Wakil Presiden Organisasi ini Sebut Jokowi Panglima Diplomasi Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia
Wakil Presiden Organisasi ini Sebut Jokowi Panglima Diplomasi Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia
Penulis: Theo Yonathan Simon Laturiuw | Editor: Theo Yonathan Simon Laturiuw
ISLAMIC Conference Youth Forum (ICYF) menilai politik luar negeri Indonesia di masa pemerintahan Jokowi tampak kurang berprestasi.
Pasalnya Presiden Jokowi sudah 4 kali absen dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sehingga kemampuan diplomasi Jokowi sangat diragukan.
"Di era Jokowi urusan politik luar negeri terasa paling lemah, beda seperti presiden sebelum-sebelumnya, jauh berbeda dengan Soekarno atau Gusdur yang memiliki kemampuan diplomasi dan retorika yang sangat memukau," kata Vice President ICYF, Tantan Taufiq Lubis.
Tantan mengatakan, Jokowi kurang responsif menghadapi isu-isu global.
Padahal, ujar Tantan, banyak sekali isu kemanusiaan dunia yang membutuhkan peran aktif Indonesia dan dibutuhkan komunikasi intensif di antara pemimpin negara-negara bangsa.

• Ini Komentar Menohok Ivan Gunawan Usai Syahrini Laporkan Lia Ladysta
• Laga Indonesia vs Myanmar Disiarkan Langsung MNC TV Senin (25/3): Yanto Basna Gabung dari Thailand
• Usai Argentina Dikalahkan Venezuela 1-3, Messi Ternyata Cedera dan Harus Kembali ke Barcelona
• Membuka Usaha Warung Makan Bermitra dengan Warjak, Tidak Perlu Memasak Setiap Pagi
• Biaya Sekolah Mahal, Ruben Onsu Sebut 2 Anak Aja Cukup
Komunikasi intensif itu, kata Tantan, untuk membangun kesepahaman bersama bagaimana membangun dunia yang beradap, damai dan berkeadilan.
"Kemunduran politik luar negeri (Polugri) kita mungkin bukan hanya soal pengalaman dari Jokowi ,tetap juga masalah nyali," ujar Tantan yang juga Chairman Executive Board Indonesia National Youth Council (KNPI) ini.
"Jokowi seolah memaknai politik bebas aktif kita sebagai bebas absen, atau boleh tidak aktif tanpa alasan yang rasional dan jelas mengingat banyak sekali forum internasional yang tidak dihadiri Jokowi, " ujar Tantan yang juga Chairman Executive Board Indonesia National Youth Council (KNPI) ini.
Menurut Tantan dalam UU 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri Indonesia yang mengusung prinsip bebas aktif, dibutuhkan kebijaksanaan dan inisiatif tinggi dari presiden sebagai kepala negara dan panglima diplomasi.
Sayangnya, ujar Tantan, Menlu Retno Marsudi sebagai bawahan presiden, tidak cukup mampu memainkan peran diplomasi kebangsaan secara baik.
"Sejauh ini tidak ada gagasan cerdas, ide original dan dobrakan bermakna dalam menyikapi sejumlah isu internasional. Peran Indonesia di forum-forum internasional terlihat lemah," pungkas Tantan.
Tantan mengingatkan agar Polugri memiliki pendalaman, penajaman visi, konsepsi jelas dan implementasi yang terukur sehingga mampu menjawab tantangan dan dinamika global.
• BNN Bekuk 2 Anggota Sindikat Narkoba Jaringan Malaysia di Depok, 20 Kg Sabu Disita
• VIDEO: MRT Diresmikan Jokowi, Andien Aisyah Minta Warga Menjaga Sebagai Aset Bersama
• Drone Laut Milik China Jatuh di Perairan Bintan, Ini Penjelasan Polisi
• Biaya Sekolah Mahal, Ruben Onsu Sebut 2 Anak Aja Cukup
• TKI Asal Sumba NTT Ini Meninggal Dunia di Dalam Bus Saat Menempuh Perjalanan di Malaysia Timur
Ia menegaskan dunia yang berubah cepat seperti sekarang ini, butuh respon yang sistematis dan terarah demi menjaga keseimbangan kepentingan nasional dan global.
"Polugri pemerintahan Jokowi sangat basi, kurang update dan lemah sehingga tidak diperhitungkan di forum dunia. Saya rasa Jokowi, panglima diplomasi terburuk sepanjang sejarah," katanya.