Pembunuhan Dosen di Gowa
Doktor Wahyu Jayadi Tak Berkutik oleh Setitik Darah dan Selaput Kulit di Kuku Siti Zulaeha
Doktor Wahyu Jayadi Tak Berkutik oleh Setitik Darah dan Selaput Kulit di Kuku Siti Zulaeha.
Cara polisi ungkap pembunuh pegawai UNM, Siti Zulaeha Djafar, ternyata menggunakan identifikasi secara ilmiah (scientific identification), yakni tes DNA.
Bagaimana cara polisi berhasil mengidentifikasi Wahyu Jayadi sebagai pelaku pembunuhan Siti Zulaeha Djafar?
Pelaku Wahyu Jayadi menjalani serangkaian pemeriksaan setelah ditangkap tim Resmob Ditreskrimum Polda Sulsel, di RS Bhayangkara, Jalan Mappaodang, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (22/3/2019), sekitar pukul 14:00 WIB.
Lebih dari 10 jam dia diperiksa di kantor polisi, markas Unit Resmob Resmob Ditreskrimum Polda Sulsel.
Berjam-jam diperiksa, hampir tak ada keterangan disampaikan pelaku, kecuali tak mengakui perbuatannya telah menghabisi nyawa Siti Zulaeha Djafar.
Penyidik juga terkendala saksi, tak ada yang melihat pelaku saat membunuh korban.
Akhinya penyidik menempuh penyelidikan berbasis scientific identification (identifikasi secara ilmiah).
Nah, scientific identification pernah digunakan polisi dalam mengungkap sejumlah kasus yang menyita perhatian publik.
Pertama, pengungkapan pelaku pembunuhan Andriana Yubelia Noven Cahya Rejeki, siswi kelas XII SMK Baranangsiang, Jurusan Busana.
Andriana Yubelia Noven Cahya Rejeki dibunuh oleh S di Bogor, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019).
Kedua, scientific identification juga juga digunakan polisi saat mengungkap kasus pembunuhan dengan cara mutilasi yang dilakukan oleh Very Idham Henyansyah alias Ryan 'sang penjagal' asal Jombang, Jawa Timur, tahun 2008.
Penyelidikan kasus mutilasi Ryan berangkat dari nyaris nihilnya saksi mata serta alat bukti.
Bahkan polisi sempat salah tangkap dalam kasus tersebut. Namun, berkat penyelidikan berbasis scientific identification, kasus itu terbongkar.
Ketiga, digunakan polisi saat menyelidiki kasus pelecehan seksual terhadap bocah 11 tahun berinisial RI, di Jakarta pada tahun 2012 lalu.
Berkat Bekas Cakaran
Polisi berhasil mengidentifikasi Wahyu Jayadi sebagai pelaku pembunuhan berkat adanya luka bekas cakaran di lengan pelaku dan bercak darah di mobil korban.
Kepada polisi, Wahyu Jayadi sempat berkilah jika luka itu karena tergores saat memperbaiki mobil.
Namun, penyidik tak mudah percaya.
Saat autopsi, ditemukan bekas darah dan membran di kuku korban.
Lalu, Deoxyribonucleic Acid (DNA) pelaku dites dan ternyata sesuai dengan dari darah dan selaput kulit di kuku korban.
Juga sesuai dengan bercak darah yang ada di mobil korban.
Darah paling sering digunakan sebagai bahan untuk tes DNA.
Dari darah, bisa didapat banyak sekali informasi genetika seseorang.
Sel darah adalah tempat mendapatkan sumber DNA terbaik dari manusia.
Jumlah darah yang dapat dianalisis kurang lebih sebanyak 50 mikroliter atau setara dengan 0,05 cc.
Berdasarkan hasil tes DNA tersebut, Wahyu Jayadi pun tak dapat berkilah lagi.
Dia mengakui perbuatannya telah membunuh Siti Zulaeha Djafar sekaligus tetangganya.
Hari ini Penyidik Polres Gowa mulia memeriksa kejiwaan tersangka pembunuhan karyawati UNM Siti Zulaeha, Dr Wahyu Jayadi.
Wahyu Jayadi menjalani pemeriksaan psikologi di RS Bhayangkara, Makassar, Selasa (26/3/2019).
Wahyu Jayadi kemudian dimasukkan ke ruang Bidang Kedokteran dan Kesehatan Kedokteran Forensik Polda Sulsel, sembari menunggu psikiater yang akan memeriksa kesehatan jiwa dosen FIK UNM ini.
Berselang beberapa saat Wahyu Jayadi yang mengenakan rompi tahanan Polres Gowa pun dibawa ke ruang pemeriksaan Klinik Kedokteran Jiwa lantai dua RS Bhayangkara.
Tepatnya di ruang Psycitiary & Medicine Clinic Exam Room, dr Ham Fransiskus Susanto M Kes, Sp, KJ.
Saat berjalan menuju ruang pemeriksaan, Wahyu Jayadi tampak mengenakan masker penutup wajah sambil tertunduk.
Foto Bersama di Kampus
Beredar Foto Wahyu Jayadi 'Lengket' dengan Siti Zulaeha Djafar di Kampus.
Dosen Universitas Negeri Makassar (UNM), Dr Wahyu Jayadi (44) jadi tersangka pembunuhan rekan kerjanya, Siti Zulaeha Djafar (40).
Pembunuhan Siti Zulaeha Djafar diduga terjadi pada Kamis (21/3/2019), dan mayatnya baru ditemukan, Jumat (22//32019), pagi.
Sebelum pembunuhan terjadi, Siti Zulaeha Djafar dengan Wahyu Jayadi dekat karena urusan pekerjaan, tempat tinggal, dan kampung halaman.
Beredar melalui media sosial, foto Wahyu Jayadi foto bareng dengan Siti Zulaeha Djafar dan dua orang lainnya.
Dalam sebuah foto, ada 4 orang foto bareng.
Tampak dari kiri ke kanan: seorang pria berkemeja Korpri, Wahyu Jayadi yang mengenakan jas, Siti Zulaeha Djafar berkemeja Korpri, dan seorang pria lainnya yang juga berkemeja Korpri.
Mereka seperti menghadiri acara formal yang berlangsung di Menara Phinisi, kampus UNM, Jalan Andi Pangerang Petta Rani.
Dalam foto tampak Wahyu Jayadi dengan Siti Zulaeha Djafar diapit 2 pria.
Wahyu Jayadi agak memiringkan badannya ke Siti Zulaeha Djafar, begitu pula sebaliknya.
Mereka seperti saling melengketkan badan.
Belum diketahui, kapan foto ini dibuat.
Kedekatan Pelaku dan Korban
Informan Tribun-Timur.com yang merupakan "orang kampus" dan dari pihak kepolisian menceritakan bagaimana kedekatan hubungan keduanya terbangun.
Kedekatan mereka terbangun sejak puluhan tahun, dari kampung.
Berikut 4 kesamaan yang membangun kedekatan hubungan.
1. Asal sama
Mereka sama-sama orang Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
Soal masa remaja, Siti Zulaeha Djafar dan Wahyu Jayadi sama-sama menamatkan pendidkan SMA-nya di Sinjai.
Siti Zulaeha Djafar alumnus SMA Negeri 1 Sinjai, sedangkan Wahyu Jayadi alumnus SMA Negeri 2 Sinjai.
Siti Zulaeha Djafar tinggal di dekat SMA Negeri 1 Sinjai, Sinjai Utara, sedangkan Wahyu Jayadi di Bikeru, Kecamatan Sinjai Selatan.
Saat diamankan polisi, Wahyu Jayadi menceritakan bagaimana hubungan dirinya dengan korban hingga mengaku mendapat kepercayaan dari orangtua Siti Zulaeha Djafar untuk menjagata Siti Zulaeha Djafar.
Oleh orangtua Siti Zulaeha Djafar, Wahyu Jayadi dianggap bersaudara dengan korban.
"Kita tak punya hubungan emosional dalam tanda kutip bahwa kita saling suka sama suka. Ini karena persoalan hubungan emosional karena hubungan keluarga. Saya ingat pesannya almarhumah mamanya, 'Jagai anrimmu, jagai anrimmu (jaga adikmu, jaga adikmu). Bahasa Bugisnya seperti itu. Taniako tau laing' (kamu bukan orang lain)."
Begitu dikatakan Wahyu Jayadi saat diamankan polisi dari Unit Resmob Ditreskrimum Polda Sulsel.
2. Almamater sama
Tamat SMA, Wahyu Jayadi kemudian melanjutkan pendidilkan tinggi pada Fakultas Ilmu Keolahragaan ( FIK) Universitas Negeri Makassar ( UNM).
Sementara Siti Zulaeha Djafar memilih Fakultas Teknik UNM.
Mereka beda angkatan karena usia selisih 4 tahun.
3. Tempat kerja sama
Setelah menamatkan pendidikan tingginya, Siti Zulaeha Djafar dan Wahyu Jayadi mendaftar menjadi PNS Kemenristekdikti.
Wahyu Jayadi lolos jadi dosen FIK UNM pada tahun 2000, sedangkan Siti Zulaeha Djafar pada tahun 2015.
Mereka memilih jalan sama, mengabdi pada institusi pendidikan tinggi.
4. Tempat tinggal sama
Selain itu, beberapa tahun terakhir, mereka juga memilih tempat tinggal yang sama, di kompleks perumahan Sabrina Regency, Jalan Manggarupi, Paccinongang, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan.
Rumah korban berada di blok F, sedangkan pelaku berada di blok E.
Sebelumnya pindah ke perumahan Sabrina Regency, pelaku tinggal di perumahan Permata Hijau Permai, Jalan Letjen Hertasning, Makassar.
Hubungan Asmara
Informan Tribun-Timur.com menyampaikan, Siti Zulaeha Djafar dan Wahyu Jayadi diduga kuat memiliki hubungan asmara yang telah lama terbangun.
Mereka saat ini berstatus sebagai istri dan suami.
Siti Zulaeha Djafar memiliki seorang suami dan 3 anak, sementara Wahyu Jayadi memiliki seorang istri dan 4 anak.
Saat sementara membangun rumah tangga masing-masing, mereka malah sempat kencan.
Sebelum pembunuhan, Siti Zulaeha Djafar dan Wahyu Jayadi sempat janjian untuk kencan saat pulang dari kantor atau tempat kerja.
Korban dan pelaku sama-sama berkantor di lantai II, Menara Phinsi UNM, Jalan Andi Pangerang Petta Rani, Makassar.
Mereka janjian untuk bertemu di depan kantor PT Telkom Tbk, dekat Menara Phinisi.
Mereka kemudian bertemu sekitar pukul 17:00 Wita, Kamis (21/3/2019).
Di depan kantor PT Telkom Tbk, mobil mereka papasan, selanjutnya beriringan menuju ke kompleks pertokoan Permata Sari, Jalan Sultan Alauddin, depan kampus UIN Alauddin, Jalan Sultan Alauddin, Makassar.
Mereka ke kompleks pertokoan itu dengan tujuan menitip mobil jenis SUV mid-size merek Suzuki Escudo yang dikendarai Wahyu Jayadi.
Selanjutnya, mereka jalan bareng, dimana Wahyu Jayadi mengemudikan mobil Daihatsu Terios milik Siti Zulaeha Djafar.
Peristiwa Pembunuhan
Peristiwa pembunuhan Siti Zulaeha Djafar diduga terjadi pada Kamis (21/3/2019), malam, namun mayat korban baru ditemukan, Jumat (22/32019), dalam kondisi mulai membengkak.
Mayat korban ditemukan di dalam mobil yang terparkir di Jalan Poros Japing, depan gudang milik pengembang perumahan Bumi Zarindah, Dusun Japing, Desa Sunggumanai, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Mobil tersebut adalah mobil jenis SUV merek Daihatsu Terios warna biru berplat nomor DD 1472 AM.
Mayat korban kali pertama ditemukan seorang pemuda bernama Rusdi (31) yang bekerja sebagai pengawas proyek bangunan, sekitar pukul 08:30 Wita (pada berita sebelumnya ditulis pukul 10:00 Wita).
Pada saat itu, Rusdi hendak membuka gudang.
Namun, di halaman gudang, dia menemukan ada mobil terparkir tanpa diketahui pemiliknya.
Dia lalu mengamati mobil tersebut dan ternyata kaca samping bagian kiri depan pecah.
Tak hanya itu, di jok kiri depan duduk seorang wanita yang tak lagi bernyawa, kepala diikat seat belt (sabuk pengaman di kursi).
Rusdi sekaligus warga Pekang Labbu, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, langsung melaporkan kejadian tersebut kepada warga dan aparat setempat.
Selang beberapa menit kemudian, polisi datang ke Tempat Kejadian Perkara ( TKP).
Ditemukan surat kendaraan dan identitas.
Wanita tersebut ternyata bernama Siti Zulaeha Djafar, warga kompleks perumahan Sabrina Regency, Jalan Manggarupi, Paccinongang, Kecamatan Somba Opu, Gowa.
Mayat Siti Zulaeha Djafar selanjutnya dibawa ke RS Bhayangkara, Jalan Mappaoddang, Makassar, Sulawesi Selatan, untuk menjalani otopsi.
Dari hasil autopsi, diketahui jika Siti Zulaeha Djafar menghembuskan napas terakhir sekitar 6 jam sebelum mayatnya ditemukan.
Di tubunya terdapat sejumlah luka lebam.
Siti Zulaeha Djafar ternyata meninggal dibunuh.
Saat jenazah sedang diautopsi, polisi dari Resmob Ditreskrimsus Polda Sulsel bersama Satreskrim Polres Gowa melakukan prarekonstruksi.
Berdasarkan hasil prarekonstruksi, pelaku mengarah kepada seorang bernama Wahyu Jayadi, tetangga Siti Zulaeha Djafar di kompleks perumahan Sabrina Regency.
Wahyu Jayadi adalah sosok yang terakhir bersama dengan Siti Zulaeha Djafar.
Tim Resmob Ditreskrimsus Polda Sulsel lalu menangkap Wahyu Jayadi di RS Bhayangkara, Jumat siang, sekitar pukul 14:05 Wita.
Sebelum ditangkap, Wahyu Jayadi pura-pura melayat korban dan menyampaikan empati kepada keluarga korban.
Selain itu, setalah membunuh Siti Zulaeha Djafar, Wahyu Jayadi sekaligus Kepala Unit Pelaksana Teknis ( UPT) Kuliah Kerja Nyata ( KKN) pada Universitas Negeri Makassar ( UNM), berupaya menghilangkan jejak setidaknya melalui 3 cara.
Pertama, memecahkan kaca mobil dikendarai korban untuk memunculkan kesan jika Siti Zulaeha Djafar merupakan korban perampokan.
Kaca mobil awalnya ditinju, namun tak berhasil sehingga pelaku memecahkannya menggunakan batu.
Wahyu Jayadi membunuh tetangganya dengan cara mencekik leher dan meninju bagian wajah.
Guna menghilangkan bekas cekikan, dia mutupi leher korban menggunakan seat belt.
Saat dicekik, korban melakukan perlawanan dengan cara mencakar pelaku.
Setidaknya itu terlihat dari bekas cakaran di lengan pelaku.
Kedua, menghancurkan smartphone iPhone X milik korban untuk menghilangkan jejak komunikasi.
Namun, polisi berhasil mendapatkan rekaman hasil komunikasi antara korban dengan pelaku.
Ketiga, menutupi bekas cekikan menggunakan seat belt.
Segala upaya pelaku untuk menghilangkan jejak, tak membuat polisi gagal melacak keberadaannya.
Lebih dari 10 jam setelah penangkapan, pelaku baru mengakui perbuatannya tersebut.
Kencan saat Pulang Kantor, Pipis di Mobil
Sebelum pembunuhan, Siti Zulaeha Djafar dan Wahyu Jayadi sempat janjian untuk kencan saat pulang dari kantor atau tempat kerja.
Korban adalah staf Bagian Rumah Tangga pada Biro Administrasi Umum dan Keuangan ( BAUK) UNM.
Korban dan pelaku sama-sama berkantor di lantai II, Menara Phinsi UNM, Jalan Andi Pangerang Petta Rani, Makassar.
Mereka janjian untuk bertemu di depan kantor PT Telkom Tbk, dekat Menara Phinisi.
Mereka kemudian bertemu sekitar pukul 17:00 Wita, Kamis (21/3/2019).
Di depan kantor PT Telkom Tbk, mobil mereka papasan, selanjutnya beriringan menuju ke kompleks pertokoan Permata Sari, Jalan Sultan Alauddin, depan kampus UIN Alauddin, Jalan Sultan Alauddin, Makassar.
Mereka ke kompleks pertokoan itu dengan tujuan menitip mobil jenis SUV mid-size merek Suzuki Escudo yang dikendarai Wahyu Jayadi.
Selanjutnya, mereka jalan bareng, dimana Wahyu Jayadi mengemudikan mobil Daihatsu Terios milik Siti Zulaeha Djafar.
Saat mobil mereka papasan, berdasarkan pengakuan pelaku, Siti Zulaeha Djafar sempat meminta kantong plastik kepada pelaku.
Kantong plastik itu digunakan korban untuk buang air kecil (pipis) di dalam mobil.
Korban juga tak pernah keluar dari mobil sejak papasan hingga mobilnya meninggalkan kompleks pertokoan Permata Sari.
Kantong plastik itu bersama lembaran tisu bau pesing diamankan polisi sebagai barang bukti.
Polisi dari Resmob juga mengamankan barang bukti lain sebuah berupa batu, sebuah kunci kontak mobil Daihatsu Terios, sebuah kerudung warna hijau, sebuah cincin.
Sebuah jam tangan, sebuah smartphone iPhone X milik korban, sebuah handphone merek Samsung milik pelaku, sebuah smartphone Xiaomi milik pelaku, selembar kemeja warna hijau dikenakan pelaku, selembar celana warna hitam dikenakan pelaku, uang tunai Rp 440 ribu.
Sampel darah korban, tisu bekas, dan pakaian korban.