Pilpres 2019
Dalam Surat SBY Sebut Kampanye Akbar Prabowo-Sandi Tak Lazim dan Inklusif, Begini Isi Suratnya
PRESIDEN RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY sebut kampanye akbar Prabowo-Sandi tak lazim.
PRESIDEN RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY sebut kampanye akbar Prabowo-Sandi tak lazim.
Selain SBY sebut kampanye akbar Prabowo-Sandi tak lazim, bahkan juga SBY sebut kampanye akbar Prabowo tak inklusif.
Pernyataan itu juga, sekaligus SBY menegur 3 pejabat Partai Demokrat yang hadiri di kampanye akbar Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Minggu (7/4/2019), di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.
Hal itu, tertuang dalam surat yang ditulis sang ayah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
• Kali Tercemar Limbah, Pemkot Bekasi Panggil Enam Perusahaan
• Pendaftaran CPNS 2019 Segera Dibuka, Ada 100 Ribu Formasi, Cek Jadwal & Dokumen yang Disiapkan
• Belasan Ribu Surat Suara Pemilu Rusak di Bekasi, KPU Masih Nunggu Penggantian
WartaKotaLive melansir TribunKaltim, ketua umum partai demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menulis surat untuk tiga pejabat teras partainya.
Dalam surat iyu ditujukan untuk Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Demokrat, Syarief Hasan dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat, Hinca Panjaitan.
Dalam surat itu SBY sebut kampanye akbat Prabowo-Sandiaga tak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif.
Hal ini diungkapkan SBY saat dirinya mendengar rencana kampanye akbar tersebut pada Sabtu, 6 April 2019.
Dalam surat itu, SBY meminta pengurus Demokrat menyampaikan masukan kepada Prabowo yang intinya kampanye akbar harusnya lebih inklusif dan menghindari politik identitas.
Namun, tak dirinci oleh SBY konsep apa yang disebut inklusif tersebut.
Berikut isi lengkap surat SBY tersebut:
Kepada yang terhormat
1. Ketua Wanhor PD Amir Syamsudin
2. Waketum PD Syarief Hassan
3. Sekjen PD Hinca Panjaitan
Bismilahirrahmanirrahim
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Salam Sejahtera
Salam Demokrat !
Sebenarnya saya tidak ingin mengganggu konsentrasi perjuangan politik jajaran Partai Demokrat di tanah air, utamanya tugas kampanye pemilu yang tengah dilakukan saat ini, karena terhitung mulai tanggal 1 Maret 2019 yang lalu saya sudah memandatkan dan menugaskan Kogasma dan para pimpinan partai untuk mengemban tugas penting tersebut.
Sungguhpun demikian, saya tentu memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan agar kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrat tetap berada dalam arah dan jalur yang benar, serta berlandaskan jati diri, nilai dan prinsip yang dianut oleh Partai Demokrat. Juga tidak menabrak akal sehat dan rasionalitas yang menjadi kekuatan partai kita.
Sore hari ini, Sabtu, tanggal 6 April 2019 saya menerima berita dari tanah air tentang "set up", "run down" dan tampilan fisik kampanye akbar atau rapat umum pasangan capres-cawapres 02, Bapak Prabowo Subianto-Bapak Sandiaga Uno, di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Karena menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif, melalui sejumlah unsur pimpinan Partai Demokrat saya meminta konfirmasi apakah berita yang saya dengar itu benar.
Malam hari ini, saya mendapat kepastian bahwa informasi yang didapat dari pihak lingkaran dalam Bapak Prabowo, berita yang saya dengar itu mengandung kebenaran.
Sehubungan dengan itu, saya minta kepada Bapak bertiga agar dapat memberikan saran kepada Bapak Prabowo Subianto, Capres yang diusung Partai Demokrat, untuk memastikan hal-hal sebagai berikut:
Penyelenggaraan kampanye nasional (dimana Partai Demokrat menjadi bagian didalamnya) tetap dan senantiasa mencerminkan "inclusiveness", dengan sasanti "Indonesia Untuk Semua" Juga mencerminkan kebhinekaan atau kemajemukan. Juga mencerminkan persatuan. "Unity in diversity". Cegah demonstrasi apalagi "show of force" identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuansa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrim.
Pemilihan Presiden yang segera akan dilakukan ini adalah untuk memilih pemimpin bangsa, pemimpin rakyat, pemimpin kita semua. Karenanya, sejak awal "set up"nya harus benar. Mindset kita haruslah tetap "Semua Untuk Semua" , atau "All For All".
Calon pemimpin yang cara berpikir dan tekadnya adalah untuk menjadi pemimpin bagi semua, kalau terpilih kelak akan menjadi pemimpin yang kokoh dan insya Allah akan berhasil. Sebaliknya, pemimpin yang mengedepankan identitas atau gemar menghadapkan identitas yang satu dengan yang lain, atau yang menarik garis tebal "kawan dan lawan" untuk rakyatnya sendiri, hampir pasti akan menjadi pemimpin yang rapuh.
Bahkan sejak awal sebenarnya dia tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin bangsa. Saya sangat yakin, paling tidak berharap, tidak ada pemikiran seperti itu (sekecil apapun) pada diri Pak Jokowi dan Pak Prabowo.
Saya pribadi, yang mantan Capres dan mantan Presiden, terus terang tidak suka jika rakyat Indonesia harus dibelah sebagai "pro Pancasila" dan "pro Kilafah". Kalau dalam kampanye ini dibangun polarisasi seperti itu, saya justeru khawatir jika bangsa kita nantinya benar-benar terbelah dalam dua kubu yang akan berhadapan dan bermusuhan selamanya.
Kita harus belajar dari pengalaman sejarah di seluruh dunia, betapa banyak bangsa dan negara yang mengalami nasib tragis (retak, pecah dan bubar) selamanya. The tragedy of devided nation. Saya pikir masih banyak narasi kampanye yang cerdas dan mendidik. Seperti yang kita lakukan dulu pada pilpres tahun 2004, 2009 dan 2014. Bangsa kita sangat majemuk. Kemajemukan itu di satu sisi berkah, tetapi disisi lain musibah. Jangan bermain api, terbakar nanti.
Para kader pasti sangat ingat, Partai Demokrat adalah partai Nasionalis-Relijius. Bagi kita Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika adalah harga mati. Tidak boleh NKRI menjadi Negara Agama ataupun Negara Komunis. Indonesia adalah "Negara Pancasila" dan juga "Negara Berke-Tuhanan". Inilah yang harus diperjuangkan oleh Partai Demokrat, selamanya.
Saya berpendapat bahwa juga tidak tepat kalau Pak Prabowo diidentikkan dengan kilafah. Sama tidak tepatnya jika kalangan Islam tertentu juga dicap sebagai kilafah ataupun radikal. Demikian sebaliknya, mencap Pak Jokowi sebagai komunis juga narasi yang gegabah.
Politik begini bisa menyesatkan. Sejak awal harusnya narasi seperti ini tidak dipilih. Tetapi sudah terlambat. Kalau mau, masih ada waktu untuk menghentikannya.
Dari pada rakyat dibakar sikap dan emosinya untuk saling membenci dan memusuhi saudara-saudaranya yang berbeda dalam pilihan politik, apalagi secara ekstrim, lebih baik diberi tahu , apa yang akan dilakukan Pak Jokowi atau Pak Prabowo jika mendapat amanah untuk memimpin Indonesia 5 tahun mendatang (2019-2024).
Apa solusinya, apa kebijakannya? Tinggalkan dan bebaskan negeri ini dari benturan identitas dan ideologi yang kelewat keras dan juga membahayakan. Gantilah dengan platform, visi, misi dan solusi. Tentu dengan bahasa yang mudah dimengerti rakyat. Sepanjang masa kampanye, bukan hanya pada saat debat saja.
Demikian Pak Amir, Pak Syarief dan Pak Hinca pesan dan harapan saya. Ketika saya menulis pesan ini, saya tahu AHY berada dalam penerbangan dari Singapura ke Jakarta, setelah menjenguk Ibu Ani yang masih dirawat di NUH. Partai Demokrat harus tetap menjadi bagian dari solusi, dan bukan masalah. Selamat berjuang, Tuhan beserta kita.
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Singapura, 6 April 2019
Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
7 Fakta Kampanye Akbar
Kampanye Akbar Prabowo-Sandi berlangsung di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta hari ini Minggu (7/4/2019).
Dikutip dari Wartakota, acara ini dimulai dengan salat subuh berjamaah pada pukul 04.40 WIB.
Acara kemudian dilanjutkan dengan doa bersama dan munajat hingga pukul 06.00 WIB.
Setelah doa bersama dan bermunajat, para relawan kemudian beristirahat sembari sarapan bersama.
Acara kemudian diteruskan dengan tausiah dan orasi kebangsaan yang disampaikan oleh para pemimpin partai koalisi.
Di antaranya adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Berkarya.
Ketua Panitia acara sekaligus Ketua Badan Pemenangan Provinsi DKI Jakarta pasangan Prabowo-Sandiaga, Muhammad Taufik menargetkan sebanyak 1 juta relawan hadir dalam kampanye tersebut.
"Insya Allah target yang mau kami capai, insya Allah tercapai 1 juta orang. Dan ini akan jadi kampanye terbesar saya kira," ujar Muhammad Taufik saat memberikan keterangan pers di GBK, Kamis (4/4/2019).
Sedangkan Wakil Ketua BPN, Priyo Budi Santoso memperkirakan jumlah massa yang datang ditaksir mencapai 1-3 juta orang.
Priyo bahkan mengklaim, kampanye akbar Prabowo-Sandiini merupakan kampanye terbesar di Pilpres 2019.
"Diperkirakan satu hingga tiga juga orang dan menjadi kampanye akbar terbesar di Pilpres 2019. Saya tidak pernah melihat momentum sejarah dan tanda-tanda alam sebesar yang saya saksikan besok," tutur Priyo Budi Santoso.
Terkait kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK yang dipenuhi lautan manusia, berikut deretan faktanya yang telah dihimpun Tribunnews.com dari berbagai sumber.
1. Dimulai dengan Salat Subuh berjamaah
Calon Presiden nomor urut 01 Prabowo Subianto saat memberikan orasi politik didepan masa pendukung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Pusat, Minggu (7/4/2019). Pada orasi politik tersebut Prabowo mengajak pendukungnya untuk mencoblos dirinya.(Tribunnews/Jeprima) (Tribunnews/JEPRIMA)
Para relawan Prabowo-Sandi memadati GBK sejak Minggu (7/4/2019) dini hari.
Mereka kemudian melakukan salat subuh berjamaah di stadion Gelora Bung Karno (GBK).
Mereka yang tidak mendapatkan saf di lantai dasar pun menggelar sajadah di sela-sela tribun stadion.
Sementara mereka yang berada di tribun melipat kursi salat di tempat tersebut.
Suasana salat subuh berjamah di sekitar lokasi Kampanye Akbar Prabowo Sandi di SUGBK. (Wartakotalive.com/Dwi Rizki)
Meski tampak kesulitan, khususnya ketika sujud dan duduk awal dan tahiyat akhir, para jemaah yang salat di atas tribun terlihat khusuk.
Tak hanya di dalam stadion, hal yang sama juga dilakukan para relawan yang berada di luar lapangan.
Mereka menggelar sajadah dan salat di sisi luar stadion.
2. Kepadatan massa hingga Polda Metro Jaya
Massa pendukung Prabowo-Sandi masih terus saja berdatangan menuju SUGBK hingga pukul 6.40 WIB. Kepadatan pun terlihat hingga ke Polda Metro Jaya. (TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana)
Pantauan TribunJakarta.com, massa pendukung Prabowo-Sandi masih terus saja berdatangan menuju SUGBK hingga pukul 6.40 WIB.
Bahkan, kepadatan massa terjadi hingga ke Jalan Gatot Subroto depan kantor Polda Metro Jaya.
"Sudah gak bisa parkir, Jalan terus, kita jalan kaki sampai GBK. Parkir dimana-mana sudah penuh," ujar Rizal, pendukung pasangan capres cawapres nomor urut 02, Minggu (7/4/2019).
3. Imbauan Kabid Humas Polda Metro Jaya
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono di Direskrimum Polda Metro Jaya, Senin (4/2/2019) (KOMPAS.com/Ryana Aryadita)
Kombes Argo Yuwono selaku Kabid Humas Polda Metro Jaya mengimbau peserta kampanye akbar Prabowo-Sandi agar mematuhi peraturan.
Argo meminta peserta kampanye untuk menyiapkan surat kendaraan dan kelaikan kendaraan.
Selain itu, peserta kampanye juga diimbau menaati rambu lalu lintas dan kelengkapan kendaraan serta dilarang membawa senjata tajam dan botol minuman keras.
"Jadilah peserta yang baik," imbau Argo, saat dikonfirmasi Tribunnews.com pada Minggu (7/4/2019).
"Manfaatkan kegiatan ini dengan hal positif," tambahnya.
4. Massa yang tak bisa masuk menonton lewat layar lebar
Diantara peserta Kampanye Akbar Prabowo-Sandi ada yang memilih untuk tidak masuk ke dalam karena sudah ramai.Mereka memilih menonton dari layar lebar di luar SUGBK. (TRIBUNNEWS.COM/GLERY LAZUARDI)
Di antara peserta Kampanye Akbar Prabowo-Sandi, rupanya ada yang memilih untuk tidak masuk ke dalam karena sudah ramai.
Mereka memilih untuk berada di luar dan menonton jalannya kampanye dari layar lebar yang telah disediakan panitia.
"Di dalam sudah penuh," kata salah satu pendukung Prabowo-Sandiaga.
5. Relawan gelar bakti sosial di berbagai daerah
Relawan Capres dan cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga membawa kantong hitam, di SUGBK, Jakarta Pusat, Minggu (7/4/2019). TRIBUNNEWS.COM/REZA DENI (Tribunnews.com/Reza Deni)
Untuk menyemarakkan kampanye akbar Prabowo-Sandi pada hari ini Minggu (7/4/2019), sejumlah relawan menggelar bakti sosial di berbagai daerah.
Dilansir oleh Tribunnews.com, acara bakti sosial digelar serentak di sejumlah kota dengan tema 'Rakyat Sehat, Indonesia Kuat'.
Yaitu di DKI Jakarta, Tangerang, Medan, Lampung, Surabaya, Sidoarjo, Banyuwangi, Lumajang, Blitar, Kebumen, Wonosobo, dan Gorontalo.
Bakti Sosial digelar berangkat dari keprihatinan para relawan melihat ketimpangan ekonomi serta pelayanan kesehatan pada sejumlah wilayah di Indonesia.
6. Tak dihadiri SBY dan AHY
Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (Tribunnews.com/Amriyono Prakoso)
Dalam kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK hari ini Minggu (7/4/2019), tak tampak sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan putranya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
AHY yang dijadwalkan hadir tak tampak hingga acara tersebut berakhir pada Minggu (7/4/2019) siang.
Terkait absennya AHY di kampanye akbar Prabowo-Sandi, Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta, Nachrowi Ramli pun angkat bicara.
"Baru tadi malam pulang dari luar kota, terus ada kegiatan lagi jadi kondisinya boleh dibilang kurang sehat," kata Nachrowi, ditemui di area Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Minggu (7/4/2019).
7. Dihadiri anak Soekarno dan Soeharto
Putri Bung Karno Rachmawati Soekarnoputri memberikan medali Star of Soekarno kepada Ketua Umum Gerindra yang juga bakal Capres Prabowo Subianto usai upacara peringatan HUT ke 73 RI di Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta, Jumat (17/8/2018). Hadir juga pada acara tersebut bakal Cawapres Sandiaga Uno, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais hingga Titiek Soeharto. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)
Meski tak dihadiri SBY dan putranya AHY, namun acara kampanye akbar Prabowo-Sandi ini dihadiri anak Soekarno dan Soeharto.
Rachmawati Soekarnoputri yang merupakan putri Presiden pertama RI Soekarno terlihat datang ke acara tersebut.
Sementara dari keluarga Soeharto adalah Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto), Siti Hardijanti Rukmana (Tutut Soeharto, dan Siti Hutama Endang Adiningsih
Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul "SBY Kirimi Pejabat Teras Partai Demokrat Surat, Warning Soal Kampanye Akbar Prabowo Subianto"
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/sby-dan-prabowo-bertemu-di-mega-kuningan.jpg)