknologi Informasi. Bersama Prof Dr Didik J Rachbini, masuk sebagai orang yang menjadi profesor dalam usia muda.

Pada tahun 2005 saya kemudian bergabung dengan sebuah universitas internasional di Serpong, yaitu Swiss German University – Asia (SGU) (http://www.sgu.ac.id) sebagai Pro-Rector for Academic Affairs merangkap sebagai Dean di Faculty of Information and Communication Technology.

Sejak tahun 2008 selain sebagai Pro-Rector saya kemudian juga menjadi Acing Dean di Faculty of Business sampai tahun 2010.

Di SGU ini, sebagai sebuah universitas internasional, lingkungannya juga internasional, termasuk dosen dan mahasiswanya. Tetapi meskipun menyandang nama Jerman, semua proses di SGU menggunakan bahasa Inggris.

"Jadi lumayan kan, bisa praktek bahasa Inggris setiap hari, nggak bayar, malah dibayar pula," katanya lagi.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved