Pilres 2019

Sebut Prabowo Bukan Pemarah, Fadli Zon: Yang Marah-marah Itu Jokowi, Sampai Suaranya Melengking

FADLI Zon, anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi mengatakan, Prabowo Subianto bukanlah seorang pemarah.

Editor: Yaspen Martinus
Istimewa
Fadli Zon dan Prabowo Subianto 

"Ingat sekali lagi akan saya lawan, bukan untuk diri saya, tapi ini untuk negara," ucap Jokowi. 

Jokowi juga menegaskan Indonesia adalah negara besar yang harus dipimpin pula oleh nakhoda yang punya pengalaman.

"Saya beruntung, lulus kuliah saya kerja lalu masuk dunia usaha. Lanjut saya masuk dunia pemerintahan sebagai Wali Kota Solo dua kali, Gubernur DKI dan sekarang Presiden 4,5 tahun," tuturnya.

Disuruh Buktikan oleh Menhub, Anies Baswedan Kini Bilang Banjir Akibat Kurang Pompa, Bukan LRT

"Apa yang mau saya sampaikan? Menakhodai kapal sebesar Indonesia dengan 269 juta penduduk ini perlu nakhoda berpengalaman. Jangan coba berikan ke pemimpin yang coba-coba," sambung Jokowi.

Jangan dipikir, kata Jokowi, mengelola negara besar seperti Indonesia merupakan hal gampang dan mudah.

‎Dia juga menegaskan, yang paling penting, seorang pemimpin bangsa harus memberikan aura optimis ke rakyat.

Prabowo: Saya Muak dengan Keadaan, Ini Bukan Republik yang Saya Bela!

"Pemimpin negara itu harus bisa memberikan aura optimisme ke rakyatnya. Jangan sampai pemimpin justru bawa pesimisme, atau malah menakut-nakuti Indonesia akan bubar 2030," beber Jokowi.

‎"Katanya indonesia akan punah, loh, loh, loh. Namanya pemimpin itu ada tantangan sebesar apa pun dia harus di depan. Ada rintangan dia di depan, jangan ajak rakyat untuk pesimis. Jangan menakut-nakuti, apalagi menakuti rakyat," tambahnya.

Jokowi lantas meminta warga Yogyakarta bisa meraup suara sebesar 70 persen di Pilpres 2019, melalui pencoblosan pada 17 April 2019.

Prabowo Sebut Ibu Pertiwi Sedang Diperkosa, Jokowi: Yang Benar Ibu Pertiwi Sedang Berprestasi

"Pertanyaan saya, di Yogyakarta nanti, 17 April mau dapat berapa persen?" Tanya Jokowi dari atas panggung.

Para pendukung, ada yang berteriak 80 persen dan 90 persen.

"Awas ya kalau tidak dapat 80 atau 90 persen," cetusnya.

Kepada Prabowo, Rizal Ramli Bilang Bisa Turunkan Harga Listrik Dalam Waktu 100 Hari

Ribuan pendukung langsung tertawa.

"‎Saya tidak ingin berikan target yang besar. Catatan saya di tahun 2014 di Yogyakarta kita hanya dapat 56 persen. Di 2019 ini, kita harus dapat di atas 70 persen. Sanggup bapak, ibu?" Tanya Jokowi lagi.

"Sanggup!" jawab para simpatisan.

Logo Kedai Kopinya Dinilai Mirip Lambang PDIP, Ini Penjelasan Kaesang Pangarep

Jokowi melanjutkan, dirinya memberi target selalu realistis atas dasar kalkulasi dan perhitungan yang matang, bukan asal-asalan.

Terakhir, Jokowi meminta para pendukungnya untuk kerja keras mengajak tetangga dan handai taulan, agar menggunakan hak pilihnyam karena waktunya tinggal 24 hari lagi.

"Saya hargai pertemuan siang yang panas ini. Saya hargai dukungan ini. Semoga kerja kita bisa berikan angka lebih baik untuk elektabilitas nasional, terutama di Yogyakarta," ucapnya.

Bisa Pengaruhi Psikologis Pemilih

Sementara, peneliti politik senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Semego menyatakan, apa yang terjadi di kampanye Pemilu 2019 bisa mempengaruhi psikologis pemilih.

Ia menyebut adanya capres yang menggebrak meja dan ada yang menaikkan narasi ‘people power’, bisa mengganggu euforia pesta demokrasi yang dirasakan masyarakat.

“Kemarin kita lihat ada capres yang menggebrak-gebrak meja. Memang itu emosi sesaat, tapi penafsiran publik bermacam-macam, apalagi ada media sosial yang menyebarkannya,” ulasnya dalam diskusi 'Prediksi Dinamika Pemilu Serentak 2019 dalam Perspektif Sosial Politik dan Keamanan', di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (9/4/2019).

Prabowo: Republik Apa 73 Tahun Merdeka Rakyatnya Gantung Diri Tidak Bisa Kasih Makan Anak-anaknya?

Indria Samego juga menyinggung pernyataan mantan Ketua MPR Amien Rais mengenai ‘people power’.

Apalagi, menurutnya ada narasi perang total yang dilontarkan Amien Rais terkait hal tersebut.

“Saya lihat hal tersebut bisa menimbulkan perasaan ketidakpastian keamanan di masyarakat, saya harap demokrasi kita terus naik kelas,” ucapnya.

Luhut Panjaitan Ungkap Jokowi Pernah Ragu Kuliah karena Ayahnya Cuma Sopir

Narasumber lainnya, Stanislaus Riyanta mengatakan, masyarakat tak perlu cemas dengan narasi-narasi politik tersebut, karena akan ada aparat yang mengamankan jalannya Pemilu.

“Kekuatan TNI, Polri, dan BIN cukup untuk mengamankan Pemilu. Yang penting cegah golput untuk tingkatkan partisipasi serta perlu adanya ketegasan penyelenggara Pemilu dalam menjalankan aturan,” bebernya. (Taufik Ismail)

Sumber: Tribunnews
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved