Kajian Ustadz Abdul Somad
Penyesalan Ustadz Abdul Somad karena Tidak Sempat Memeluk Ibu dan Mencium Keningnya Jelang Berpulang
Meski tidak sampai menangis tersedu-sedu, Ustadz Abdul Somad tampak menitikkan air matanya.
"Mau kubelikan sepeda tukang cuci, ada mualaf baru masuk Islam, dalam hati, mualaf kerjanya mengumpulkan kara-kara, jalan kaki, kalau pakai kereta, lebih banyak, berapa lagi kurangnya, segini."
Rumah yang di ujung janda, cucunya 5, anak kandungnya mengusir tidak dikasih makan, rumah ngontrak, aku sudah menolong sedikit, kau sedikit lagi.
Minta duit untuk tukang cuci, sewa rumah, habis, tak cerita.
"Itu sisi pertama, sedekah."
Ustadz Abdul Somad mengenang, kampung ini, dia yang buka, semua orang menumpang, aku punya tanah ini.
"Waktu balik dari Mekkah, datang Sultan Asahan, tanah sampai tepi laut, ambil."
"Jadi, tengok rumah, kami bukan orang susah, orang kaya."
"Dia cerita itu ke kami, bukan ke orang, supaya jangan kami miskin, jangan kami susah."
Yang ketiga, kata Ustadz Abdul Somad, ibadahnya, usai Maghrib hingga Isya.
"Kalau masih hidup, tidak boleh diceritakan, habis Isya, emak tidur, 5 jam tidur, bangun, tahajud, witir, habis itu, mandi."
"Emak makan sahur, sempat tengok YouTube, rupanya, kalau saya pergi, ditonton, habis mandi jatuh, dibawa ke rumah sakit, makin lemah jantung, meninggal," katanya.