Pemilu 2019
Di Pangkuan Khofifah, Istri Petugas KPPS Mengadu hingga Pingsan
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberikan piagam penghargaan dan santunan kepada petugas KPPS Jawa Timur yang gugur dalam tugas
Penulis: Desy Selviany | Editor: Dian Anditya Mutiara
Almarhum suaminya sehari-harinya bekerja sebagai penjaga Lapas di Kota Madiun.
Saat ada pelaksanaan Pemilu di Lapas, ia mendapatkan amanah sebagai penjaga TPS.
"Suami saya meninggal tanggal 26 April 2019. Saya sangat tidak menyangka, padahal suami saya tidak punya riwayat penyakit jantung, tapi di hari ia meninggal ia terkena serangan jantung," tutur Estu usai sadar dari pingsan.
KPPS Banyak yang Meninggal Harus Bentuk Tim Investigasi
Kasus kematian ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) usai Pemilu 2019 terus memicu kontroversi.
Pemerintah diminta segera membentuk tim investigasi khusus untuk menelusuri penyebab hal tersebut.
CEO Aliansi Penggerak Demokrasi Indonesia (APDI), Wa Ode Nur Intan menjelaskan bahwa desakan itu perlu dilakukan lantaran pesta demokrasi lima tahunan kemarin masih menyisakan misteri kematian KPPS.
Ia mendesak pemerintah membentuk tim khusus yang komprehensif dan transparan agar penyeban kematian diketahui secara jelas.
"Bukan jadi misteri dan beban masa depan demokrasi," kata Intan sapaan akrabnya dalam acara diskusi di Gado-Gado Boplo, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (16/5/2019).
Intan berpandangan, meninggalnya ratusan petugas KPPS itu seakan tidak menjadi perhatian khusus dari Pemerintah dan seluruh kelompok elemen masyarakat. Pasalnya, sampai ini pihak terkait tidak memberikan perhatian dan kepeduliannya terhadap "pejuang demokrasi" itu.
"Sampai detik ini tidak ada pernyataan resmi permintaan maaf dari penyelenggara dan pemerintah. Semua mengambil jarak tanggung jawab," ujar Intan.
• Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva Ungkap Sulit Buktikan Kecurangan Pilpres 2019
• Prabowo Akui Berat Tempuh Jalan Anti Kekerasan, Minta Pendukungnya Jangan Balas Jika Dipukul
Dalam hal ini, petugas pelaksana pemilu dinilai bekerja dari hari ke hari tanpa diperhatika kesehaxltan, seolah 'dlpaksa' untuk menyelesaikan pekerjaan pemilu 2019 dengan resiko tinggi hingga banyak yang tumbang sakit dan meninggal dunia.
APDI menegaskan, lembaganya tidak berpihak pada salah satu calon di Pemilu 2019. Pasalnya, dorongan ini lahir berdasarkan untuk mewujudkan proses demokrasi yang lebih baik dan sehat kedepannya.
Intan menambahkan, APDI menantang calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto untuk turun tangan dalam memberikan perhatian dan kepedulian dibalik kematian ratusan petugas KPPS itu.
"Untuk berlomba kepedulian terhadap korban pemilu 2019 baik membantu pelayanan kesehatan bagi yang sakit maupun memberikan dukungan bagi keluarga korban yang meninggal," papar Intan.