Pilpres 2019

Fadli Zon Minta Debat Capres Jangan Umbar Data Ngibul dengan Argumen yang Ngawur

Debat Kedua Calon Presiden, 17 Februari 2019, menyisakan sejumlah persoalan khususnya akurasi data.

Warta Kota
Fadli Zon menilai Jokowi umbar data bodong dan argumentasinya ngawur. 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sendiri yang merilis data bahwa luas lahan kebakaran hutan dalam tiga tahun terakhir secara berturut-turut adalah 14.604,84 hektare (2016), 12.127,49 hektare (2017), dan 4.666.38 hektare (2018).

"Jadi, kementerian yang dipimpinnya sendiri menyebut kebakaran hutan masih terus terjadi. Pertanyaannya kemudian, lalu siapa yang telah mensuplai data bodong kepada Pak Jokowi dalam debat kemarin?" katanya.

"Bagian paling menggelikan adalah ketika Pak Jokowi menyebut impor jagung kita tinggal 180 ribu ton. Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor jagung sepanjang tahun 2018 mencapai 737.228 ton dengan nilai US$150,54 juta."

Menurut Fadli Zon, penggunaan data-data bodong dan ngawur semacam itu sangat berbahaya.

"Bagaimana bisa Pemerintah merumuskan kebijakan publik yang benar, jika rujukan data saja salah dan bermasalah?"

Namun, kata Fadli Zon, tak ada yang lebih berbahaya ketimbang pernyataan serampangan mengenai rehabilitasi lahan tambang.

"Dalam segmen pembahasan isu lingkungan, Jokowi menyatakan kalau lubang bekas tambang bisa dimanfaatkan untuk kolam ikan atau lokasi pariwisata."

"Itu adalah pernyataan menyesatkan," katanya.

Jokowi Klarifikasi Kesalahan Kutip Data saat Debat Capres Kedua Pilpres 2019 Diapresiasi

Menurut Fadli Zon, lubang bekas tambang sudah jelas mengandung banyak polutan dan mineral berbahaya.

"Dari penelitian Jatam (Jaringan Advokasi Tambang) dan Waterkeeper Alliance, misalnya, yang dilakukan di Samarinda, Kutai Kertanegara, dan Kutai Timur, dari 17 sampel air di kolam bekas tambang yang diteliti, sebanyak 15 sampel terbukti mengandung logam berat, seperti alumunium, besi, dan mangan."

"Tiga unsur tadi juga ditemukan di saluran irigasi yang mengalirkan air dari kolam tersebut."

"Artinya, kontaminasi logam beratnya bukan hanya terlokalisasi di bekas area tambang, namun juga menyebar ke mana-mana. Apalagi pada musim hujan seperti sekarang ini," katanya.

Jadi, kata Fadli Zon, pemanfaatan lubang bekas tambang untuk sektor lain bukanlah solusi.

"Gagasan ngawur semacam itu seharusnya tak pernah dilontarkan oleh seorang pejabat publik."

"Kengawuran tidak boleh disebarluaskan," katanya.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved