Pemilu 2019
Tuan Guru Bajang (TGB) Sebut Pemilu Dilalui dengan Kebersamaan Bukan Jadi Ajang Medan Perang
TGB pun menyinggung adanya ungkapan atau kata-kata perwakilan 'ulama' yang terus didengungkan pihak tertentu untuk meraih simpati masyarakat.
Penulis: Ign Agung Nugroho | Editor: Andy Pribadi
TOKOH muslim TGH Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang (TGB) mengatakan, pemilihan umum (Pemilu) jangan menjadi ajang medan perang, tetapi harus menawarkan, menghadirkan semangat dan menyuarakan kebersamaan.
Hal itu disampaikan TGB, saat menghadiri tabligh akbar yang di gelar Komunitas Alumni ITB untuk Jokowi (AIWI) di Gedung Manggala Wanabhakti, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (25/3/2019).
"Pemilu merupakan sebuah proses dari negara demokrasi yang harus dilalui dengan kebersamaan dan kegembiraan. Pemilu di Indonesia jangan sampai menyalahgunakan ayat-ayat perang, apalagi menganggap pemilu sebagai perang akhir zaman," kata TGB.
• Ini Dia Ramalan Zodiak Selasa (26/3): Capricorn Sangat PD, Libra Boros, Aries Emosian
• Berikut Ramalan Zodiak Cinta Selasa (26/3) Cancer Bertengkar Virgo Khawatir Cemas Aries Bergejolak
• Lokasi SIM Keliling dan Gerai Samsat di Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Depok Hari Selasa (26/3/2019)
TGB mengingatkan, sekeras apapun dalam persaingan politik, itu harus dimaknai sebagai langkah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dengan mengedepankan visi dan program.
Pemilu juga adalah kegiatan dimana masyarakat bisa merefleksikan kehidupan keagamaan.
"Contoh istilah atau konsep umat Islam. Secara sederhana sesuai maknanya mencakup semua orang muslim. Lalu tiba-tiba beberapa waktu terakhir umat Islam dipaksakan dan diasosiasikan ke calon tertentu. Ini menurut saya sangat berlebihan," ucap TGB.
• Satgas Antimafia Bola Dalami Keterkaitan Pengaturan Skor dengan Judi Bola
Dalam kesempatan itu, TGB pun menyinggung adanya ungkapan atau kata-kata perwakilan 'ulama' yang terus didengungkan pihak tertentu untuk meraih simpati masyarakat.
Padahal, ulama adalah orang yang ahli dalam keislaman yang tidak hanya teruji dalam bidang ilmu keislamannya, namun juga integritasnya untuk mendakwahkan Islam yang baik.
"Lalu tiba-tiba ulama itu dipersempit. Dianggap yang ulama benar-benar adalah ulama yang memiliki satu visi dan misi dengannya. Dimutlakan, bahwa kami-lah yang benar. Itu yang membingungkan masyarakat," katanya.
• Hukuman Ridho Rhoma Ditambah Jadi Lebih Lama atas Putusan MA
TGB pun mengajak kepada semua pihak agar tidak membajak kata-kata atau istilah agama, termasuk kata-kata 'ulama' untuk kepentingan politik.
"Jangan kita membajak istilah-istilah agama hanya untuk kepentingan politik. Ulama ya semua, bukan hanya ulama yang sebarisan dengan saya," ujarnya.
Menurut TGB, khazanah keberagaman masyarakat Indonesia adalah aset yang paling mahal.
• Rumah Orangtuanya di Tempat Rongsokan Terbakar, Seluruh Peralatan Sekolah Syahlu Ikut Hangus
• Tarif Ojek Online Ditetapkan, Bagaimana Tarif Promo? Tetap Bisa tapi Tak Boleh di bawah Batas Bawah
• Apa Saja Kendala yang Dihadapi Laudya Cynthia Bella Menjelang Dimulainya Syuting Buya Hamka
• Demi Peran Buya Hamka, Vino Bastian Dipoles Make Up Prostetik hingga Belajar Bahasa Arab
Kalau sampai rusak, maka rusaklah semuanya. Karena itu konteks Islam harus digunakan secara benar dan proporsional.
"NKRI sebagai wadah, sekali hancur, maka umat hancur. Coba lihat di Suriah, terlunta-lunta karena wadahnya lenyap, yakni sebagai kesatuan bangsa. Mari kita proporsional, jangan perkuat kepentingan subyektif kita dalam idiom-idiom yang berlebihan," kata TGB.
TGB menegaskan, siapapun yang menang dalam Pilpres 2019, maka bangsa Indonesia yang menang.
"Ini bukan perang, bukan Armageddon, bukan perang akhir zaman. Itu ideom yang terlalu berbahaya," kata TGB.