Kesehatan
Gigi Berlubang Masih Jadi Masalah, Ini Solusinya
Gigi berlubang masih jadi masalah besar bagi kesehatan gigi dan mulut anak Indonesia. Yuk simak soal gigi selanjutnya
Penulis: | Editor: Andy Pribadi
GIGI berlubang masih jadi masalah besar bagi kesehatan gigi dan mulut anak Indonesia.
Sebelum atau saat berusia lima tahun, sudah memiliki gigi berlubang dengan jumlah rata-rata kerusakan gigi sebesar 8,1.
Artinya sudah ada sekitar 8 gigi yang rusak atau gigi berlubang.
Bahkan di usia 12 tahun, bahwa gigi baru saja tumbuh gigi permanen dengan sempurna, gigi berlubang sudah muncul, yang mencapai 1,9.
• Ini Dia Ramalan Zodiak Senin (25/3): Pisces Emosi, Gemini Sibuk, Aries Dapat Peringatan
• Meski Sering Membuat Penonton Tertawa, Reza Rahadian Tidak Pernah Melucu di My Stupid Boss 2
• Laga Perdana Ryan Giggs Bersama Timnas Wales di Kualifikasi Piala Eropa 2020 Berjalan Mulus
• Susy Susanti Evaluasi Penampilan Tim Indonesia Setelah Laga di Hong Kong
“Angka 1,9 itu termasuk tinggi, karena gigi anak baru saja tumbuh dengan sempurna tapi sudah berlubang. Di negara lain apalagi negara maju, di usia 12 tahun, belum ada gigi berlubang,” kata Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGID) Dr drg RM Sri Hananto Seno SpBM(K) saat konferensi pers tentang Bulan Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia 2019, Rabu (20/3/2019).
Data Riskesdas 2018 menunjukan hanya 2,8 persen anak berusia 3 tahun ke atas yang sudah memiliki perilaku menyikat gigi dua kali sehari, yakni pagi dan malam.
Hal ini menyebabkan jumlah gigi berlubang di usia bawah lima tahun meningkat.
Banyak orangtua beranggapan rusaknya gigi di usia balita dianggap wajar, toh akan ada gigi permanen.
Sayangnya akibat terlalu mengampangkan kebiasaan menyikat gigi di usia dini, saat berusia 12 tahun, di saat sebenarnya gigi tetap baru tumbuh dengan sempurna, kerusakan gigi akibat gigi berlubang sudah muncul.
Salah satunya karena kebiasaan menyikat gigi dengan benar belum terbentuk.
Sehingga saat dewasa, di kelompok usia 35-44 tahun, dilaporkan ada 92,2 persen memiliki masalah gigi berlubang dengan indeks DMF-T sebesar 6,9.
Data lain juga menyebutkan bahwa dari 57,6 persen penduduk Indonesia yang mengaku mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut, hanya 10,2 persen yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis.
Semua fakta ini menunjukkan bahwa perawatan kesehatan gigi dan kunjungan ke dokter gigi belum dijadikan sebagai sebuah kebiasaan yang dilakukan secara kontinyu.
Walaupun, Dr Seno mengakui di era BPJS, telah terjadi peningkatan kunjungan ke dokter gigi karena biayanya gratis. Dokter gigi di rumah sakit dengan layanan BPJS, layanan ke dokter gigi membludak.