Denuklirisasi Semenanjung Korea
Tiba di Rusia dengan Kereta Api Lapis Baja, Ini yang Akan Dibicarakan Kim Jong Un dan Vladimir Putin
Kunjungan pertama Kim Jong Un ke Rusia ini akan diselenggarakan di kota pelabuhan Vladivostok yang selama ini menjadi markas bagi Armada Pasifik Rusia
Agenda pertemuan dengan Putin terjadi semenjak pertemuan Kim Jong Un dengan Donald Trump di Hanoi mengalami jalan buntu dikarenakan kedua pihak tidak sepakat dengan makna denuklirisasi.
MENUMPANG kereta api lapis bajanya, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dikabarkan telah sampai di perbatasan Rusia, jelang pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kunjungan pertama Kim Jong Un ke Rusia ini akan diselenggarakan di kota pelabuhan Vladivostok yang selama ini menjadi markas bagi Armada Pasifik Rusia.
Dalam laporan AFP, kereta lapis baja berwarna hijau zaitun yang membawa Kim beserta para ajudannya sampai di kota perbatasan Khasan pada Rabu (24/4/2019) waktu setempat.
• 5 Fakta Pertemuan Kedua Donald Trump-Kim Jong Un soal Denuklirisasi yang Tak Hasilkan Apapun
• Ini Tawaran Kim Jong Un soal Denuklirasi yang Ditolak Donald Trump dalam Pertemuan Kedua di Hanoi

Menurut kantor berita pemerintah Korut KCNA, salah satu nama yang ikut dalam rombongan pemimpin 35 tahun itu adalah Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong Ho.
Media Rusia memberitakan, Kim disambut dalam tarian tradisional di mana para perempuan dengan kostum daerah menyambutnya dengan roti serta garam.
Pendahulu Kim, sang kakek Kim Il Sung dan anaknya Kim Jong Il, juga berhenti di Khasan.
Di sana, terdapat bangunan kayu yang dikenal sebagai Rumah Kim Il Sung untuk merayakan persahabatan Rusia dan Korut.
• FBI Bantu Penyelidikan Bom Sri Lanka, PM Sri Lanka: Seharusnya, Kami Bisa Cegah Hal Itu Terjadi
• Terungkap, Ancaman Awal Rentetan Bom Sri Lanka Berasal dari Seorang Tersangka ISIS di India
• VIDEO : Terekam Kamera Pelaku Bom Bunuh Diri Dengan Santai Memasuki Gereja
Bendera Rusia dan Korut dilaporkan telah terpasang di lampu sepanjang jalan menuju Pulau Vladivostok's Russky di mana pertemuan itu diprediksi digelar di sebuah perguruan tinggi.
Pertemuan itu digelar sejak Putin mengirimkan undangan kepada pemimpin yang berkuasa pada 2011 sejak dia memutuskan membuka diri terhadap dunia internasional tahun lalu.
Sejak 2018, Kim telah bertemu Presiden China Xi Jinping empat kali, Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in sebanyak tiga kali, kemudian Presiden Vietnam Nguyen Phu Trong.
Lalu dua kali bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Pertama di Singapura pada Juni 2018. Kemudian di Hanoi, Vietnam, selama dua hari Februari lalu.

Jalan buntu
Agenda pertemuan dengan Putin terjadi semenjak pertemuan Kim dengan Trump di Hanoi mengalami jalan buntu dikarenakan kedua pihak tidak sepakat dengan makna denuklirisasi.
Analis menjelaskan rencana bertemu Putin merupakan upaya Kim untuk menggalang dukungan internasional semenjak negosiasi dengan Washington tersendat.
Sementara para diplomat Barat menjelaskan kemungkinan Kremlin bakal berperan di balik bayang-bayang. Kebijakan luar negeri Rusia didasarkan atas "pencarian relevansi".
Bahas Isu Nuklir
Pembantu kebijakan luar negeri Kremlin Yuri Ushakov dalam pernyataannya, Selasa (23/4/2019), mengatakan, "Fokus dalam pertemuan itu adalah pada solusi politik dan diplomatik untuk masalah nuklir di Semenanjung Korea."
Dikatakan Ushakov, melalui pertemuan tersebut, Rusia bermaksud untuk membantu mengkonsolidasikan tren positif dalam segala hal.
Untuk kasus ini, yakni isu denuklirisasi Semenanjung Korea yang diharapkan banyak pihak dapat segera tercapai.
Disampaikan Kremlin, perencanaan untuk pertemuan puncak dengan Korea Utara itu telah dilakukan sejak diumumkan rencana pertemuan di bulan April, pada minggu lalu.
Bendera kedua negara tampak telah dikibarkan di lokasi tempat pertemuan puncak diperkirakan akan berlangsung, yakni di kampus universitas di Vladivostok.
Dikatakan Ushakov, pembicaraan kedua pemimpin negara akan dimulai secara empat mata, sebelum dilanjutkan dengan "format yang lebih luas".
Namun Ushakov tidak memberi rincian lebih lanjut. Ia hanya menambahkan, tidak ada agenda pemberian pernyataan bersama maupun acara penandatanganan perjanjian selama pertemuan puncak tersebut.

Kunjungan pertama
Kunjungan pertama ke Negeri "Beruang Merah" itu memang merupakan upaya Kim untuk membangun dukungan internasional bagi rencana pembangunan ekonominya.
Kunjungan itu terjadi setelah pertemuan Kim Jong Un dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Hanoi, Vietnam, pada 27-28 April, yang menemui jalan buntu.
Selama bertahun-tahun Rusia merupakan pihak yang terlibat dalam upaya denuklirisasi Korut bersama Jepang, AS, China, maupun Korsel, dengan pertemuan terakhir pada 2009.
Kementerian Luar Negeri Korsel, menurut juru bicara Kim In-chul berkata, agenda bilateral keduanya bakal membahas relasi, kerja sama regional, dan denuklirisasi.
"Agenda Rusia sama dengan kami. Yakni denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea serta menetapkan perdamaian secara penuh," ujar Kim In-chul dalam konferensi pers.

Bukti prestis Rusia
Artyom Lukin, Profesor Universitas Federal Timur Jauh menjelaskan, setelah pertemuan dengan Trump buntu, Kim Jong Un nampaknya ingin membuktikan dia masih diperhatikan pemimpin dunia lainnya.
Menurut Lukin, Kim Jong Un tidak ingin terlalu bergantung kepada AS, China, maupun Korsel. Pertemuan ini juga memberikan arti penting bagi Moskwa.
"Melalui pertemuan ini, Rusia masih ingin dianggap sebagai pemain utama dalam proses perdamaian Semenanjung Korea dan bukti prestis di kancah internasional," terang Lukin.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kim Jong Un dan Kereta Lapis Bajanya Tiba di Rusia" dan "Bertemu Kim Jong Un, Putin Ingin Bahas Isu Nuklir di Semenanjung Korea"