Banjir Longsor Yogyakarta
Ini 6 Fakta Banjir dan Longsor di Imogiri, 2 Korban Belum Ditemukan hingga Makam Raja yang Longsor
HINGGA kini Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, DIY, terus melakukan pencarian korban longsor di Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta.
"Pertanyaannya kapan akan terjadi longsor? Menunggu pemicu. Pemicunya apa? Antara lain curah hujan yang ekstrem. Bisa juga pemicunya gempa bumi atau getaran..."
HINGGA kini Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, DIY, terus melakukan pencarian korban longsor di Imogiri.
Sementara itu, Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan segera memperbaiki kompleks makam raja-raja Mataram di Imogiri, Bantul, yang longsor pada Minggu (17/3/2019) malam.
Namun, penanganan perbaikan masih memerlukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait.
• Dua Orang Masih Tertimbun Longsor di Bantul Yogyakarta, Satu Korban Bocah 9 Tahun
• Komplek Makam Raja Mataram di Imogiri Longsor, Bantul Terbanyak Terdampak Banjir Longsor Yogyakarta
Berikut ini fakta lengkap bencana banjir dan longsor di DIY:
1. Tiga korban meninggal dan dua diduga masih tertimbun longsor

BPBD Bantul, Yogyakarta, mencatat tiga korban tewas dan dua masih dalam pencarian akibat bencana longsor di di Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
"Total sampai saat ini ada 3 korban tewas dan 2 orang masih dalam pencarian," kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul Dwi Daryanto saat dihubungi wartawan melalui sambungan telepon, Senin (18/3/2019).
Korban ketiga adalah Painem (71), warga Numpukan, Karangtengah, Imogiri, yang diketahui mengalami hipotermia karena banjir.
Sudiatmojo (86) menjadi korban tanah longsor di Kedungbuweng, Pajimatan, Wukirsari, Imogiri.
Satu korban lain diketahui bernama Sukiyat (56), warga Nogosari 2, Selopamioro, Imogiri.
"Korban hanyut semalam (Minggu, 17/3/2019) saat berada di pos ronda dan baru ditemukan siang ini," ujarnya.
2. Kondisi tanah di lokasi longsor masih labil

Pencarian korban longsor di Dusun Kedungbuweng, Imogiri, yakni Eko Supatmi (46) dan Rufi Kusuma Putri (9), sempat dihentikan.
Hal ini karena kondisi medan yang sulit dan sudah malam.
"Kami memutuskan bersama dandim dan polres untuk menghentikan proses pencarian. Besok pagi sekitar pukul 08.00 sudah mulai dilanjutkan," kata Dwi Daryanto, Senin (18/3/2019).
Dwi menjelaskan untuk mencari kedua korban, pihaknya sudah menerjunkan tiga alat berat, tetapi hingga petang belum ditemukan.
Selain itu, alat berat juga sulit bergerak karena kondisi tanah masih labil.
"Kesulitannya tanah di atas masih bergerak labil. Ada aliran air yang liar," ucapnya.
3. Penyebab bencana banjir dan longsor di DIY

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan, penyebab banjir dan longsor di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Minggu (17/3/2019) ialah cuaca ekstrem.
Cuaca ekstrem itu diakibatkan topan Savannah. Saat ini, imbas Savannah sudah mulai berkurang, tetapi masyarakat tetap harus waspada.
"Pertanyaannya kapan akan terjadi longsor? Menunggu pemicu. Pemicunya apa? Antara lain curah hujan yang ekstrem. Bisa juga pemicunya gempa bumi atau getaran sehingga kalau ditanya kapan longsornya, ya tinggal menunggu turunnya hujan yang ekstrem atau terjadinya getaran seperti itu," kata Dwikorita Karnawati Kepala BMKG.
4. BNPB peringatkan cuaca ekstrem di DIY

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mewaspadai potensi terjadinya bencana banjir dan longsor akibat anomali cuaca dalam beberapa hari ke depan.
"Fenomena alam peningkatan aliran udara basah dari Asia menuju wilayah Jawa teridentifikasi berlangsung hingga dua hari ke depan," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran pers di Yogyakarta yang dikutip dari Antaranews, Senin (18/3/2019).
"Demikian juga siklon tropis Savannah dapat berdampak pada ketersediaan uap air yang melimpah terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Jawa," imbuhnya.
Menurut Sutopo, BMKG melansir prakiraan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Yogyakarta hingga 20 Maret 2019.
5. Warga mulai menyingkirkan sisa banjir

Banjir di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, di sejumlah wilayah mulai surut pada Senin (18/3/2019).
Sejumlah warga yang rumahnya sempat terdampak banjir mulai berbenah dengan menyingkirkan endapan lumpur yang terbawa saat banjir.
Mapolsek Imogiri, misalnya, sampai saat ini masih dibersihkan dari endapan lumpur.
KSPKT Mapolsek Imogiri Aiptu Suyadi mengatakan, hujan deras pada Minggu (17/3/2019) sore mengakibatkan banjir menggenangi Mapolsek Imogiri pada Minggu malam.
Ketinggian banjir mencapai dua meter.
"Saya datang sekitar pukul 19.30 WIB, tidak bisa masuk, air sekitar dua meter," katanya saat ditemui di Mapolsek Imogiri, Senin.
Suyadi mengatakan, banjir baru surut sekitar pukul 02.00.
Banjir mengakibatkan seluruh arsip di ruangan bawah terendam. Beruntung, arsip di komputer tidak terdampak banjir.
6. Makam Raja Mataram di Imogiri akan diperbaiki

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Aris Eka Nugraha mengatakan, kerusakan makam raja Mataram akan diperbaiki setelah diterjang longsor.
Hal itu disampaikan seusai meninjau longsor di komplek makam raja Mataram Imogiri Senin (18/3/2019).
"Akan koordinasi dulu dengan teman-teman teknis yang lain, seperti dinas PUP-ESDM dan yang lain, termasuk BPBD. Kami akan melihat situasi di lapangan dulu. Kondisinya seperti apa dan tindak lanjutnya seperti apa, nanti didiskusikan," kata Aris.
Menurut dia, tim dari Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIY dan Dinas Kebudayaan DIY sudah meninjau lokasi longsor.
"Kalau ini kan perlu penanganan cepat, padahal dana istimewa membutuhkan revisi dan sebagainya. Nanti kami lihat dulu," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kompleks makam raja Mataram di Imogiri, Desa Wukirsari, Bantul, Yogyakarta, longsor, Minggu (17/3/2019) malam. (Markus Yuwono, David Oliver Purba/Michael Hangga Wismabrata)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "6 Fakta Bencana Longsor di Imogiri, 2 Korban Masih Dicari hingga Tanah Labil Jadi Kendala"