Elang Bondol Perlu Perhatian Khusus karena Ada di Ambang Kepunahan
Keadaan ini yang membuatnya bersemangat untuk menghidupkan Pusat Konservasi Elang Bondol di Pulau Kotok, Kabupaten Kepulauan Seribu.
Penulis: Feryanto Hadi |
Hanya segelintir elang bondol yang saat ini masih tampak mengudara di perairan Kepulauan Seribu.
Padahal, pada masa dulu, mudah dilihat burung ini berseliweran menghiasi kawasan Jakarta dan Kepulauan Seribu.
Hewan legendaris yang dinobatkan sebagai maskot Provinsi DKI Jakarta itu, diambang punah.
Namun kini, hewan endemik ini terancam kepunahan.
Padahal, di satu sisi, Pemprov DKI Jakarta masih terus mengenalkan Elang Bondol, salah satunya yang dipakai untuk logo TransJakarta atau digunakan sebagai motif batik-batik betawi.
Ketua Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Benvika menggambarkan hal tersebut sebagai "sesuatu yang mengkhawatirkan".
Dari tahun ke tahun, populasi Elang Bondol di Jakarta mengalami penyusutan drastis.
Keadaan ini yang membuatnya bersemangat untuk terus menghidupkan Pusat Konservasi Elang Bondol di Pulau Kotok, Kabupaten Kepulauan Seribu.
"Dulu di Kepulauan Seribu itu habitatnya Elang Bondol. Bahkan, sebelum dinamakan Pulau Pramuka, dulunya pulau itu bernama Pulau Elang karena menjadi tempat tinggal berbagai jenis elang. Namun, terjadi penurunan populasi drastis, terutama untuk Elang Bondol,. Pada 2012 saja kita hanya temukan sekitar 22 ekor," kata Benvika di kantornya di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (6/2/2019).
Semenjak, 2005, Pusat Konservasi Elang Bondol di Pulau Kotok menjadi harapan banyak pihak agar satwa ini terselamatkan.
Benvika menyebut, dari pertama kali konservasi dilakukan hingga saat ini, sebanyak 80 elang berbagai jenis telah dilepasliarkan, termasuk di antaranya Elang Bondol.
"Jumlah Elang Bondol yang dilepasliarkan sekitar 24. Sisanya elang jenis lain. Saat ini di pulau itu menyisakan 32 ekor elang," ungkapnya.
Banyak tantangan yang dihadapi dalam menjalankan kerja sosial di pulau itu.
Benvika menyebut, usai dilepasliarkan, pihaknya tak bisa memantau secara pasti aktivitas Elang Bondol karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki.
"Saat kita lepas, kami kesulitan memantau perkembangannya. Termasuk apakah mereka berkembangbiak atau tidak. Soalnya fasilitas yang kami miliki sangat terbatas. Ini yang menjadi tantangan besar bagi kami," kata dia.
Pendanaan menjadi hal krusial dalam mengelola pusat konservasi itu, termasuk menjalankan metode-metode pengamatan usai Elang Bondol dilepasliarkan.
Makanya, Benvika sangat bersyukur ketika pada Rabu (6/2/2019) PT Pertamina (Persero) mendonasikan sejumlah uang untuk mendukung pelestarian Elang Bondol.
"Jadi, memang, untuk bantuan Pertamina ini sudah tahun ketiga. Memang kami berharap kerjasama multipihak antara pemerintah dan swasta. Tanpa bantuan dari pihak lain kita tidak berjalan juga. Karena biaya operasional di pusat konservasi itu sangat tinggi sekali," katanya.
"Nantinya, bantuan ini untuk jalankan program salah satunya bangun sarana dan prasarana. Kedua, untuk melestarikan Elang Bondol sendiri. Dalam waktu dekat kita juga akan kembali lepasliarkan Elang Bondol," imbuhnya.
Perbaikan sarana dan prasarana
Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR III Dewi Sri Utami menambahkan, kerjasama yang dilakukan bersama JAAN tersebut bertujuan menyelamatkan dan melestarikan Elang Bondol dan elang jenis air lainnya di Kepulauan Seribu dan melestarikan habitat elang tersebut.
"Sebagai bagian dari kerjasama itu, Pertamina Marketing Operation Region (MOR) III area Jawa bagian Barat hari ini menyerahkan donasi lebih dari Rp 500 Juta untuk upaya pelestarian Elang Bondol dan habitatnya kepada JAAN. Dana donasi berasal dari kegiatan Pertamina Eco Run 2018, yang memang menjadi komitmen Pertamina untuk pelestarian satwa Elang Bondol dari hasil tiket Eco Run tersebut," papar Dewi.
Menurut Dewi, kerjasama antara Pertamina MOR III area Jawa bagian Barat telah terjalin sejak tahun 2016- 2017 melalui program CSR perusahaan.
Pada tahun tersebut, beberapa kegiatan telah dilakukan diantaranya renovasi kandang elang. Saat ini, semua kandang telah berdiri kokoh dengan besi vulganis serta gapura (pintu masuk) berlabel “Pusat Sanctuary Elang Bondol”.
“Komitmen kami terhadap pelestarian elang bondol masih berlanjut hingga saat ini, sebagai wujud kepedulian kami terhadap keberlanjutan lingkungan dan rantai makanan,” ujar Dewi.
Dewi menambahkan, tahun 2017-2018 Perseroan menambah beberapa sarana fasilitas berupa Rumah Informasi Elang Bondol, pengadaan kandang breeding di pantai, dan pengadaan 6 unit solar panel sebagai fasilitas penerangan, Selain itu, upaya rehabilitasi 5000 terumbu karang.
Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat, Dewi mengungkapkan, Pertamina MOR III dan JAAN mengadakan Pertamina Eco Camp pada 4–5 April 2018 yang melibatkan sekitar 35 peserta yang berasal dari beragam latar belakang.
Mulai pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, bloger dan social media influencer, aktivis lingkungan, hingga media.
“Pada 2019, kami telah merencanakan beberapa aktivitas. Diantaranya, pemanfaatan geotagging untuk memantau keberadaan dan pola penyebaran spesies Elang Bondol serta kegiatan edukatif di kalangan pelajar atau mahasiswa. Kami berharap, kegiatan ini dapat mempopulerkan sang maskot Ibukota dan mengajak peran aktif masyarakat untuk peduli terhadap hewan endemik ini,” ungkap Dewi.